Guru Muda dan Masa Depan Pendidikan
Sekedar catatan
Guru Muda dan Masa Depan Pendidikan
01.
Tetiba seorang kolega memintaku untuk berdiskusi dengan calon guru baru di sebuah sekolah. Tiga calon guru baru dihadirkan bersamaan di sekolah dimana mereka akan mengajar. Calon pertama, seorang gadis umur 25 an tahun. Dia lulusan salah satu PTN di kabupaten sebelah. Lulus dua tahun yang lalu. Sudah menjadi guru di sebuah sekolah satu atap di lereng gunung Raung. Dia memperkenalkan dirinya dalam bahasa Inggris. Sesekali dia meminta untuk menjelaskan dalam bahasa Indonesia karena kosakata nya tak cukup untuk mendeskripsikan idenya. Dari cara berbicara, belum sepenuhnya memiliki kepercayaan diri terutama menggunakan bahasa Inggris dalam konteks nyata. Saya menemukan hal yang sama pada dua pelamar lainnya. IMHO, kepercayaan diri ( disamping kompetensi orofesionalisme dan didaktik metode) merupakan aras penting appearance guru di dalam kelas. Kepercayaan yang tinggi akan membantunya mengelolah kelas dengan lebih baik jika dibanding mereka yang tidak memilikinya. Saya telah membuktikan bahwa kepercayaan diri itu penting. Sekian tahun yang lalu terdapat seorang lulusan PTN dan berkemampuan tinggi dalam bidangnya. Kemampuan yang tinggi tersebut tidak dibarengi rasa percaya diri. Alhasil, alih-alih membelajarkan siswa dengan suka cita dan bermakna, si guru justru mendapati dirinya berada di dalam "neraka". Dia tidak bertahan lama, menghilang dan tetiba mengundurkan diri. Percaya diri itu. Oenting!!!
0.2
Sesorang yang berpengalaman akan terlihat dari bagaimana dia memolah dan mengolah ketrampilan saat mendapat pertanyaan. Mereka yang sekedar menjadi guru kurikulum akan hanya berkutat pada tawaran yang hambar dan mono chrome. Menyelesaikan tantangan di ruang kelas secara datar saja. Belum berani melompat dan memberi pilihan-pilihan berbeda. Namun demikian, mereka yang berpengalaman menawarkan banyak perspektif dan khazanah dalam mengikapi stimulus yang dihadapi. Karena itu, konsep, teori merupakan pondasi penting untuk mengejawantahkan belajar dalam makna dan laku yang sesungguhnya. Konsep, teori, postulat-postulat yang mereka dulang di ruang kuliah diuji pemaknaan nya dalam laku nyata di ruang kelas. Semakin banyak berinteraksi dalam lalu lintas pembelajaran di kelas, semakin beragam rajutan pengalaman itu.
0.3
Fenomena yang saya alami diatas membuktikan bahwa mengajar itu adalah belajar. Belajar itu tidak harus di ruang kuliah atau studi lanjut. Belajar untuk menemukan kekuatan dan kekurangan dalam membelajarkan siswa merupakan sumber penting meningkatkan ketrampilan didaktik metode. Terus membaca dan mencoba hal dan cara baru akan menjadikan guru semakin terbuka dan profesional di bidangnya. Dengan kata lain penting adanya kegiatan Learn, UN learn dan Relearn sebagaimana diatur oleh Alvin Toffler tersebut. Selamat datang di dunia penuh warna dan makna wahai guru muda# size the day
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar