Heriyanto Nurcahyo

Heriyanto Nurcahyo Guru SMA Negeri 1 Glenmore. Menyukai tulis menulis sejak mahasiswa, pernah belajar di berbagai universitas diantaranya Unibraw,&n...

Selengkapnya
Navigasi Web
Stasiun Klakah dalam Kenangan

Stasiun Klakah dalam Kenangan

Pagi ini, duduklah diriku di deretan bangku kereta tawangalun sisi kanan gerbong 3. Tempat dudukku bersebelahan dengan kamar kecil. Tidak seperti dulu, kamar kecil kereta api sekarang ini kelihatan lebih bersih harum dan ada tambahan asesoris semacam sabun tangan , tissue : nyaman dan tentram di dalamnya. Seorang gadis berjilbab hitam sedang asyik dengan gawainya, begitu juga 3 wanita lain di bangku yang berhadapan denganku. Suara riuh seorang ibu berjilbab krem menata pose beberapa orang yang berdiri di lorong dan sisi kanan kiri kursi duduk bersiap untuk wefie. Tongsis dijulurkan keatas, sambil tersenyum dan menggelembungkan pipi kanan kirinya kamera ponsel pintar menangkap dan mengabadikan momen indah mereka. Jepret!! Dan semua orang berebutan mendekat ke posel pintar untukMelihat hasil jepretan otomatis itu. Beberapa orang merasa puas karena dirinya tampak cantik dan anggun dan sebagian lainnya mengernyitkan dahi karena mendapti photo dirinya yang kurang ciamik dan jauh dari kesan camera genic. "Di ulang dong", seru mereka yang kecewa hasil jepretan otomatisnya. Merekapun kembali berbaris melingkar dan sebagian berdiri di atas kasur tempat duduk kereta. Ah ibu dan bapak2 yang sudah separuh baya itu memang sadar kamera benar: welcome aboard digital imigrants!!!Kereta semakin merengsek jauh meninggalkan Glenmore, suara speaker di dalam kereta mengingatkan penumpang untuk tidak merokok di dalam kereta. Sangsi diturunkan di stasiun selanjutnya cukup ampuh menahan syahwat para ahli hisab tersebut : mengunyah ludah adalah solusi nir efek baginya. Persawahan sepanjang kanan kiri rel kereta seolah membentangkan karpet hijau yang sangat luas sekali. Tetumbuhan bergeliat menyambut hangatnya mentari pagi. Sebagian penumpang nampak pulas. Seorang gadis di sebelahku menjatuhkan kepalanya beberapa kali di sisi luar pundakku tanpa disadarinya. Rupanya rasa kantuknya bukan buatan:pulas dan nyenyak!.Terdengar lagi seorang perempuan dengan suara lembut memberi tahu bahwa pemberhentian selanjutnya adalah stasiun Klakah."what a Station", gumamku dalam hati. Sudah cukup lama stasiun ini dibangkucadangkan. Tidak diberi jatah main untuk semua jenis kereta. Konon, kenakalan para asongan menjadi penyebabnya. Sekira 20 tahunan yang lalu, saat masih kuliah di Malang, stasiun Klakah adalah tempat yang sangat fenomenal. Bagaimana tidak, di stasiun inilah kita bisa menikmati hampir semua jenis buah-buahan dan makanan. Para wanita penjaja buah dan makanan kental sekali bahasa maduranya: sangat medok!. Berpakaian khas kampung: bersarung dan kebaya batik motif kembang- kembang menyala bak lampu petromak. Mereka menata buah susu dalam sebuah basket bambu menggunung keatas laksana sesaji kaum Hindu Bali. Sangkar burung kecil terbuat dari jeruji bambu berisi burung kutilang dan dengkek buto ditawarkan pada para penumpang dengan harga yang sangat miring, semirimg menara pisa di Itali itu. Sesekali juga pernah kutemui mereka yang menjual "Macan Remba" semacam harimau dengan ukuran kecil-kecil. Seringkali juga para penjaja buah itu memaksa dan merayu-rayu untuk membeli dagangannya. Rayuan majnun pada lailapun kalah dengannya. Jangan coba-coba menawar barang mereka sesuka hati, gamparan keras khas emak- emak Madura siap memghujam muka kita yang kumus-kumus karena panas di dalam kereta tanpa udara ber pendingin itu. Emak-emak penjual itu juga kadang nakal dan mencari kesemptan untuk tidak menyerahkan uang kembalian. Terlebih lagi saat kereta beranjak berangkat musnahlah uang kembalian kita di tangan. Oh ya, saya sering kali beli nasi bungkus daun pisangnya loh, sekira seribuanlah dengan lauk tahu merah dan leher ayam potong bumbu pedas. Bagi kami anak kost makanan semacam itu cukupLumayanlah. Terlebih lagi jatah kiriman awal bulan belum cair: irit dan mengenyangkan.Chotto matte!!! Cerita makanan bikin perutku keroncongan apalagi bau mie gelas yang ditawarkan oleh restorasi kereta api itu. Tak pesan mie gelas dulu ya? #seize the day!!!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post