Surat Cinta Untuk Vanesa Angel
Surat Cinta Untuk Vanesa Angel Apem apa yang paling mahal di dunia? Jawabannya tentu Apemnya Vanesa yang seharga 80 juta sebiji itu. Guyonan atas pertanyaan itu menyebar bak hoaks politik. Semua orang menggunjingkannya, dari kedai kopi pinggir jalan sampai restoran mahal di hotel berbintang bahakan di ruang-ruang kelas. Apem 80 Juta adalah sebuah fenomena kebahasaan yang kaya akan intepretasi dan konteks. Tidak saja karena pelakunya berlatarbelakang artis namun juga karena menyeruak di tengah kegalauan bangsa menyambut pilpres 2019 yang sudah mulai main gas dan asap sana-sini! Dalam konteks nilai ketimuran, fenomena apem mahal masih saja menjadi krusial dan sensitif. Banyak khalayak yang masih alergi dan terkungkung ketabuan untuk membahas atau sekedar berdiskusi tentangnya. Namun dalam konteks kebahasaan dan pendidikan, sangat menarik untuk ditarik ke dalam praksis pembelajaran di ruang kelas. Apa menariknya masalah apem mahal di bawah ke ruang kelas? Banyak hal yang bisa kita tenun dari fenomena sosial semacam ini. Bagaimana siswa diajak untuk berfikir kritis dan tidak sekedar larut dalam arus pemberitaannnya. Bagaimana siswa diajak untuk berfikir kreatif menyikapi fenomena tersebut dengan sudut pandang beragamam dan tidak nilai sentris. Bagaimana siswa diajak untuk tidak sekedar pandai menghujat namun juga cerdas menyikapinya.Letupan-letupan itulah yang kemudi an menggerakkan pembelajaran Bahasa Inggris mengambil peran kecilnya dalam kegiatan belajar di ruang kelas kami. Apem 80 juta adalah bahan belajar autentik yang bisa digunakan siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan ketrampilan yang selama ini mereka semaikan. Autentifikasi ini akan mendorong pembelajaran yang lebih asyik, humanis dan kreatif sekaligus. Kegiatan kreatif ini dimulai dengan memberi siswa sebuah contoh personal letter untuk dibaca dan dipahami dan kemudian di telaah untuk mengambil sari pati materinya. Setelah diajak diskusi beberapa saat, siswa kemudian ditantang untuk menulis sebuah surat pribadia ke pada pemilik "apem" tersebut. Setelah sekian waktu, tiba saatnya saya membaca satu persatu surat siswa kepada Vanesa Angel. Secara aliran, surat siswa tersebut mengakar pada tiga hal Pertama, surat pribadi yang sifatnya normatif dengan sedikit bumbu tausiyah. Kedua, pragmatis dan ikut-ikutan mencela. Ketiga, kritis dan liar.
Apa yang saya inginkan-sebagai co pilot pembelajaran- adalah munculnya sikap kritis atas fenomena yang muncul di lingkungan mereka. Mengajak mereka untuk peduli dan ikut memiliki atas potensi dan tantangan yang ada di sekitarnya. Dan yang terpenting adalah keberanian untuk mengejahwantahkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapat di bangku belajar dalam praksis yang sebenarnya. Akhirnya, semoga apem itu tidak membusuk dan menjadi sarang lalat pembawa virus dan penyakit. #Teaching beyond curriculum@Seize the day
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar