Sudahkah Siswa Kita Belajar?

Disebuah pagi, di sebuah kelas. Belajar bersama anak didik di kelas selalu mengasyikkan. Terlebih lagi jika kita benar-benar berhasil membelajarkan mereka. Sebagai pendidik, sebagian besar dari kita menyadari jika mengajar tidak selalu berarti belajar. Sering kali mengajar hanya menyebabkan anak berhenti belajar. Kita bahkan tidak menyadari kondisi dimana anak berhenti belajar saat kita belajarkan. Salah satu cara sederhana mengetahuinya adalah apakah anak benar-benar berusaha menyelesaikan suatu tugas atau hanya sekedar mencari jawaban dari teman sebangku atau lainnya?. D

Disamping itu, belajar anak juga bisa dilihat dari seberapa aktif dia terlibat dalam aktifitas pembelajaran.Karenanya pembelajaran yang kita kelola harus dipastikan mendorong anak untuk belajar pada saat yang bersamaan. Tulisan singkat ini juga ingin menggali pengalaman bapak ibu guru dalam membelajarkan anak di kelas.

Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan. Perubahan itu mewujud dalam prilaku maupun pola pikirnya. Jika seseorang telah menjalani pendidikannya sekian tahun namun demikian tidak ada perubahan apapun yang terjadi, maka pendidikan bisa dikatakan gagal. Kegagalan ini bukan sesuatu yang tidak mungkin mengingat belajar adalah proses yang terjadi secara sukarela, berkesinambungan bahkan sepanjang hayat.

Selama ini, hasil pendidikan hanya dimaknai oleh sederet angka dan deskripsi sederhananya. Pendidikan dipandang sebagai hasil bukan proses itu sendiri. Pendidikan digegas untuk menggapai target nilai bukannya perubahan itu sendiri. Kondisi ini mendorong lahirnya pendidikan yang mentah dan menyisahkan banyak masalah setelahnya.

Inilah pekerjaan terberat pendidikan kita. Mengembalikan kembali roh pendidikan sebagai katalisator perubahan dalam banyak aspek kehidupan. Semua itu bisa tergapai jika kita sebagai pendidik mulai memandang pendidikan secara holistik sebagai tatanan pengadaban manusia.#Seize the day