Tantangan Menulis 90 Hari (8)
SERI MENGAJAR DI KELAS MULTIKULTURAL: POLIGAMI
(Bagian 2)
Akhir musim panas dan awal musim gugur di negeri gingseng. Udara di luar apartemen mulai beranjak sejuk dan dingin, meski tidak ekstrim. T-shirt tipis masih nyaman dikenakan untuk keluar rumah atau sekedar jalan-jalan menyusuri setiap sudut kota Suwon.
Pada Sebuah pagi, hari keduaku di Korea Selatan, Sekira pukul 8: 15 pagi, saya bergegas menuju sekolah. Butuh waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai ke sekolah dengan berjalan kaki. Sebelum sampai ke sekolah, saya harus berjalan menyusuri trotoar. Terdapat 3 blok apartemen di sepanjang jalan menuju sekolah tersebut. Setelah berjalan sekira 10 menit, saya lalu menyeberang jalan dan berada di depan pintu masuk taman kota. Puluhan orang disetiap paginya berjalan dan berolahraga di sepanjang jalan setapak yang melingkari danau taman tersebut.
Aneka peralatan gym terpasang di sisi depan taman tersebut. Tanaman momiji dan sakura berjejar memanjang di sepanjang jogging track taman tersebut. Disisi kiri taman tersebut terdapat arena bermain anak-anak. Seringkali saya mendapati anak TK bermain dan belajar di sana. Arena bermain ini sangat nyaman dengan puluhan kursi di setiap sudutnya. Menjadi semakin nyaman karena taman ini bersebelahan dengan perpustakaan kota. Perpustakaan tersebut buka hingga 24 jam. Tidak sedikit siswa sekolah kami menghabskan malam di ruang baca perpustakaan tersebut. Disebrang depan perpustakaan tersebutlah sekolah tempat saya mengajar berada.
Yulcheon High School itulah nama sekolahnya. Disanalah saya akan belajar bersama siswa-siswa dan guru selama 3 bulan. Kalau anda penikmat drama korea, nama sekolah tempat saya mengajar tidak asing lagi. Maklumlah, beberapa drama Korea mengambil setting di sekolah tersebut. Bangunan sekolah tersebut relatif baru (dibangun tahun 2011). Bangunan 4 lantai sekolah tersebut memiliki banyak ruang kelas, auditorium, perpustakaan, workshop, laboratorium, indoor gym and sport centre dan banyak lagi lainnya.
Sesampainya di gerbang sekolah waktu menunjukkan pukul 8:30, segeralah saya bergegas menaiki tangga, Tangga terletak disisi belakang bangunan berarsitektur modern dua lantai tersebut. Jembatan penghubung terletak di sisi utara bangunan yang menghubungkan dengan gedung utama sekolah. Setelah melewati penghubung tersebut, saya belok ke kanan. Sebuah ruang bercat krem dengan pintu geser berwarna coklat berada tepat di samping lift dan tangga menuju lantai tiga. Di bagian sisi atas kusen pintu tersebut bergelantung sebuah papan nama : Ruang Guru Kelas 2. Di bagian pinggir kanan pintu tersebut terdapat sebuah kotak mirip HP dengan tombol angka bertuliskan Samsung. Itulah alat yang digunanakan untuk membuka dan menutup pintu ruangan tersebut. Saat pertama kali datang ke sekolah tersebut, mentor saya me,beri tahu kode rahasia masuk ruang tersebut. Denga mengetahui kode pintu tersebut saya bisa keluar masuk ruangan sesukanya, bahkan hingga larut malam sekalipun. Disitulah ruang guru kelas 2 berada. Dan dari ruang ini pula tulisan ini bermula.
Meja kerjaku berada di sisi depan kanan dan dekat pintu. Sebuah locker kayu berada di belakang meja kerjaku. Terdapat sepuluh kotak dalam locker tersebut. Masing-masing kotak memiliki identitas tertentu. Identitas tersebut merujuk pada pemiliknya. Kotak paling bawah tengah, misalnya, bertuliskan Mr. Heriyanto Nurcahyo, artinya itulah tempatku menyimpan barang dan sejenisnya di ruangan tersebut. Di sisi depan kiri, sepanjang dinding dan dibawah jendela, berjajar aneka peralatan semacam mesin pencacah kertas, mesin photo copy dan printer, kulkas, sink, lemari menyimpan makanan dan bahan minuman (kopi, teh).
Meja kerja tersusun secara melingkar dimana dimasing-masing sisi ruang tersebut erjejar 3 baris meja guru. Dibagian tengah ruangan tersebut terdapat seperangkat kursi dan meja tempat kami melakukan rapat dan diskusi pembelajran dengan sesama guru kelas 2. Setiap hari selasa pagi, kami melakukan briefing dan evaluasi pembelajaran dan hal lain terkait persekolahan. Di meja itu pula, biasanya para guru menaruh makan, minuman, buah dan aneka kudapan lainnya yang dibawah dari rumah dan dinikmati secara bersama.
Terdapat 8 guru dalam ruangan tersebut. Di pojok kiri tempat saya duduk, misalnya secara berurutan dihuni oleh 3 guru.Mereka adalah guru Bahasa Inggris, Seni dan PPKN. Sebelah selatan terdapat 2 guru yaitu Bahasa China/Jepang, Matematika, dan sebelah barat terdapat 2 guru Bahasa Inggris dan salah satunya adalah diriku. Asyikk kan ?
Guru Bahasa Inggris yang duduk di sebelah utaraku bernama Han saem (Saem panggilan untuk guru, Pak sebagaimana di kita). Han saem orangnya tinggi dan langsing. Pengucapan bahasa inggrisnya sangat halus dan sopan sekali. Dia banyak bercerita tentang kehidupan orang Korea, persekolahan hingga drama korea. Saya teringat ketika pertama kali datang dan duduk di meja kerja. Dengan suara yang sangat pelan Han Saem tetiba bertanya padaku” Heri saem, apakah semua lelaki di Indonesia melakukan poligami? Mohon maaf saya mewakili teman-teman sekantor bertanya tentang hal ini? Tambahnya lagi. “Saya tersenyum dan memasang muka manis padanya. Rupanya teman-teman sekantor penasaran akan poligami. Dn akhirnya pun saya menjawab jika………(berlanjut pada bagian ke 3)#seize the day
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Siap tuan Guru lintas benua
ha.ha..kok bersambung..ampun deeh,..salam darI SMA SUWAN ke SMA SUWON anda nih..