Siapa yang tak ingin pendamping cantik, solehah, dan cerdas? Hem, semua lelaki pasti menginginkan sepeeti itu. Tapi, siapa juga yang dapat menyingkap takdir setiap manusia? Aku masih menelusuri pertemuan dua hari yang lalu. Bertemu dengan rekan sesama penulis di kotaku. Aku yang datang terburu-buru pada waktu itu, tiba-tiba memandang sesosok wanita cantik dengan kerudung pinknya. Seulas senyum merekah sembari menundukkaan kepala. Aku hanya membalas seadanya. Dia kembali menatapku. Astagfirullah, siapa sebenarnya wanita berbulu mata lentik itu? Sepintas tak ada yang menarik dari pandanganku. Tapi ketika dia bicara, aku terperangah. Dari bibir tipisya meluncur kalimat yang apik.

""Bagaimana pak Rino, setuju dengan usulan bu Riana?"

Aku terperangah dan seperti seoramg terdakwa karena beberapa pasang mata memandangku lekat-lekat.

" Bagus, saya sih setuju saja," jawabku singkat.

Tanpa aba-aba tangan putih itu telah menyodorkan teh dan kopi hangat di meja kami masing-masing.

"Pak Rino, kok seperti bingung."

Sebuah tepukan mendarat di pundakku dan menenggelamkan imajinasiku. Sejujurnya, aky masih bingung dengan Riana, mrngapa bola matanya susah berpindah dari pandanganku. Tiba-tiba, orang yang ada dalam pikiranku, sudah berdiri di depanku.

"No, sombong banget sih kamu," godanya.

"Kamu lupa, ya. Aku adik tingkatmu dulu?"

"Adik tingkat?" Tanyaku sembari mengernyitkan keningnys.

"Ingat, dengan gadis yang gendut dan doyan makan bakso?"