Ketika waktunya Tiba( 3)
#tagur 278
Langkahku terburu-buru. "Ibu, ibu...," jeritku sekuat-kuatnya. Sesak dadaku membuat air mataku tumpah. Mengapa ibu membiarkan anakku sendirian?Bukankah kita tadi pergi bersama-sama? Aku kembali berlari. Tak kuhiraukan apa pun yang mnghalangi langkahku. Panggilan anakku yang berkali-kali membuat degup jantungku semakin kencang. Mengingat Aisyah masih kecil., terasa adrenalinku kian melumpuh.
"Umi, umi...," teriakan itu semakin menjadi-jadi. Lidahku kelu. Aku menenangkan diri agar dapat mendengar jelas arah suara itu. Ketika akan melangkah, sinar terang kian menyilaukan mata. Tampak mas Ario dan ibu dari kejauhan. Menatapku dengan senyuman. Aku melambai tapi mereka hanya tersenyum dan membalikkan tubuh mereka. Kian lama, punggung mereka pun tak tampak lagi. Aku pun sesegukan.
"Aisyah, Aisyah."
"Mbak, ini Ais."
Bola mataku memandangu sosok remaja yang memegang jemariku. Sepertinya Tiara, adik bungsuku sudah lama menemaniku. Aku merasakan tubuhku ada yang sakit. Apa yang terjadi? Kepalaku juga agak pusing. Bukankah seharusnya aku ada di Pontianak? Aku dan ibu seharusnya melihat rumah baru pemberian Almarhum mas Ario. Mas Ario sudah lama mempersiapkan kepindahan kami hingga ajal menjemputnya. Aku pun menjadi saksi betapa dia sungguh-sungguh memberikan aku dan anaknya kehidupan yang lebih baik.
"Umi, tabungan kira sudah lumayan. Bagaimana kalau kita pindah ke Pontianak saja?" tanyanya suatu ketika.
Aku yang sedang hamil Asyah hanya bungkam. Sanggupkah aku berpisah dengan keluarga besarku?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Mantap bunda, tapi masih ada beberapa typo. Sukses selalu bunda. Salam literasi