Heriyawati Wati

Menulis adalah bagian dari ibadah. Itulah slogan dari Heriyawati, yang menjadi tenaga pendidik di Bangka Belitung, tepatnya di SMPN I Lubuk Besar. P...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepenggal Kisah di Bukit Pading (1)

Sepenggal Kisah di Bukit Pading (1)

Aku tak menyangka pertemuan itu terjadi. Sekitar tujuh tahun aku tak meihat rautnya. Makanya aku terkejut melihat perubahannya pada dirinya. Lengan yang berotot dan tumbuh kumis di wajah lonjongnya. Sesaat aku tertegun, perjalanan kami hari itu ternyata berbuah silaturahmi. Kupandangi dia sembari membongkar isi kepalaku. Siapa namanya? Dia tersenyum sembari menunggu jawabanku. Kami seperti main tebak-tebakan. Sesekali dia mengedarkan pandangannya ke bukit Pading itu. Bukit yang dilingkari genangan biru itu membuat pandangannya tiba-tiba sayu. Mungkinkah ada kenangan sendiri baginya atau ada perasaan yang menghimpit dadanya?

"Kamu pasti Andrian, bukan?"

"Bukan , Bu. Saya temannya," jawabnya cepat.

"Temannya?"tanyaku sembari mengernyitkan kening.

Dia pun tersenyum di keheningan itu. Tiba-tiba sekawanan burung mengepakkan sayapnya untuk memamerkan keperkasaannya menjelajahi bumi. Kami pun sempat terpesona dengan warna putih yang menghiasi bulu-bulu mereka. Sayap-sayap itu seakan ingin menghalau desiran angin di tengah teriknya pagi itu. Padahal baru pukul 10.00 tapi kegerahan sudah merayap dan bercokol di setiap sisi dan sudut bukit itu.

"Burung-burung itù sering singgah di tepi kolong, Bu " jelasnya dengan nada datar.

Aku hanga mengangguk dan menjadi pendengar setianya. Dia begitu bersemangat bercerita dengan ekspresi yang berbeda. Karena keakraban itu, aku pun tak menyadari sudah lama terpisah dari rombongan. Entah mengapa, aku begitu nyaman bercerita dengannya sampai-sampai aku lupa menanyakan namanya. Dia seorang remaja yang punya keinginan yang luar biasa dalam hidupnya. Cuma aku heran, mengapa dia sampai di bukit itu.

Kuhamparkan pandangan sejauh mata memandang. Birunya kolong itu sepertinya membawa ketenangan dan itu kudengar dari helaan nafasnya. Dia pun melambaikan tangannya ketika tampak di ujung kolong itu beberapa temanku bergembira dengan speadboat yang mereka sewa. Tertawa renyah, bersorak, dan melambaikan tangan.

"Dari situlah Bu, kami mendapatkan penghasilan. Untuk sekarang masih ramai pengunjung. Entah untuk ke depannya " ucapnya lirih.

Ada rasa pesimis yang menyelinap di bilik hatinya.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bersambung . . .

12 Feb
Balas

Bersambung . . .

12 Feb
Balas



search

New Post