Heri Yudianto, S.T

Heri Yudianto. Biasa dipanggil Mas Yudi. Lahir di Pasuruan. Penikmat kopi Aceh, wedang ronde, tahu campur dan rawon "setan" ini merampungkan pendidikan S-1 Tekn...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tidak Naik Kelas, Mengapa?
Sumber : http://mediakita.co/2016/08/dibutuhkan-peran-aktif-orang-tua-dalam-pendidikan-anak-di-sekolah/

Tidak Naik Kelas, Mengapa?

Seringkali dalam benak saya timbul pertanyaan, mengapa ada siswa/siswi yang tidak naik kelas? Apakah Anda juga punya pertanyaan yang sama? Penyebabnya beragam. Bisa jadi karena kelalaian orang tua, guru dan wali kelas. Lingkungan tempat tinggal dan sekolah juga bisa menyebabkan siswa/siswi tidak naik kelas. Saya akan membahas yang terpenting saja yaitu orang tua, guru dan wali kelas.

Satu, orang tua. Zaman modern saat ini yang serba canggih dapat mengakibatkan ruang interaksi anak dengan orang tua kian sempit. Orang tua banyak yang sibuk dengan gadget mereka daripada berinteraksi dengan anaknya. Saya sendiri terkadang terlena oleh gadget. Marilah kita intropeksi, sudahkah kita sebagai orang tua meluangkan waktu bagi anak?

Dua, guru. Masih ada sebagian guru yang berpikiran kolot, bahwa siswa/siswi yang tidak naik kelas karena kesalahannya sendiri. Justru menurut saya hal itu tidak tepat. Guru juga bisa disalahkan. Tak jarang banyak guru yang hanya mengajar dan mendidik untuk menggugurkan kewajiban. Guru-guru semacam ini justru membahayakan masa depan bangsa. Dokter yang lalai hanya akan membunuh beberapa pasien saja. Namun guru yang lalai akan merusak puluhan hingga ratusan tunas bangsa. Sungguh memprihatinkan bukan? Bahkan tak jarang karena kurangnya intropeksi, guru-guru semacam ini justru menyalahkan siswa/siswi. Mereka tidak menyadari saat mereka hadir di kelas, terkadang tidak bisa menyentuh "hati" seluruh siswa/siswi. Hanya siswa/siswi tertentu saja yang diperhatikan, sehingga ada yang merasa diacuhkan. Selama guru mampu mengelola kelas dengan baik, pasti siswa/siswi dapat menyerap materi yang disampaikan. Sayangnya pemerintah hanya mendidik guru melalui aneka bimtek dan workhshop dengan penekanan materi pengelolaan kelas yang minim. Padahal dengan pengelolaan kelas yang baik, pasti tujuan kurikulum apapun kurikulumnya dapat tercapai.

Tiga, wali kelas. Izinkan saya berbagi pengalaman menurut pengalaman saya sebagai wali kelas dari jurusan teknik pemesinan. Kebetulan laki-laki semua dalam satu kelas. Ternyata banyak anak yang berkebutuhan "khusus," berawal dari kurangnya perhatian orang tua mereka. Sehingga mereka cari perhatian saat berada di sekolah. Inilah peranan penting wali kelas untuk berperan sebagai orang tua saat di sekolah. Saya sendiri terkadang dibikin kewalahan. Tapi inilah seni dalam mengelola kelas. Ada saatnya bersenda gurau dan kapan bertindak tegas. Banyak kasus siswa/siswi tidak naik kelas ternyata karena kelalaian wali kelas yang kurang perhatian. Perlu kiranya kepala sekolah memilih wali kelas bukan berdasarkan unsur like dan dislike, tapi mengutamakan kompetensi guru.

Semoga tulisan singkat ini bisa bermanfaat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju....Opini yang akurat. Luar biasa dahsyat

13 Jun
Balas

Menurut pendapatku, ranah guru memang layak dievaluasi. Bukan hanya sekadar pengelolaan kelas semata. Guru pun sebetulnya harus memedulikan betul dan detil mengenai keadaan anak didiknya sejak ia diterima dan dididik di sekolah itu. Kebutuhan akan perhatian dan pendampingan secara khusus bagi anak-anak yg memang "berkebutuhan khusus". Kebutuhan secara mental, moral dan psikis akan memudahkan siswa dalam "membuka dirinya", sehingga terbukalah pintu baginya tuk menerima "ilmu baru" dari gurunya.

13 Jun
Balas



search

New Post