Ibu, anak-anak itu dari mana asalnya?
# Tantangan hari ke - 5
# Cerita Cendekia
Hari yang cerah dengan langit biru bersih tanpa ditutupi awan. Biasanya kompleks penuh dengan anak-anak yang berlarian di luar, dengan riang tawa. Namun, keadaan agak berbeda dari sebulan yang lalu. Keceriaan anak-anak hanya terdengar dari rumah masing-masing. Hal ini tak lain karena efek stay at home.
Di tengah rumah terlihat keranjang mainan yang sudah dijungkir balikkan. Beberapa posisi benda sudah tidak ditempatnya. Teko, periuk, sendok dan benda yang seharusnya di dapur ternyata ada di ruang tamu. Ruangan tamu yang tidak terlalu besar sudah penuh dengan mainan.
Begitulah keadaan setiap hari. Memiliki dua malaikat kecil yang masih sangat aktif, membuatku harus bersabar menghadapi berbagai macam ulahnya. Harus siap membersihkan rumah setiap saat.
"Ibuuuuuu… " terdengar si sulung memanggilku.
"Ada apa Uni?" panggilan sayangku untuk si sulung.
"Adik main sapu, bu." Jawabnya sambil menunjukkan adiknya yang berusaha menjangkau hiasan yang ada di dinding.
"Astagfirullah, Adiiiik." Sambil meletakkan sayur bayam yang ada di tangan, dan langsung berlari menuju adik.
"Adik gak boleh kayak gitu, kalau jatuh jam atau figura fotonya gimana? Jatuh ke kepala adik, trus kepala adik berdarah. Ayo… !! Adik mau kayak gitu." Ucapku berusaha untuk memberi tahunya. Walaupun aku tau dia tidak begitu mengerti. Usianya baru tiga tahun.
"Adik, ambil ambu" Jawabnya tetap mempertahankan sapunya.
"Itu bukan jambu, gak boleh main sapu. Sakiit! kepala adik kalau jamnya jatuh. Adik mau sakit?" sambil menepuk lembut kepala adik. Adik menggeleng sambil memberikan sapunya.
Aku meletakkan kembali sapunya dan melangkah kembali ke dapur. Dari dapur aku bisa mengawasi mereka, karena rumah yang kecil jadi dimanapun berada bisa mengawasi mereka. Adik nampak asik dengan mainan lainnya dan uni mengikuti ke dapur.
"Ibu, itu foto ibu pesta ya..? Tanya Uni
"Iya." Jawabku sambil terus membersihkan bayam.
"Saat pesta belum ada anak-anaknya, dari mana datang anak-anaknya bu?"
"aaaaa… ?" Berusaha mencerna pertanyaannya
"Iya bu, saat pesta kan belum ada anaknya. Trus anak-anaknya ada. Kayak di foto itu, adik dan uni kan belum ada" Tanya lagi.
Aku terdiam sesaat, apa yang harus aku jawab. Tidak mungkin jawabnya sesuai di dalam buku cetak atau ilmu-ilmu yang diajarkan pada siswaku. Aku sudah tau betul jawabannya, karena setiap tahun mengajarkannya ada siswa kelas IX semester 1 pada materi sistem reproduksi.
"mmmmmm.. Ibu cari dulu jawabannya ya. Ibu juga gak tu jawabannya." Itu jawaban sementara yang bisa aku berikan untuk uni.
Tampaknya ia mengangguk dan bermain lagi.
****
Aku berusaha mencari jawaban dari google. Bertanya dengan senior di sekolah mungkin saja ada yang tau jawaban dari pertanyaan tersebut, bahkan beberapa postingan dari facebook.
Setelah mendapatkan beberapa jawaban yang rasanya bisa diterima oleh anak yang tidak tahu lulus atau tidak dari sekolah paud. Maklum saja karena efek korona sekolah paudnya tidak sampai selesai. Sekolah hanya beberapa bulan saja itupun banyak liburnya. Sambil duduk berdua
"Uni, kemarin uni kan nanya dari mana datangnya anak-anak, Ibu sudah tau jawabannya." Aku dengan semangat memberi tahunya.
"Dari mana, bu." Sambil menghentikan mainannya.
"Allah yang menciptakannya."
"Kenapa Allah menciptakannya." Tanya nya lagi.
"Iya.. Karena Allah sayang kita, makanya Allah menciptakan semua yang ada di sekitar kita. Makanya kita harus shalat sebagai ucapan terima kasih kita pada Allah."
"Oooooo." jawabnya.
Alhamdulillah ucapku dalam hati, sepertinya tidak ada pertanyaan lagi dan jawaban tadi sepertinya bisa masuk ke dalam akal pikirannya
****
Beberapa hari setelahnya, uni di kamar mandi dan aku sendiri sedang masak.
"Ibuuu." panggilnya dari dalam kamar mandi dengan kepala setengah keluar.
"Iya"
"Apakah Allah juga menciptakan ember ini???"
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar