Herli Afrida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kaya itu Relatif

Kaya itu Relatif

#Tantangan_hari_ke_51

Adik dan uni serang bersantai di depan tv, sambil bersantai dengan snack berada di tangan masing-masing. Mereka berdua menonton sambil asyik mengomentari apa yang terlihat d TV.

"Ayu Ting Ting, itu cantikkan, dik?" tanya Uni ke Adik sambil terus nonton.

"Nggak, biasa aja," jawab Adik santai.

"Cantik kok, senang lihatnya."

"Memangnya seberapa cantiknya Ayu Ting Ting, perasaan sama saja dengan artis lain."

"Mana tau berapa besar cantiknya itu, Adik. Cantik itukan tidak bisa diukur?" terang Uni.

"Tidak bisa diukur berarti bukan besaran, dong."

"Tentu saja, cantik bukan besaran, besaran itu sesuatu yang bisa diukur. "

"Bak sebuah pepatah, cantik itu relatif, iyakan, iyakan," jawab Adik Sambil menggerakkan alisnya.

"Ya, iyalah tergantung orang yang menilainya, termasuk tadi ada perasaan senang, kaya, benci dan lainnya," jelas Uni.

"Kalau kaya itu besaran tidak, Uni?" tanya Adik lagi.

"Sekarang Uni tanya, seberapa besar kekayaan Rafi Ahmad dengan Baim Wong?"

"Iya, dihitunglah jumlah uangnya."

"Apa nama alat ukur dan satuannya?"

"Alat ukurnya uang, satuannya ya rupiah atau dolar, betul, betul, betulkan."

"Salah, kaya bukan besaran. Kaya itu relatif juga Adik. Kita tidak bisa menjadi uang sebagai alat ukur, uang itu alat bayar tau?"

"Bisa aja Uni, contohnya gini, Khairul Tanjung itukan orang kaya, punya banyak usaha, itu kan dihitung kayanya dari banyak uangnya, Uni." Adik memberikan pengertian.

"Ok lah, Adik punya uang seribu, jika beli permen berapa banyak dapatnya?" tanya Uni.

"Empat buah." Adik mengacungkan empat jarinya.

"Banyakkan."

"Iya."

"Kalau uang seribu untuk beli sate, berapa dapatnya?"

"Mana dapat, lima ribu aja, dagingnya cuma satu."

"Itu makanya, Adik Cendekia, uang gak bisa jadi alat ukur. Nilainya bisa berubah, ingat kata relatif dari sudut mana orang menilai jumlah uang itu, Beda dengan satu meter baju akan sama dimanapun akan tetap satu meter, tidak akan berubah, besarannya panjang, angka nya satu, satuannya meter, gitu Adik."

"O.. Ya, betul juga, dan sekarang uang sepuluh ini kita jadikan beli bakso yuk." Ajak Adik sambil mengeluarkan uang dari sakunya.

"Let's go, Adik panggil Pak denya ya, Uni ngambil mangkoknya dulu."

"Okeeh, Uni Cendekia." Adik langsung keluar manggil Abang tukang baksonya dan Uni berlalu kedapur.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kakak adik yang kompak, keren ceritanya, salam literasi

13 Jul
Balas

Salam literasi juga buk, terimkasih

13 Jul



search

New Post