Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease (covid- 1 9), yang dikeluarakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Surat Edaran tersebut membahas tentang  pelaksanaan kebijakan pendidikan selama belajar dari rumah. Ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh tersebut.

                 Proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan beberapa ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaannya.  Pertama, belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Kedua,Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup.  Ketiga, Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah. Keempat, Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan baik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/ nilai kuantitatif. Ketentuan tersebutlah dijadikan pedoman bagi suatu sekolah untuk melaksanakan pembelajaran selam belajar dari rumah.

                 Setiap sekolah memiliki kebijakan-kebijakan berbeda, sesuai dengan keaadan sekolah masing-masing. Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh melakukan kegiatan pembelajaran  berdasarkan keaadan peserta didiknya. Pembelajaran yang dilakukan dengan jarak jauh memiliki kendala. Kendala yang dihadapi baik berasal dari peserta didik maupun oleh guru sendiri. Guru tidak bisa bertemu langsung dengan peserta didik dan kebanyakan memberikan hanya berupa tugas. Tugas yang telah diberikan kemudian dikumpulkan kembali melalui daring atau offline.

Tugas yang diberikan guru kadang kalanya tidak terjadi interaksi antara peserta didik dan guru. Tugas diberikan oleh guru melalui daring pada peserta didik, setelah selesai dikumpulkan kembali kepada gurunya. Peserta didik hanya sebatas mengumpulkan tugas yang telah diberikan. Hal ini lah yang mungkin saja mengakibatkan tidak termotivasi peserta didik untuk belajar dari rumah. Selain itu, untuk mengerjakan tugas peserta didik hanya mencatat  dan menyalin tugas yang telah diberikan oleh guru. Dalam mengerjakan tugas ada beberapa peserta didik yang tugasnya berasal dari menyalin tugas temannya. Hal ini, mengakibatkan tidak bertambahnya pengetahuan dan kecakapan peserta didik.

Pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihapal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif.  (Maulani, 2018). Untuk itu, dalam proses pembelajaran IPA harus disertai dengan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.

Untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, pembelajaran IPA yang diberikan kepada peserta didik harus difokuskan pada kecakapan hidup. Guna meningkatkan kecakapan peserta didik perlu dihadirkan model pembelajaran yang lebih bervariasi. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning. Model Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan pada pembelajaran berbasis proyek, yaitu peserta didik diberi proyek/tugas yang dapat meningkatkan kreativitas setiap individu.