Herlina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ayo, Mengingat kembali tentang Literasi budaya dan Kewargaan ( hari ke 68)

Ayo, Mengingat kembali tentang Literasi budaya dan Kewargaan ( hari ke 68)

Menyimak pidato menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada bulan September 2017, bahwa sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global.

Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa adalah melalui penyediaan bahan bacaan dan peningkatan minat baca anak. Sebagai bagian penting dari penumbuhan budi pekerti, minat baca anak perlu dipupuk sejak usia dini mulai dari lingkungan keluarga. Minat baca yang tinggi, didukung dengan ketersediaan bahan bacaan yang bermutu dan terjangkau, akan mendorong pembiasaan membaca dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca ini pula, literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan.

Menurut buku pendukung literasi budaya dan kewargaan dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dijelaskan bahwa

Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa.

Literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.

Kemampuan untuk memahami keberagaman dan tanggung jawab warga negara sebagai bagian dari suatu bangsa merupakan kecakapan yang patut dimiliki oleh setiap individu di abad ke-21 ini. Olehkarena itu, literasi budaya dan kewargaan penting diberikan di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan budaya nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat global.

Seperti kita ketahui bahwa negara Indonesia terdiri atas pulau-pulau yang terangkai dari Sabang sampai Merouke, kurang lebih 17 ribu lebih pulau besar dan kecil dipisahkan oleh selat dan lautan, di mana masing-masing pulau, wilayah dan daerah memiliki budaya, adat, istiadat yang berbeda, keberagaman itulah dipersatukan dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Setiap warga negara yang mendiami wilayah tertentu harus memiliki kesadaran tentang keberagaman , saling menghormati dan saling menghargai sehingga tidak menimbulkan konflik dan perpecahan antar golongan yang disebabkan oleh prasangka dan kecurigaan karena ketidakpahaman atas keberagaman budaya bangsanya.

Bagaimana penerapannya di sekolah, keluarga dan Masyarakat?

Beberapa kegiatan di sekolah yang disarankan antara lain, yaitu :

· Membentuk bengkel kreatif, wadah ini diharapkan sebagai sarana untuk mengeluarkan bakat dan minatnya menjadi karya nyata di bidang lisan, tulisan ataupun audio visual, contohnya, KOMBASRA ( Kelompok Bahasa dan satra), sanggar seni, dan lain-lain.

·Menghadirkan unsur TNI, kepolisian, pemerintah, kelompok agama, perkumpulan pemuda, pramuka, dan komunitas literasi. Beragam unsur tersebut akan memperkaya sudut pandang siswa dalam mempersepsikan ketahanan negara.

· Menyelenggarakan festival literasi budaya dan kewargaan

Beberapa kegiatan di keluarga seperti :

· Memaksimalkan tampilan rumah dengan barang-barang yang berlatar belakang budaya atau nilai sejarah yang tinggi, seperti lukisan, instalasi kain-kain tradisional, dan lain-lain

· Mengikut sertakan anggota keluarga dalam kegiatan literasi budaya dan kewargaan

Beberapa kegiatan di Masyarakat seperti :

· Menyediakan bahan bacaan bertemakan kebudayaan dan kewargaan di perpustakaan

· Kunjungan ke Tempat Bersejarah dan Bernilai Budaya Lokal.

· Mengadakan Permainan Tradisional, Olahraga Rakyat, serta Latihan Seni dan Budaya Lokal.

Kembali kepada keberagaman budaya yang bernilai budaya lokal,

Di Pangkalpinang ada ritual yang disebut Ceng Beng atau sembahyang kubur , merupakan upacara perwujudan dari sikap masyarakat Tionghoa yang sangat mencintai dan menghormati leluhurnya, seluruh keluarga baik yang ada di Pangkalpinang maupun di luar Pangkalpinang berkumpul melaksanakan ritual tersebut, biasanya puncak acaranya pada tanggal 5 April menurut kalender masehi, pelaksanaannya sejak dini hari hingga terbit fajar dengan melakukan sembahyang dan meletakkan sesajen berupa buah-buahan dan makanan disertai dengan membakar garu dan diiringi musik tanjidor .

Tetapi sehubungan dengan adanya penyebaran wabah covid 19, kemungkinan kegiatan ini tidak terlaksana karena terkait dengan himbauan pelarangan berkumpul.

# semoga bermanfaat

# stay at home

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Banyak kegiatan pembelajaran yang bisa di praktikkan dari tulisan ini. Salam Kenal. Salam Literasi.

04 Apr
Balas

Terimakasih bu, salam kenal juga.

05 Apr

Di Bangka-Belitung, khususnya lagi Pangkalpinang, literasi budaya sebenarnya sudah cukup kuat tertanam, Bu. Dimana budaya Melayu dan Tionghoa yang ada di masyarakat kita, begitu erat toleransinya.Saya merasakan betapa masyarakat Bangka-Belitung sangat menghargai perbedaan budaya. Bahkan banyak saya temukan di lingkungan sekitar kita, baik masyarakat yang berlatar belakang Melayu, maupun Tionghoa, saling membantu dan menyatu pada berbagai kegiatan yang bersifat budaya. Karenanya, di Bangka-Belitung untuk penerapan sila ketiga Pancasila, saya yakin sudah menjadi budaya. Terima kasih sudah berbagi pemahaman pada kita semua, barakallah ilmunya, Bu Her.Semoga sehat selalu. L o v e.

05 Apr
Balas

Shiip lah, itu bukti bahwa sudah paham dengan literasi budaya dan kewargaan.

05 Apr

Shiip lah, itu bukti bahwa sudah paham dengan literasi budaya dan kewargaan.

05 Apr

Shiip lah, itu bukti bahwa sudah paham dengan literasi budaya dan kewargaan.

05 Apr

Berkolaborasi nih singkat nya ya lah klo gak berbudaya mau jadi apa Bu HerSelamat. Ya sukses deh

05 Apr
Balas

Yes

05 Apr

Literasi budaya yang harus dilestarikan ya Bu

04 Apr
Balas

Iya bun, terimakasih sudah mampir.

04 Apr



search

New Post