Herlina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPERTI APAKAH WAJAH GURU KU? HGN2020

SEPERTI APAKAH WAJAH GURU KU? HGN2020

Tanggal 13 Juli 2020 adalah awal tahun pelajaran baru 2020-2021, tahun pelajaran baru di masa pandemi, betapa senangnya aku telah menjadi siswa baru di sebuah sekolah menengah pertama, aku diterima di sekolah ini melalui jalur zonasi, padahal jika bukan zonasi mungkin aku tidak bisa masuk ke sekolah ini, sebuah sekolah favorit yang banyak diminati oleh anak-anak pintar dengan latar belakang orangtua yang berduit, sementara aku secara nilai dan kompetensi tergolong sedang-sedang saja bahkan mungkin di level bawah.

Tiga bulan sudah sejak diterima di bangku SMP, belum pernah sekalipun aku datang ke sekolah, belum pernah melihat kelasku apalagi bertemu dengan guru-guru, alasan khawatir terjangkit virus covid 19 itulah alasannya sehingga kami belum dapat bertatap muka, namun saat kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) secara online kami diperkenalkan dengan wajah guru-guru melalui file foto yang dishare dan diunduh lewat link MPLS, entah itu foto terkini atau foto beberapa tahun yang lalu, yang jelas terpampang di sana guru-guruku cantik-cantik dan ganteng-ganteng, rata-rata masih usia muda hanya beberapa yang usianya di atas lima puluh tahun.

Aku dibekali HP oleh ibu, HP satu-satu nya ini selalu menemani hari- hariku, sebenarnya ini Hp ibu tapi demi kelancaran pembelajaran online maka ibu rela jika benda kotak ini selalu ada di tanganku, kebetulan ibu jarang menggunakannya, pekerjaan membanting tulang dalam mengais rejeki membuat ibu tak sempat menggunakan benda ini, pekerjaan ibu sebagai tenaga bersih-bersih dari rumah ke rumah , lagi pula ibu tidak butuh sangat dengan benda ini, yah...kami hanya tinggal berdua, sedangkan ayah telah lama pergi meninggalkan aku dan ibu sejak aku duduk di kelas 2 SD, sampai sekarang aku tidak tahu apa masalah yang terjadi di antara mereka, ibu hanya bilang kalau bapak pergi merantau.

Hari ini aku ikut susulan ulangan Penilaian Tengah Semester (PTS), kata guru ku kemarin itu hasil pekerjaan ku tidak masuk ke aplikasi classroom, namaku terdaftar salah satu yang harus ikut ulangan susulan yang dikirim bu guru lewat Wa grub, aku menurut saja, setelah selesai ulangan aku kirim ke classroom lagi, namun kasusnya sama seperti kemarin, akhirnya aku kirim Wa ke bu guru menanyakan tentang permasalahanku, ehh... langsung ditanggapi, ibu guru tidak puas hanya membaca tulisan ku, lalu bu guru menelponku, aku deg...deg an, maklum aku belum pernah tahu bagaimana suara guruku apalagi wajahnya, pernah beberapa kali bu guru mengirim pesan suara dan materi yang ada penjelasannya tapi kurang jelas di HP ku. Kadang aku suka mengintip foto profil guruku di Wa, namun fotonya tampak punggung, sesekali muncul foto bunga kadang hanya pemandangan pantai saja.

“Assalamualaikum”, terdengar suara bu guru

“waalaikumsalam”, jawabku

aku berlari mencari ibu, kebetulan ibu belum berangkat kerja demi menemaniku ikut ulangan susulan, dari tadi malam ibu nampak gelisah setelah diumumkan 2 nama yang ikut susulan hari ini.

“namamu siapa? dan kelas berapa?”

“Raihan bu, kelas 7H”, aku sangat grogi, tanganku mulai terasa basah.

“oh ya Raihan, apa masalah mu?”

Aku menjelaskan dengan terbata-bata sehingga bu guru kurang jelas

“ibu ubah ke vidio ya?”

“i..iya...bu”, aku semakin gugup

Aku belum sempat merapikan rambut dan penampilan, buru-buru aku usap tanda vidio.

“ Raihan... ya, masyaallah, kamu subur sekali Raihan, apa kabar, nak? sehat ya...?”

Aku tersipu malu, kugosok – gosok rambutku ke arah kiri agar nampak tampan di mata bu guru, walaupun aku subur tapi kata orang-orang aku ganteng.

Aku dan ibu berdesakan menatap ke layar benda kotak ini, betapa senangnya setelah tiga bulan baru pertama kali ini aku melihat guruku, guru yang selama ini selalu memberikan materi dan tugas matematika lewat classroom.

Guruku mengenakan jilbab hitam dengan sebuah bross bunga berwarna silver di dadanya, berkaca mata warna gagang kuning keemasan menambah cantik penampilan bu guru yang wajahnya bening berkilau, guru ku sudah tidak muda lagi, mungkin usia ibu jauh di bawah bu guru, tapi ibuku nampak lebih tua dibanding bu guru, wajarlah ibuku pekerja berat dalam satu hari ada tiga rumah yang menjadi tanggung jawabnya.

Setelah berbincang dengan ku, bu guru berbincang-bincang dengan ibu, aku mendengar bu guru menanyakan pekerjaan ayahku, jumlah saudaraku, alamatku, terakhir pekerjaan ibuku, merasa akan mengobrol lebih lama, ibuku menarik jilbab dan mengenakan seadanya, mungkin merasa tidak sopan sama bu guru jika bicara tanpa tutup kepala, sementara rambut berantakan. Aku tetap berada disamping ibu, sebentar-sebentar aku munculkan wajahku di layar persegi ini, aku ingin menatap bu guru lebih lama, rindu ingin bertatap muka, rindu bersekolah menggelisahkan pikiranku selama beberapa bulan ini sedikit terobati.

Dari obrolan itu aku dengar bahwa ibu menceritakan tentang aku anak semata wayang dan yang membuat aku sangat terkejut mendengar ibu mengatakan bahwa ibu dan bapak telah lama berpisah, mataku membulat dan mulut ternganga, bearti selama ini cerita bapak pergi merantau adalah sebuah kebohongan. Bukan hanya aku yang kaget, wajah bu gurupun berubah menjadi sendu seakan ikut prihatin dengan keadaan aku dan ibu.

Obrolan bu guru diakhiri dengan nasehat agar aku belajar yang rajin, jangan banyak bermain game dan jangan lupa untuk membantu dan hormat kepada orangtua, bu guru akan mengecek kembali ulangan susulan yang telah aku kirim pagi ini.

--------------

Ulangan penilaian tengah semester secara on line telah selesai, aku mulai mengecek daftar hadir kemudian merekap nilai anak-anak, lumayan banyak kelas yang harus direkap, aku mengampu kelas VII terdiri atas 10 rombongan belajar dan kelas VIII ada 3 rombongan belajar, kalau ditotal jumlah jam mengajarnya 65 jam, andai dilakukan tatap muka sangat tidak mungkin akan terlaksana, oleh karena pembelajaran daring maka semua dapat diatasi, banyak kelas di bawah pengajaranku karena membantu teman yang cuti melahirkan.

Aku memisahkan anak-anak yang tidak atau belum ikut kemudian mengelompokkan nama anak-anak yang belum tuntas. Setelah itu aku share ke grub Wa nama-nama yang belum ikut baik yang sudah memberi alasan maupun yang tanpa keterangan, alasan yang diberikan bermacam ragam seperti HP di bawa orangtua, HP dipakai serentak bersama kakak dan adik, HP habis kuota , kurang enak badan, ada urusan keluarga dan lain sebagainya.

Raihan salah satu anak yang tidak ikut tanpa keterangan, begitu malam diumumkan paginya langsung ada Wa yang masuk,

“Assalamualaikum bu, kemarin saya ikut PTS, tapi kenapa ada nama saya di pengumuman peserta yang ikut susulan?”

“waalaikumsalam,sudah ibu cek, tidak ada hasil pekerjaanmu, mungkin ada masalah dengan jaringan kemarin”,

Raihan menuliskan sesuatu di Wa, tapi aku tidak paham maksudnya.

“ibu telepon saja ya?” , segera ku usap lambang telepon,

Raihan ingin menjelaskan tentang bukti bahwa dia telah mengerjakan, merasa kurang paham akhirnya aku ubah ke Vidio call.

Wajah Raihan nampak di layar , dengan gugup dan tersenyum manis dia menatapku, kemudian disusul oleh ibunya berebutan menatap layar ponsel, tampak dari tatapan itu mereka sangat gembira, aku pun senang bisa bertatap dan berkomunikasi langsung.

Dari layar kelihatan kayu penyangga atap rumah tanpa langit-langit, tampak juga perabotan rumah yang sangat sederhana, terdapat handuk yang tersampir di pintu masuk, terlihat seperti ruangan sempit menunjukkan segala aktivitas di ruangan itu, dari perbincangan dengan ibunya aku jadi tahu kalau itu rumah kontrakan. Mereka hanya tinggal berdua, untuk menyambung hidup sehari-hari ibunya bekerja menjadi pembantu dari rumah ke rumah.

Miris memang mendengar penuturan si ibu, kisah Raihan dan ibunya bukan hanya pertama kali ini terdengar, ada banyak anak lain yang bernasib kurang lebih sama dengan Raihan.

Raihan anak yang rajin dan pandai menempatkan diri, ketidak beruntungan nasib seperti teman yang lain tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap gigih belajar, HP yang berada di tangannya benar-benar dimanfaatkan hanya untuk belajar daring, jika telah usai pembelajaran online, dia membantu ibunya dengan mengambil upahan berjualan krupuk di perempatan lampu merah, rupiah yang didapat dikumpulkannya untuk membeli paket kuota internet, semenjak perbincangan lewat vidio call itu, Raihan tidak sungkan-sungkan untuk menanyakan kesulitan saat belajar daring.

#HGN2020

----------------

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Membaca tulisan Bu Her ini, saya seperti diajak melihat dan merasakan "KBM di masa pandemi" dari 2 sisi yang berbeda secara bersamaan. Sisi yang dijalani para peserta didik, dan sisi yang dihadapi para pendidik. Begitu kompleks permasalahan dan pelaksanaannya. Itulah "realita" saat pembelajaran berlangsung secara "virtual" ini. Nyata terjadi, meski komunikasi sebagian besar dilakukan di dunia Maya. Barakallah, selamat hari guru, Bu Her, semoga selalu diberi nikmat sehat dan menjadi pendidik yang bahagia, aamiin Allahuma aamiin.

25 Nov
Balas

Harus nya murid yang begini.lebih diperhatikan dan diberi perhatian

25 Nov
Balas

Ulasan yang sangat menginspirasi Bunda .. salam sukses selalu

25 Nov
Balas



search

New Post