SHOLAT TARAWIH SETAHUN YANG LALU DAN SEKARANG (hari ke 89)
Seperti tahun- tahun sebelumnya, kami sekeluarga memilih sholat terawih di Mesjid Salsabila, sebuah mesjid yang tidak begitu jauh dari rumah, tetapi tetap harus naik kendaraan agar bisa sampai cepat dan tepat waktu. Pilihan kami jatuh pada mesjid ini karena setiap rakaat sholat, imam sholat yang kebetulan seorang hafizh Al-qur’an membacakan ayat – ayat suci Al-qur’an one day one juz, sehingga dalam satu bulan Romadhan jika setiap waktu sholat di sana bearti kita telah ikut menghatamkan 30 juz Alqur’an. Selain itu mesjid ini full AC, sehingga jamaah merasa nyaman tidak kepanasan saat beribadah, maka wajar saja jika mesjid ini dijadikan pilihan juga bagi jamaah yang tempat tinggalnya jauh dari mesjid.
Malam pertama, saat sholat Isha’ terdengar suara bayi menangis, menjeri-jerit tepat di belakang saya, terasa mengganggu kekhusuan bagi semua jemaah, setelah salam saya dan saya rasa semua ibu-ibu mengarahkan pandangan ke arah sumber suara, ternyata seorang balita berusia sekitar 8 bulanan tidak lagi menangis karena buru-buru diangkat oleh ibunya dan disusui, sambil menutupi anaknya dengan mukenah si ibu mengangguk-angguk pertanda meminta maaf, saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu saat sholat di mesjid Harram dan mesjid Nabawi, tidak sedikit ibu-ibu muda membawa serta bayinya, saat sholat bayi itu digendongnya, saat sujud bayi itu diletakkannya di samping, begitulah seterusnya sehingga tak terdengar bayi menangis menjerit-jerit seperti ketakutan karena mungkin dia merasa asing dengan lingkungan nya. Saat sholat tarawih berlanjut tidak ada lagi suara bayi, ternyata ibu dan bayi telah beranjak pulang. Tetapi di halaman luar sana terdengar anak-anak berteriak berkejar-kejaran, ahh....ini mungkin cara mereka menghidupkan malam Romadhan dengan bermain di bawah sinar rembulan, begitu selesai waktu sholat tarawih selesai lah pula agenda bermain mereka.
Malam berikutnya, selesai sholat Isha’ saat siraman rohani sebelum tarawih, saya keluar mencoba memperhatikan tingkah laku anak-anak di halaman mesjid yang lumayan luas itu, di teras masjid terdapat onggokan mukenah yang baru saja dilepaskan oleh pemiliknya, yahh... mungkin pemiliknya ke toilet, mungkin mengambil wudhu dan oh... ada beberapa gerombolan anak-anak perempuan tanpa mukenah, ada yang duduk bergerombol sambil bermain gadget, ada yang hanya ngobrol-ngobrol, ada juga yang bermain kejar-kejaran, pandangan sayapun beralih ke anak laki-laki, ini lebih seru, mereka berlari-lari bermain kejar-kejaran, bermain tak umpet , persis seperti di film upin – Ipin, saya jadi bertanya-tanya dalam hati, ke manakah orangtua mereka? tidakkah orangtua mereka tahu perilaku anak-anaknya yang hanya bermain tidak sholat? atau orangtua mereka tidak ikut ke mesjid? entah lah...
Malam berikutnya, masih terdengar anak-anak berteriak – teriak di luar, hanya Alhamdulillah mereka tidak bermain percon. Sesekali terdengar cekikikan anak-anak tertawa ketika ada orangtua yang bersin saat sholat, terdengar pula roda kotak amal bergerak dari ujung ke ujung sepertinya didorong oleh anak-anak layaknya bermain kereta dorong, padahal sebelum sholat anak-anak sudah diperingatkan agar ikut sholat dan menjaga ketenangan.
Malam ini saya lemparkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, saya mencari sosok seorang ibu dan seorang anaknya yang dissabilitas seperti tahun yang lalu. Ternyata tidak ada atau belum ikut ke mesjid dikarenakan si ibu berhalangan atau apakah sudah pindah ke luar kota, ntahlah...yang jelas saya teringat bagaimana beberapa Romadhan telah berlalu, ketika sosok anak laki-laki bertubuh besar sholat bersama ibu-ibu, menggunakan sarung dan berpeci putih, sepintas dari bentuk tubuhnya dia anak yang sehat, anak...sepertinya bukan, dia lebih tepat disebut ABG , semua orang heran mengapa dia sholat bersama ibu-ibu padahal dia laki-laki, mereka duduk di pojok belakang.
Setelah mulai waktunya sholat, dia melafalkan dengan keras bacaan sholat dan meracau, si ibunya yang berada di sisinya setelah sholat berbisik mendiamkan si anak , maka si anak pun diam, barulah saya sadar bahwa anak itu abnormal, tetapi si ibu dengan sabar mendampinginya, si ibu sadar bahwa kehadiran dia dan putranya akan mengganggu konsentrasi para jamaah, di sisi lain si ibu pun berkeinginan agar anak mengenal sholat tarawih, si ibu pengin mendidik anak untuk sholat berjamaah dan mendekatkan diri kepada Allah swt, selain itu mengajari anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, melihat orang-orang sholat dan anak-anak yang bermain di halaman, menikmati udara malam , memandang langit yang berhiaskan bintang.
Diam-diam saya merindukan anak itu, sosok anak dengan keterbatasan dan kesabaran seorang ibu, setidaknya dapat memberi pembelajaran bagi orang-orang yang sempurna, yang sehat namun masih enggan ke mesjid, rasa syukur yang mendalam saya panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan saya, suami dan anak-anak saya berjumlah 3 orang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, dengan itu semua kami bisa bertemu dengan Romadhon dan menjalankan segala pernak pernik ibadah di dalamnya.
Sekarang dengan adanya himbauan agar tidak boleh sholat taraweh, maka mesjid ini pun sepi, Imam yang biasanya selalu menyenandungkan ayat suci Al-Qur’an dengan target satu bulan hatam tahun ini istirahat dikarenakan harus mematuhi aturan pemerintah, hanya ada beberapa belas orang jama’ah saja yang sholat taraweh di mesjid itu, aghh...sedihnya, tidak ada dari kami yang terburu-buru setelah magrib dan berbuka untuk bersegera ke mesjid, tidak ada kultum yang kami dengar dari para ustadz secara bergantian, tidak ada do’a bersama dengan para jama’ah, tidak ada bapak-bapak yang buka bersama, tidak ada tegur sapa antara ibu-ibu Jama’ah, tidak merasakan subuh yang dingin bersama mereka, tidak ada rasa kantuk yang menyergap sa’at sholat dengan bacaan surat yang panjang-panjang, aghh...rindu sekali dengan suasana itu.
# Rindu Romadhon seperti tahun sebelumnya.
# Ya Allah, segera singkirkan corana dari negeri kami
# stay at home
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aamiin Yaa Rabb. Sedih, tak bisa safari tarawih tahun ini. Yaa Allah.
Amin ya allah
Semoga semua cepat berlalu agar Ramadhan berjalan dengan syahdu
Aaminn