Herlina Indrawaty

Herlina Indrawaty,S.Pd.M.Pd. adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatera Utara. Lahir dan besar di Medan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bayang-Bayang Ilusi

Bayang-Bayang Ilusi

Bayang-Bayang Ilusi

29. Menyingkap Tirai Kelabu

Bagai petir menyambar mendengar ucapan Hany yang begitu jelas di telinganya. Matanya nanar menatap wanita itu. Seakan ada keraguan, tetapi Gadis itu membuang mukanya, menghadap ke jendela. Sebenarnya dia juga terkejut dengan ucapannya. Mengapa dikatakannya, kalau itu bisa membuat masalah nantinya. Dandy menjalankan mobil dengan pelan, pikirannya berkelana. Rasa sakit, kecewa dan marah bercampur jadi satu. Dia tidak menyangka Hany berani menerima laki-laki lain selain dirinya.

Setelah sampai, dilihatnya Hany turun mengucapkan terima kasih lalu menghilang dari pandangan. Pandangannya belum beralih, angannya yang terputus ingin dilanjutkan. Tetiba suara klakson mobil menyadarkannya. Perlahan keluar dari jalan rumah itu dan berada di jalan raya. Rasa gamang menghampiri,seperti berada di suatu tempat yang jauh, sendiri dan tiada yang menemani.

Hany menghambur di tempat tidur, menumpahkan rasa kesal dan marahnya. Kenapa masih ada rasa cinta di hatinya untuk lelaki yang tidak berperasaan itu. Mengapa bayangannya selalu hadir, saat dirinya ingin membuka diri terhadap lelaki lain. Niko adalah lelaki baik yang mengerti perasaannya. Apalagi kini sudah bekerja, ikut praktek bersama temannya yang sudah duluan tamat.

Tetapi hatinya bagai ada tirai yang menghalangi. Seperti bayangan kelabu, samar-samar.Ingin mendobraknya, agar Niko bisa memasuki kedalaman hatinya, sayangnya bayangan itu tidak bergeming.Mengapa aku tidak bisa menerimanya, sedang lelaki yang kucintai sudah tidak mencintaiku. Air matanya mengalir membasahi pipi dan meluncur tepat di bantal. Diputarnya ingatan perjalanan tadi, terlihat Dandy seperti menyesali.Pintar sekali dia bersandiwara mempermainkan hatiku, seolah-olah bukan dia yang menolakku.

Sampai di rumah, Dandy mengurung diri di kamar. Niatnya untuk bergabung bersama Bandnya, menguap sudah. Kepalanya serasa mau pecah. Membayangkan Hany akan jadi milik lelaki lain, tentu saja terasa sakit. Dan itu tidak pernah terpikirkan. Bodohnya, ini semua karena ucapannya.Sekarang dia harus menanggung akibat perbuatannya. Benarlah kata pepatah, mulutmu hrimaumu.

“Dan, Papa mengetuk pintu. Cepat dia bangkit dan membukanya.

“Ya Pa?” Lelaki itu melihat wajah Dandy yang kusut seperti gulungan tali yang digulung seadanya. Lalu masuk dan menutup pintu. Dandy menunduk, takut kelihatan oeh Papa wajahnya.

“Hemh…katakan pada Papa ada apa diantara kalian? Kalian perang dingin kan? Papa sudah melihat sejak di Bandara tadi. Dan kamu lupa kalau Hany akan menginap di sini.” Dandy tersentak. Seharusnya tadi dia menunggu, tetapi karena panik, pergi saja.

“Maafkan, Dandy lupa Pa.”

“Bicaralah, Papa akan memkirkan jalan keluar dari air yang berwarna coklat di wajahmu itu.” Dandy memeluk Papanya, Terima kasih Pa!” suaranya tercekat di kerongkongan. Rasa haru menyelimuti dirinya. Harapannya hanya kepada Papa lagi untuk mengurai masalah yang dihadapi. Dia tidak rela kalau Hany akan menerima lamaran Niko temannya itu. Karena dia tahu pasti kalau Hany hanya cinta dan kasih kepadanya.

Lalu mengurailah kata demi kata dari bibirnya. Terlihat wajah Papa berubah-ubah. Dandy minta maaf juga ke Papa karena sudah salah mengambil keputusan. Bagi Fredy, ini bukanlah tentang salah lagi. Tetapi bagaimana mencari jalan keluar dari permasalahan mereka. Wajahnya merenung, membayangkan bagaimana terluka buah hatinya atas ucapan Dandy itu. Dia tidak bijaksana memarahi Dandy, mungkin dirinya dan Inge terlibat dalam perenggangan hubungan mereka.

“Pa, tolong sampaikan pada Hany, aku minta maaf. Aku tak sanggup berpisah dengannya. Katakan juga untuk menolak lamaran Nico.” Fredy menatap wajah keruh itu. Kemudian didengarnya ada suara-suara di luar. Sepertinya Hany sudah sampai. Sampai saat ini, belum ada ide terbersit dalam pikirannya. Dibukanya pintu, lalu keluar menyambut putrinya.

“Hai Sayang, mari kita duduk di taman belakang. Papa mau bincang-bincang denganmu. Oh ya Ma, bisa kami disediakan makanan ringan dan jus? Ujarnya sambil memainkan mata pada isterinya. Inge tersenyum, lalu mengangguk. Mulanya Fredy bercerita tentang perkebunan dan keluarga. Bahkan sudah mengunjungi Neneknya Hany dari ibunya. Tak lupa mendatangi Ibu dan adik-adik Dandy. Mendengar nama Dandy disebut, wajah Hany langsung berubah.

“Kenapa nak? Sepertinya kamu tidak senang, ada apa dengan kalian? Tanyanya lembut menyentuh lengan anaknya. Hany diam memainkan kakinya yang menjulur di kolam renang. Dingin, dan menghangatkan hatinya yang meronta. Papanya menatap penuh perhatian, dibelai kepala putrinya yang berbalut jilbab coklat. Air mata putrinya luruh, luka hatinya meleleh. Fredy membawa dalam pelukannya. Menenangkan jiwa yang terluka oleh amarah dan cinta.

“Pa, kenapa cinta itu menyakitkan? Rasanya kalau bisa aku akan lari darinya dan tidak percaya lagi akan cinta.” Ucapnya lirih, sembari menghapus bulir-bulir bening di wajahnya yang mulus. Fredy paham kemana arah dari ucapan itu.Dihembuskan napas seolah membuang beban yang dipikul putrinya.

“Ada saat cinta itu diuji. Apakah melalui pertengkaran, pengkhianatan, keluarga, dan orang lain. Tetapi semua itu kembali ke hati. Tanyakan pada hatimu, sejauhmana cintamu bertahan? Kalau kau ingin melepasnya, apakah setelah itu kau akan bahagia? Atau sebaliknya. Pikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan. Papa ingin yang terbaik untukmu Nak, jangan lari dari masalah dan menemukan cinta yang salah.”

Hany menyerap semua yang diucapkan Papa. Sepertinya tirai yang membenteng mulai tesingkap sedikit. Dipejamkan mata, meresapi secara perlahan yang didengarnya tadi. Lalu dikatakannya kalau dia ingin sendiri. Papa tersenyum dan bangkit. Sementara Dandy berdiri di kamarnya menatap ke bawah. Gadis yang dicintainya ada di sana. Tapi saat ini tidak bisa didekati.Mungkin dengan sendiri, dia bisa mempertimbangkan nasehat Papa.

Malam itu dihabiskan mereka bertiga dengan pesta taman. Dandy sengaja tidak ikut bergabung. Dia tidak ingin merusak suasana hati Hany. Dia juga ingin menata hatinya agar bertindak dengan mempertimbangkan, tanpa menyakiti. Ini sebuah pelajaran baginya. Melukai hati wanita, maka dia akan siap diterkam dengan aumannya.

Paginya, rumah geger. Mama menangis memanggil nama Dandy dan memegang selembar kertas. Papa keluar bersamaan dengan Hany yang dari tengah malam tidak bisa memejamkan mata, karena keputusan yang harus diambilnya.

“Ada apa Ma, pagi-pagi sudah menangis?” Tangisnya makin kuat dan menyerahkan kertas ke tangan Papa. Kertas itu langsung disambar. Wajah Papa berubah ketika membacanya.

“Dandy pergi, dan tidak akan kembali? Mau kemana anak itu? Tidak bisakah masalah diselesaikan dengan kepala dingin?” ucap Papa dengan cemas. Hany terkejut mendengar ucapan Papa. Apa maksudnya pergi? Pikirannya belum sempurna benar. Tidak tidur semalaman, kepalanya terasa berat.

“Kenapa dengannya Pa?” suara itu keluar juga. Mama menatapnya, lalu memeluknya. “Maafkan Dandy sayang, dia sangat mencintaimu!” Tapi karena merasa tidak ada harapan bersamamu, dia tidak akan sanggup melihatmu bersama orang lain.” Isaknya dengan kepiluan. Amarah Hany tersulut.

“Siapa yang terluka Ma? Hany! Bayangkan bagaimana dia sanggup mengatakan tidak ada lagi cinta diantara kami? Sakit sekali!” isak Hany dengan menutup wajahnya. Fredy langsung memeluknya. Menenangkan buah hatinya. Dibiarkan putrinya mengungkapkan kegalauan, kemarahan, agar terasa lega perasaannya.

“Dandy sekarang menuju Bandara. Dia akan pergi jauh, tidak tahu kemana akan dituju. Tolong Pa, selamatkan dia dari kehancuran!” Fredy mengangguk. Ditatapnya putrinya dengan harap. “Hanya kamu yang didengar, tolong pikirkan!”

Bersambung

#Tantangangurusiana365

Tantangan hari ke-287

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penuh liku dan perjuangan

11 Nov
Balas

Ya bu, terima kasih

11 Nov

Mantap Bu. Ceritanya makin seru dan mendebarkan. Apakah kepergian Dandi bisa dicegah. Tak sabar menunggu episode berikutnya.

10 Nov
Balas

Semoga ya Bu...Terima kasih komentarnya

11 Nov

Semoga Hanny berjodoh dengan Dandy.. Keren Bunda

11 Nov
Balas

Terima kasih Bu, semoga ya...

11 Nov

Mudah-mudahan Hany masih mau mengejar Dandy dan kembali membuat hatinya kembali bertaut.

11 Nov
Balas

Mudah-mudahan Bu...

11 Nov

Kasihan Dandi. sehat dan sukses selalu

11 Nov
Balas

Semoga ya bu

11 Nov

Cinta belum matang, biasanya emosi

10 Nov
Balas

Betul bu

11 Nov

Rasanya mau bantu menyelesaikannya bunda..

10 Nov
Balas

Ayo di bantu Bu

11 Nov

Lanjut say...

10 Nov
Balas

Siap dilanjut Bu

11 Nov

Kasihan Dandy..tapi Hany jg bingung...ayo kejar ke bandara..msh ada waktu

10 Nov
Balas

Siap untuk dikejar nih Pak

11 Nov

Keren bun

10 Nov
Balas

Terima kasih bu

11 Nov

Semoga cinta mereka bersatu

10 Nov
Balas

Semoga ya Say.

11 Nov

Keren banget ... Diksinya tambah mmbahana nan indah... Waduh Niko kok melarikan diri ya

11 Nov
Balas

Keren banget ... Diksinya tambah mmbahana nan indah... Waduh Niko kok melarikan diri ya

11 Nov
Balas

Terima kasih ibu...

11 Nov

Dandy, mau pergi ke mana kau? Bukankah ada mama dan papa yg bisa membantu menyelesaikan masalahmu?

11 Nov
Balas

Betul bu, itulah ank muda

11 Nov

Sedih baca di episode ini, Cinta mmg harus diperjuangkan...hayo Hany kejar Dandy.

11 Nov
Balas

Betul sekali Bu, cinta harus diperjuangkan

11 Nov



search

New Post