Herlina Indrawaty

Herlina Indrawaty,S.Pd.M.Pd. adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatera Utara. Lahir dan besar di Medan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilalang Menghalangi Pandangan

Ilalang Menghalangi Pandangan

31. Rindu yang tidak Berkesudahan

Enam bulan telah berlalu, kehidupan dan suasana hati mulai membaik. Kalau dibilang telah melupakan putri kami, tentu tidak. Hanya saja, kami merasa lega Kayla di bawah pengasuhan Budenya dalam keadaan baik. Bik Nung selalu menjaga dan menyayanginya.

Hubungan Mas Rasya dengan Mbak Tika masih belum ada kemajuan. Mas Rasya, benar-benar marah dan tidak ingin berhubungan dengan kakaknya. Walau dalam rekeningnya selalu dikirim uang gaji, suamiku itu tidak mau memakainya. Biaya rumah tangga diambil dari gaji sebagai kontraktor.

Aku mengatur keuangan keluarga dengan sebaik-baiknya. Apalagi, ketika melahirkan nanti, harus operasi sesar. Kerasnya hati Mas Rasya, dia tidak mau menggunakan asuransi dari perusahaan untuk biaya melahirkan nanti. Suamiku yang baik itu bisa marah juga.

Setiap pagi, setelah Mas Rasya berangkat kerja, aku akan keluar menuju rumah Mbak Tika. Bik Nung, seperti biasa akan membawa Kayla bermain di halaman rumah. Menatapnya saja, melegakan hati. Hal ini kami lakukan diam-diam, tanpa sepengetahuan Mas Rasya maupun Mbak Tika. Entahlah, kalau mereka tahu, maka tidak akan ada pemandangan setiap pagi.

Namun, pagi ini Kayla tidak keluar rumah. Aku tidak berani keluar dari mobil, takutnya ada yang melihat dan mengenalku. Kegelisahan menghampiri, perasaan menjadi tidak menentu. Sungguh, aku merindukannya sekaligus takut terjadi sesuatu padanya. Setelah sejam menunggu, aku menjalankan mobil dengan perasaan yang sedih.

Berbagai tanya menggelayut di benak. Apakah Mbak Tika tahu akan tingkahku, atau anakku sakit? Atau Mbak Tika tidak ke kantor? Di rumah, keresahan itu terbawa serta. Rasanya tidak ingin melakukan apa-apa selain rebahan di sofa. Pikiran rasa penuh, membayangkan hal-hal yang tidak-tidak.

Kalau sudah begitu, aku akan menelepon Mas Rasya, mengajaknya makan di luar. Kalau tidak sibuk, dia kan meminta untuk bersiap-siap dan menjemputku. Ternyata, Mas Rasya tidak bisa menemani. Dia janji akan mengajak makan malam, tetapi aku menolak. Kucoba untuk tidur dan melupakan tentang Kayla.

Aku bersyukur, bisa tertidur sebentar. Mas Rasya yang merasa tidak tenang, pulang dua jam kemudian. Dia membawakan makanan dan buah-buahan. Untuk menutupi keresahan, aku makan dengan lahap, padahal hatiku menangis. Kehamilan kedua ini, bawaannya ingin menangis saja. Untungnya, aku masih bisa menahan di depan suamiku.

Seminggu, kabar dari Bik Nung tidak juga kudapatkan. Perjanjian kami, aku tidak boleh menghubunginya. Dia yang akan menghubungi bila ada sesuatu menyangkut Kayla. Sementara, tentang Mbak Tika tidak akan diberi tahu, takut kalau-kalau salah ucap dan bisa dipecat.

“Di, kamu kenapa, apa yang dipikirkan?” Aku menggeleng. Selera makan hilang, dan hanya mau minum air putih saja. Mas Rasya sedih melihatku seperti ini. Mungkin, dia tahu aku memikirkan Kayla, tapi tidak berkeinginan untuk membahasnya. Sebisa mungkin, dia membujukku makan, tapi hanya buah yang bisa masuk ke mulutku.

Diam-diam, Rasya menelepon Bik Nung, menanyakan keadaan rumah. Kedekatannya dengan Rasya, membuka rahasia kalau Mbak Tika membawa Kayla ke Singapore. Mbak Tika sedang menjalani pengobatan di sana. Berita yang disampaikan sedikit banyak membuat lega. Ternyata Kayla baik-baik saja, tetapi ada apa dengan Mbak Tika?

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mbak Tika sakit hingga berobat ke Singapore. Sakit apakah ? Kita tunggu the next. Keren ya cerpen ini. Sukses Bunda

15 Mar
Balas

Terima kasih Bu cantik, sukses juga untuk ibu...

15 Mar

Waduh.. mbak Tika sakit.. nanti kalo mbak Tika meninggal, Kayla bs berkumpul.lagi dengan mama papanya.. semoga saja begitu bund.. bia legah gitu..he he he

16 Mar
Balas

Sakit apakah mbak Tika?... Next

14 Mar
Balas

Next ya Bu, akan ada penjelasan.

15 Mar

Mbak Tika sakit apa ya

14 Mar
Balas

Kita lihat nanti penjelasannya ya Bu...

15 Mar



search

New Post