Herlina Indrawaty

Herlina Indrawaty,S.Pd.M.Pd. adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatera Utara. Lahir dan besar di Medan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilalang Menghalangi Pandangan

Ilalang Menghalangi Pandangan

40.Pesan Terakhir

Setelah berjuang selama dua jam, lahirlah putra kedua kami. Walau tidak ada Mas Rasya, aku bersyukur dapat melalui semuanya dengan baik. Kami sudah menyiapkan nama untuknya, berhubung Mas Rasya belum datang, nama itu belum dipakai. Hanya dipanggil Baby R. Kalau dilihat, hidungnya yang mencuat berasal dari papanya, sedang bibir tipisnya adalah milikku.

Suara gawai yang bergetar, mengalihkan perhatianku. Ketika kulihat, wajah suamiku tertera di kontak, segera aku menekan kontaknya.

“Assalamualaikum Mas, apa sudah sampai?” Mas Rasya menjawab salam, lalu menanyakan keadaanku. Kusampaikan kalau aku sudah mempersembahkan pangeran tampan untuknya.

“Kamu sudah lahiran Di? Maafkan Mas, tidak mendampingimu,” jawabnya dengan suara penyesalan. Aku tahu, suamiku sangat ingin mendampingiku, tapi keadaan tidak memungkinkan untuk itu. Mas Rasya juga harus menyelesaikan pemakaman Mbak Tika. Mungkin, malam atau besok dia baru menjengukku di rumah sakit.

Saat ini, aku tidak ingin berpikiran yang membawa aura negatif. Kepergian kakak tercinta, pastilah Mas Rasya merasa terpukul dan sedih. Pikirannya akan berbagi dengan kehadiran bayi kami yang belum sempat dijenguknya. Kasihan, kalau aku masih merecokinya dengan kemanjaan yang tidak pada tempatnya.

“Tante Di…!” teriak Kayla yang muncul bersama Mimi. Aku tersenyum senang dengan kehadirannya. Kuminta Mimi untuk menaikkannya ke ranjang. Setelah kami dekat, aku merentangkan tangan. Kayla dengan cepat masuk dalam pelukanku. Tiba-tiba aku merasa tidak ada sekat lagi diantara kami.

“Kay, sekarang panggil mama saja ya,” bisikku di telinganya. Seketika dia menatapku bingung.

“Mami?” tanyanya menatapku. Dengan cepat, aku kembali memeluknya. Kayla tidak tahu kalau saat ini maminya sudah tiada. Sengaja Mas Rasya memintanya untuk tidak melihat terakhir kali. Bukan apa-apa, selain masih kecil juga tidak baik memperlihatkan wajah maminya yang terbujur kaku. Bisa saja dia takut atau menangis histeris.

Seharian, dia berada di rumah sakit. Ketika melihat Baby R, dia tertawa senang. Tangannya langsung menyentuh pipi Baby R, sambil tertawa senang.

“Kay, sekarang mama akan bersamamu dan adik bayi. Kita akan menjadi keluarga yang utuh dan tidak terpisah-pisah lagi,” jelasku padanya. Kayla hanya menatapku. Mungkin dia belum paham akan perkataanku. Setelah selesai mahgrib, Kayla dibawa pulang ke rumah kami. Kayla anak yang cerdas, dia akan banyak tanya dan menangis mencari maminya. Apalagi, suasana rumah yang berbeda dengan adanya karangan bunga dan tenda yang digelar di halaman.

Mas Rasya muncul di ruanganku keesokan paginya. Matanya kelihatan sembab. Dia langsung memeluk dengan erat, mencium pipiku dan kata-kata maaf yang berulang. Itulah suamiku, rasa bersalah membuatnya meminta maaf terus-terusan. Padahal, sudah kukatakan kalau ikhlas dan tidak mempermasalahkan.

Setelah melihat pangeran kecil dan menciumnya dengan kuat hingga terdengar lengkingan yang menggema di ruangan. Kami tersenyum melihat Baby R menangis, mungkin itu adalah cara menyambut kami orang tuanya.

“Di, Mbak Tika ada nitip amplop untukmu. Ketika itu dikatakannya kalau dia tidak sanggup banyak bicara. Bahkan katanya tidak akan bisa bertemu lagi denganmu.” Kutatap amplop berwarna putih yang disodorkan suamiku. Berat rasanya menerima, pasti isinya akan membuatku menangis lagi.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

28 Mar
Balas

Apakah pesan terakhir Mbak Tika?

28 Mar
Balas

Keren tulisannya, sehat bersama keluarga, sukses bu Herlina

28 Mar
Balas

Apa gerangan isi amplopnya?... Next

29 Mar
Balas

Sudah ep.40..Luar biasa!. Penulis cerber yang produktif. Salut deh

29 Mar
Balas

Apa gerangan isi amplop mbak Tika ya?

28 Mar
Balas



search

New Post