Ilalang Menghalangi Pandangan
37.Sakit Parah
Setelah menunggu beberapa lama, Mimi memberi kabar kalau mereka bisa ikut dengan kami, tetapi dengan beberapa catatan. Bagiku, tidak perlu catatan apa itu, yang penting kami bisa pergi. Mas Rasya langsung menunggu di mobil begitu kuberitahu. Melihatnya begitu semangat, aku merasa kasihan. Pasti suamiku berharap bisa menyenangkan putri kecil yang dirindukannya.
Kayla keluar kamar dengan gaun bunga-bunga kecil berwarna pink, rambutnya diberi bando berwarna senada. Anakku cantik sekali. Reflek, aku ingin memeluknya, tetapi Kayla berlari menghindar di balik tubuh Mimi pengasuhnya. Aku tertegun melihat itu. Mimi serba salah. Kusabarkan hati, lalu kuajak mereka ke mobil..
Di taman bermain, Kayla merasa senang. Mencoba dari satu permainan ke permainan lain. Mas Rasya mengikuti semua keinginannya. Kayla yang merasa diperhatikan menjadi lupa akan pesan-pesan maminya. Dia yang kecapaian, diam saja digendong Mas Rasya ke restoran untuk makan siang.
“Om, aku mau makan ayam goreng mentega,” pintanya kepada Mas Rasya. Suamiku itu tersenyum mengusap rambutnya. Mimi yang akan menyuapkan makanan, ditolak olehnya. Dia memintaku untuk menyulangnya. Tentu saja, aku tidak berpikir dua kali. Dengan senang hati aku melakukannya.
Hari-hari selanjutnya adalah milik kami. Aku, Mas Rasya dan Kayla. Kami layaknya keluarga bahagia, yang selalu mengisi kebersamaan. Apakah itu sekedar jalan-jalan, makan malam, atau berbelanja di super market. Mimi lebih banyak di rumah, karena setelah melihat Kayla yang merasa nyaman bersama kami. Dia hanya mengingatkan kalau ini untuk sementara waktu.
Mas Rasya sudah kembali ke perusahaan. Mbak Tika menelepon memintanya untuk membantunya. Mulanya, Mas Rsaya menolak, tetapi Mbak Tika memohon pengertian dengan alasan kesehatannya yang kurang baik. Mas Rasya ahirnya luluh juga. Satu permintaan yang ditolaknya,kami tidak akan pindah ke rumah besar itu. Mas Rasya malah memilih untuk tinggal di perumahan mewah di kota.
Pagi ini, cuaca sedang tidak bersahabat. Gerimis membasahi halaman rumah, tempat Kayla bermain sepeda. Aku memintanya untuk bermain di dalam rumah, tetapi Kayla tidak mau. Wajahnya ditekuk, Mimi kewalahan membujuknya. Kayla menangis minta pulang, dia ingin bertemu maminya.
Aku membujuk dengan beragam cara, namun gagal. Akhirnya, Bk Nung ditelepon untuk membujuknya. Bik Nung yang selalu ada di dekat Kayla sedari kecil memahami watak gadis kecilku. Kayla luluh di tangannya, bahkan tertidur karena kecapekan. Aku merasa tenang, apalagi perutku menjadi kram dan minta istirahat.
Bik Nung ikut ke kamar menemaniku. Sebenarnya, aku ingin tahu sakit yang diderita kakak iparku. Mbak Tika terlalu menutupi penyakitnya. Mas Rasya hanya tahu ada masalah di rahimnya.
“Apa Bik, Kanker Rahim?” seruku dengan terkejut. Wanita itu mengangguk. Aku bangkit dari berbaring, lalu duduk di ranjang. Tidak pernah terbayangkan olehku, wanita yang kuat, mandiri dan selalu menjaga kesehatannya dengan baik kini punya penyakit itu.
“Stadium berapa Bik?” cecarku. Bik Nung menggeleng. Dia tidak tahu, tapi kata ibu sudah terlambat. Kembali aku membelalak. Bening di mataku berenang-renang, karena aku menggigit bibir menahannya. Tapi, sekuat apa ditahan, luapan hati yang terluka mendesak kuat untuk ikut andil membasahi pipi.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga Mbak Tika bisa sembuh. Ditunggu lanjutannya Bunda.
Alhamdulillaah, mantap cerpennya, sehat dan sukses selalu bu Herlina Indrawaty
Alur kisahnya smooth Bunda. Keren banget. Sukses selalu.
Mbak.tikaaaaaa..... hu hu hu.. sediiih..
Oh mbak Tika kanker rahim?Next
Wah... Keren. Lanjut, buk.