Ilalang Menghalangi Pandangan
39.Ilalang Menghilang dari Pandangan
Setiap manusia yang dilahirkan akan mengalami yang dinamakan kematian. Kemarin kami kehilangan Mas Romi, suami Mbak Tika. Kini, apakah kami harus kehilangan lagi?
“Astaghfirullah!” aku sudah lancang memikirkan yang bukan-bukan. Segera aku mengambil wudu dan melaksanakan salat hajat. Bermohon kepada Allah agar Mbak Tika diberikan kesehatan. Lama aku terdiam setelah berdoa. Sekarang ini, tidak perlu dipertanyakan kenapa bisa terjadi, apa sebabnya, yang jelas Allah sedang memberikan ujian pada kami.
Tiba-tiba perutku terasa sakit. Bayiku rasanya memutar ke bawah. Apakah sudah waktunya? Kembali kurasakan mulas di perutku, segera aku bangkit dan mencoba berjalan. Di luar, aku berpapasan dengan Kayla yang sedang makan siang dengan Mimi, melihatku langsung merengek minta disulang. Mimi membujuknya, tapi gadis kecilku itu mogok tidak mau membuka mulutnya.
Aku mendekat dan mengambil alih piring makan, lalu menyuapinya. Baru dua suap, perutku kembali sakit, kali ini agak lama. Aku meringis dan mendesah. Keringat membanjir di keningku. Kayla menjerit ketika kutinggal. Kepalaku sakit mendengarkan jeritannya. Bik Nung datang dari dapur, melihatku menahan sakit, dengan sigap dia mengambil Kayla dan membawanya ke kamar.
Saat aku berjuang menahan sakit, gawaiku bergetar. Jantungku langsung memompa kencang. Rasa takut menghantuiku. Kembali aku mengalami kontraksi, tidak kupedulikan gawai yang bergetar terus. Rasa sakit ini begitu menguras energi.
“Bik Nung!” jeritku. Mimi yang masih di meja makan segera mendekat. Melihatku terduduk dengan wajah basah dan meringis, dia berlari ke kamar. Tidak berapa lama, Bik Nung datang membawa handuk kecil dan membersihkan wajahku.
“Sepertinya Mbak Di mau melahirkan ini. Pak Bas saya suruh keluarin mobil. Ibu sabar ya,” ujarnya dengan melangkah meninggalkanku.
“Bik, gawai saya bergetar terus. Mungkin dari Mas Rasya,” ujarku lemah. Bik Nung mengambilkan lalu menyerahkan padaku.
“Assalamualaikum Mas,” salamku lirih setelah menekan kontaknya. Terdengar suara ribut-ribut dan isak tangis. Seketika aku bangkit.
“Mas?” panggilku mengulang. Mas Rasya seperti tersadar.
“Di, Mbak Tika baru saja pergi!” serunya dengan suara isak yang terdengar jelas olehku. Aku terdiam, rasanya tidak sanggup berbicara. Suara Mas Rasya memanggil-manggil berulang menyentak dan menyadarkanku.
“Inna lillahi wainna ilaihi raji’un,” lirihku. Tiba-tiba kontraksi itu datang lagi. Tidak sadar, aku merintih.
“Di, apa yang terjadi?” suara suamiku kelihatan panik. Kali ini sakit sekali rasanya, seolah-olah dinding rahimku ditendang-tendang. Kurasakan juga sesuatu membasahi pakaianku. Bik Nung, membimbingku ke mobil. Pak Bas menenteng koper pakaianku yang memang sudah kupersiapkan dari kemarin.
“Bik, Mbak Tika sudah berpulang,” bisikku pelan. Bik Nung tersentak menatap wajahku. Aku mengangguk lemah. Kulihat bahunya berguncang. Tanganku yang sedari tadi meremas tangannya semakin kuat menekannya. Sakitnya semakin dekat. Teringat Mas Rasya, kuminta Bik Nung menghubunginya. Semakin aku berbicara, kurasakan semakin sakit. Aku hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Tidak terasa, bening di mataku jatuh membasahi pipi.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren
Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uun, ada yang pergi ada yang datang. Semoga Diana lancar persalinannya. Keren ceritanya.
Alhamdulillaah, keren cerpennya, sukses bu Herlina
Ceritanya sangat menarik
Cerita dengan konflik kompleks. Keren Bunda. Sukses selalu
Penyelesaian yg sangat bagus bund.semoga di jg selamat dlm melahir kan
Innalillahi wainnailaihi raaji'un.Next
Berjuanglah Di, semoga kematian mbak tika tetap membuat mu kuat
Keren ceritanya bun
Cerpen yang menarik bunda Herlina, salam kenal dan ijin follow
Jika berkenan mohon folback, terimakasih
Aduhh...sedihnya. Smga mb Tika dtrma di sisi,-Nya. Dan adik Kayla lhr selamat. Lanjuutt bund
Sukses selalu dgn cerpennya...