Herlina Indrawaty

Herlina Indrawaty,S.Pd.M.Pd. adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatera Utara. Lahir dan besar di Medan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilalang Menghalangi Pandangan

Ilalang Menghalangi Pandangan

27.Kesepakatan

Setelah seminggu berada di rumah, Rasya mulai gelisah. Dia yang setiap pagi sudah berdandan rapi, bersiap ke kantor. Kini paginya terasa berbeda, tidak terburu-buru. Dengan mengenakan pakaian olahraga, dia berjogging di sekitar apartemen. Setelah sarapan, dia berniat mengantar Dian berbelanja.

Aku bukan tidak tahu keresahan suamiku, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Walau berusaha menghiburnya, tetap saja ada yang kosong di pikirannya. Kasihan Mas Rasya, kini menjadi pendiam. Memang di depanku dan Kayla, dia berusaha bersikap ceria dan menyenangkan.

Setelah beberapa hari menimbang, aku pamit pada suamiku untuk suatu keperluan. Semula, Mas Rasya ingin mengantar, tapi kukatakan hanya sebentar. Hatiku sebenarnya dalam keadaan tidak baik, semalaman tidak dapat tidur memikirkannya. Suamiku punya kedekatan psikologis dengan kakaknya, hanya karena aku mereka jadi berpisah.

Aku punya janji dengan seseorang di sebuah kafe. Lebih baik tiba duluan, dengan menenangkan hati yang berdebar terus. Kupilih tempat duduk yang terasa dingin, agar dada yang terasa panas tidak terbakar. Tamu yang kutunggu lima menit kemudian hadir. Wanita itu wajahnya datar, tidak ada senyum di wajah itu.

Setelah mengambil kursi di hadapanku, dia meminta untuk langsung ke topik pembicaraan. Aku mengambil napas sejenak, kemudian membuangnya perlahan.

“Maaf Mbak, aku telah mengambil keputusan,” ujarku menggantung percakapan. Mbak Tika mengernyitkan dahi, kemudian menatapku tajam.

“Katakan, jangan berbelit-belit. Aku tidak punya banyak waktu,” tegasnya.

“Aku setuju Kayla diadopsi,” jawabku lirih. Mbak Tika mengangkat wajahnya tidak percaya. Aku mengangguk, sebisa mungkin dengan mengeraskan rahangku. Tidak boleh ada airmata yang jatuh. Wanita di depanku ini tidak akan suka melihatnya.

“Aku tidak salah dengar? Bukankah selama ini kamu bersikukuh untuk mempertahankannya?”

Setelah menyelesaikan kesepakatan, Mbak Tika pergi meninggalkanku. Airmata yang tadi kutahan, kini tumpah. Kututup wajah dengan kedua tangan. Sakit sekali hati ini. Harus berpisah dengan putri kecilku. Merasa agak baikan, aku ke toilet membersihkan wajah, dan memperbaiki riasan di wajah. Mas Rasya tidak boleh melihat kalau habis menangis.

Pagi ini, bumi kembali basah oleh turunnya hujan. Kami baru selesai sarapan, ketika gawai suamiku bergetar. Dia membelalak, lalu menerima panggilan. Aku menatap penuh harap.

“Ya Mbak, segera.” Setelah menutup pembcaraan, Mas Rasya menatapku dengan senyum lebar. “Mbak Tika memanggilku, dia memintaku kembali bekerja.” Aku berjalan mendekat, lalu memeluk bahunya. Segera aku ke kamar dan menyiapkan pakaian kerjanya.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren cerbungnya Bunda, ditunggu lanjutannya.

10 Mar
Balas

Rasya kembali bekerja...Tika bahagia. Kita tunggu besok...sukses Bunda

11 Mar
Balas

Besar sekali pengorbanan Dian

12 Mar
Balas

Akhirnya Dian mengalah....walau diadopsi Budenya...Kayla akan tetap jadi anak mama papanya...akhirnya akan kembali pada mereka... Next

11 Mar
Balas

Dian akhirnya mengalah

11 Mar
Balas

Demi kebahagiaan kakak iparnya Dian mengalah ...lanjut ....Bunda

11 Mar
Balas



search

New Post