Herlina Sri Hastuty

psikolog, hobi dengan kerajinan tangan dan belajar bikin kue...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjaga kewarasan

Menjaga kewarasan

Ketika kuliah tidak pernah terbayang, kalau menulis sebagai bagian dari profesi. Saya pikir asyik-asyik saja bisa “menerawang” pribadi orang dan pastinya akan sangat terlihat keren. Bisalah menaikkan status sosial di mata kawan-kawan semasa seragam putih abu-abu. Waktu itu masih lugu menganggap pendidikan yang saya tempuh berbeda dan mudah dijalani. Begitu ada kewajiban bikin tugas kuliah dalam bentuk makalah, sudah mulai tertekan. Untungnya, masih bisa diselamatkan oleh teman-teman karena tugas tersebut menjadi beban bersama. Bukan tugas individu.

Memasuki semester yang semakin tinggi, beban menulis semakin berat. Tidak ada lagi tempat untuk berlindung karena sudah menjadi tanggung jawab pribadi. Seperti masuk ke dalam terowongan. Saya berjuang bisa keluar walau tidak pernah tahu kapan dan apa yang menunggu di ujungnya. Golnya, menulis karya ilmiah dalam bentuk tugas akhir.

Kalau skripsi saya dibaca ulang. Rasanya jika ada pintu Doraemon, ingin bisa memilih membuka pintu masa lalu. Memperbaiki skripsi yang ajaib itu. Meski skripsi itu mengantarkan saya untuk berhak wisuda. Menyandang titel sarjana psikologi. Sekian tahun setelahnya saya bergelut dengan segala tugas yang berkaitan dengan profesi menghabiskan sebagian waktu dengan menulis.

Menulis tentang gambaran seseorang yang saya wawancara bukan hal yang mudah. Banyak rambu-rambu yang saya patuhi. Awalnya tidak tahu harus mulai dari mana. Mulai mengintip dan meniru gaya tulisan senior. Bertahun-tahun belajar. Penuh dengan ketakutan karena khawatir salah menilai maka akan merusak masa depan orang lain. Sampai sekarangpun, tetap tidak percaya diri. Lebih lega tetap di supervisi oleh senior. Walau kadang saya diposisikan juga untuk mensupervisi pekerjaan rekan sejawat. Beban di pundak semakin berat. Merasa kalau lolos dari saya maka turut serta menerima tanggung jawab.

Ternyata, kewajiban hampir setiap hari menuliskan tentang “kisah” dari mereka yang saya wawancarai menumbuhkan keinginan untuk bisa menulis hal-hal yang saya lihat dan rasakan. Akhirnya, saya memutuskan menulis saja. Tidak punya ekspektasi dibaca apalagi diberikan apresiasi. Bagi saya menulis bukan untuk memuaskan orang lain tetapi untuk membahagiakan diri sendiri. Bisa mengeluarkan ide-ide yang tiba-tiba muncul. Dari mengulas film yang baru ditonton atau buku yang baru dibaca sampai ketika mendengarkan curhatan sepupu. Semua saya jadikan tulisan. Malah perlahan bergeser dari opini berubah menjadi cerita pendek. Lama- kelamaan ketagihan. Menulis itu ternyata mengasyikkan. Tidak lagi beban tetapi sebuah kebutuhan.

Sempat punya blog. Tiga bulan pertama rutin dan semangat menulis. Seperti kebanyakan orang, rutinitas dan kesibukan dijadikan alasan klise karena blog tidak terurus. Ibarat rumah, mungkin sudah penuh dengan debu dan sarang laba-laba. Kelamaan tidak singgah di sana akhirnya password terlupakan. Semakinlah, saya merasa punya pembenaran untuk mandeg menulis di sana. Kembali ke selera asal. Agaknya facebook lebih praktis dan tidak pakai ribet. Tetap tersimpan di sana. Kalau terjadi kemungkinan terburuk laptop rusak, misalnya. Tulisan tidak ikut hilang. Kapan teringat langsung klik. Menulis semakin lebih mudah. Bisa pas sedang menuju suatu tempat atau menunggu makanan pesanan disajikan atau ketika semua pekerjaan telah usai. Pun tidak perlu panjang lebar. Tetapi dari rekam jejak, saya jarang menulis singkat. Entah kenapa sulit menghentikan tangan yang terus mengetik huruf di laptop atau ponsel. Kebanyakan ide. Jangan-jangan kalau dibaca editor isinya hiperbola semua.

Agaknya, sekarang saya sudah sulit untuk disembuhkan dari virus menulis. Terlebih menulis bisa dijadikan salah satu cara untuk menjaga kewarasan. Melewati hari yang tidak bisa diprediksi. Dengan menulis saya bisa mengikis energi negatif.

Medan, 6 September 2019

Herlina Sri Hastuty

#peerkelaseditor

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menulis adalah menuangkan segala curahan hati untuk dapt dinikmati semua orang. Terus lah menulis bunda. Salam kenal. Saya izin follow. Semoga sukses selalu. Follow back ya.

13 Dec
Balas



search

New Post