Hermin Agustini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cincin Emas (part1)

Cincin Emas (part1)

Oleh: Hermin Agustini

“Ayah mau menikah lagi?” tanya Arin dengan suara dalam pada suaminya yang sedang asyik dengan HP di hadapannya. “Apaan sih, Ma?” jawab Tio ringan tanpa melihat tatapan dalam Arin yang tetap berusaha tenang meski ia sedang mengikuti percakapan suaminya dengan Naila. Bagi Arin, air mata tak akan selesaikan masalah dan telah kering sejak setahun yang lalu ketika ia mengetahui hal yang sama.

“Bunda bangga pada Ayah yang dermawan mau pasang AC di rumahnya,” suara Arin tetap datar namun bagai suara halilintar bagi Tio. “Sayang browsing dulu ingin AC yang seperti apa biar nanti aku belikan,” Lanjut Arien membacakan whatsapp suaminya yang ia sambungkan ke laptop. Ia menyaksikan keresahan Tio yang terperanjat keheranan dari mana Arin tahu kalimat-kalimat percakapan itu. Tio mulai resah.

“Ma…,” satu kata terucap dari Tio dengan wajah gelisah melihat ketenangan Arien yang tetap menatap laptop di depannya. “Jangan ditinggal begitu saja, Yah, pamit dulu geh dan bilang kalau Mama sudah merestui kalian yang lagi jatuh cinta,” kata-kata Arin semakin membuat Tio bagai kebakaran. Ia beranjak dari tempatnya duduk kemudian mendekati Arien yang pertahanan ketenangannya mulai lemah. Buliran bening mulai membasahi sudut bibirnya.

“Ayah jelasin, Ma…,” kata Tio pelan sambil meraih tangan Arien dan menggenggamnya lembut untuk menenangkan.

“Bukankah semua sudah jelas, Yah?” Lanjut Arin menyungging senyum kecut. “Mama bangga, Ayah mau menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan, sementara ayah belum bisa menuruti harapan anak kita agar kamarnya dipasang AC. Hebat ya suamiku penolong,” Kata-kata Arin semakin menyudutkan Tio.

“Ma, tolong jangan dengarkan ghibah orang lain yang ingin hancurkan keluarga kita, Ma,” jawab Tio berusaha menenangkan Arin dengan pelukan yang kali ini Arin menepisnya. Tio sangat paham apabila Arin sudah seperti ini, artinya ia sedang dalam masalah besar yang akan sulit ia tuntaskan. “Ghibah? Siapa yang mengghibah? Siapa yang ingin hancurkan keluarga kita?” tatapan Arin tajam dengan bulir airmata yang makin deras. Tio hanya bisa terdiam berpikir keras bagaimana meyakinkan istrinya yang tampak yakin mengetahui kesalahannya.

“Mama sangat mencintai Ayah, apalagi setelah kelahiran anak kita. Mama sanggup lakukan apapun untuk keluarga kita karena Mama merasa dicintai dan dibutuhkan keluarga ini. Tak ada yang sulit bagi Mama karena rasa cinta yang begitu kuat.” Kata Arin seraya melepaskan tangannya dari genggaman Tio.

“Tapi cinta mama telah pupus sejak setahun yang lalu ketika mama tahu ada perempuan lain yang mencuri hati ayah, yang sanggup membuat ayah bisa menulis panjang lebar di whatsapp sementara dengan mama ayah hanya menjawab dengan dua huruf , "ye" dan "a" saja. Perempuan itu juga bisa membuat ayah betah berlama lama telponan sementara dengan mama ayah membisu,” lanjut Arin tanpa bisa dijeda.

“Ma’afkan Ayah, Ma. Ayah gak ada apa-apa dengan dia, hanya iseng kok,” Aku Tio sambil melirik laptop yang masih terbuka di hadapan Arin, sekilas ia bisa membaca percakapannya dengan Naila. Perempuan yang telah tiga tahun mengisi hari-harinya.Hati Tio makin ciut. Percakapan mesranya dengan Naila ketahuan.

“Mama maafkan Ayah, mama ingin bicara dengan Naila,” jawab Arin datar.

“Untuk apa, Ma? Sudahlah jangan memperpanjang masalah. Ini cukup kita berdua. Ayah mohon ma’af ya,” pinta Tio.

“Mama mau melamar Naila untuk Ayah,” Lagi-lagi Tio serasa disambar petir.

“Ma’afkan Ayah, Ma,” satu-satunya kalimat yang bisa Tio ucapkan karena ia tak akan bisa membela diri lagi.

“Setahun yang lalu, mama sudah mema’afkan Ayah. Kali ini pun Mama tetap ma’afkan Ayah bahkan dengan kerelaan yang sama, mama siap melamarkan Naila untuk kebahagiaan Ayah,” kata Arin sambil menutup laptopnya dan beranjak ke kamar Linda, putri semata wayangnya.

Apakah Tio bahagia dengan kerelaan Arin akan melamarkan Naila untuknya?

Bersambung

Balung_Kulon,14 Januari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang keren...

15 Jan
Balas

Heem... Bikin penasaran, ditunggu part 2 nya Bunda...

16 Jan
Balas

Heem... Bikin penasaran, ditunggu part 2 nya Bunda...

16 Jan
Balas



search

New Post