Oleh : Hermin Agustini

Dalam setiap kesempatan saya pastikan ada buku dalam tas saya sebagai jaga jaga bila sewaktu waktu dibutuhkan.

Kebiasaan ini bermula dari rasa iri meski nggak sampai dengki kepada teman saya yang bisa berfoto bersama orang-orang hebat yang biasanya akan sulit menembus berlapis lapis pengamanan.

Tetapi dengan buku, maka semua bisa terlewati. Buku selalu menjadi pasword untuk menembus pengamanan maupun keformalan ketika kita ingin mendekat dan berpose bersama pejabat. Karena buku suasana mencair menjadi obrolan akrab yang membahagiakan.

Seperti dalam acara workshop Implementasi Kurikulum.Merdeka yang dilaksanakan di Hotel Rembangan Jember, selaim membawa beberapa persiapan yang dibutuhkan, saya membawa dua buah buku yang akan menjadi pasword saya berfoto dengan beliau beliau.

Hal yamg saya lakukan adalah meminta ijin kepada MC, biasanya agak sulit karena pasti sangat patuh dengan rundown acara. Okelah, tak mematahkan semangat saya menunggu momen yang tepat yaitu ketika acara berakhir yang biasanya ditutp dengan acara foto bersama. Disitulah kesempatan emas saya, tinggal.mendekat saya meninta ijin, "Mohon Ma'af Bapak, saya ingin menyerahkan buku karya saya," dengan ucapann ini biasanya yang di ajak foto langsung tertarik dan bertnya banyak hal temtang kepenulisan.

Di momen ini selalu mendapatnsensasinbahagia yang luarbiasa. Bila buku antology, rasanya kerren vanget menyeb , " ini hasil.karya guru seNusantara," dan obrolan akan mengalir. Dan kerren banget bisa bebincang dan berfoto bersama orang hebat. Bersama buku saya selalu berhasil.mendekati pejabat untuk berfoto bersama dan mengobrol meski hanya obrolan singkat namun momennya selalu lekat.

Ingin seperti saya? Ayok.menulis dan terbitkan bukuya. Bagaimana caranya? Tentu saja bergabung dengan Media Guru Indonesia.

25 Januari 2023