Hermin Agustini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Untung Kita Bukan Juara Pertama!

Untung Kita Bukan Juara Pertama!

Oleh: Hermin Agustini

Notivikasi grup PasBangga sejak sore tak pernah sepi. Sengaja grup ini saya beri notivikasi khusus agar bisa sewaktu-waktu saya lihat untuk membersamai aktivitas siswa anggota PasBangga (Paskibra Banggsalsari Tiga). Apalagi saat-saat menjelang lomba.

“Assalamu’alaikum, Tim ini bisa menjadi yang terbaik, jangan lengah karena Tim SMPN 1 juga sangat bagus. Siapkan seragam terbaik, sepatu disemir dan berangkat jangan terlambat (Samsul,Deni Ariel, Aldi jangan terlambat !)” Ketik Pak Serka Suwadi pelatih PasBangga mengingatkan persiapan anak-anak untuk lomba.

“Walaikumsalam siap Pak,” ketik Ellen si Danton disusul oleh semua siswa peserta PasBangga yang ada di grup memberikan komentar yang sama sebagai salah satu pembiasaan tanggap terhadap informasi.

“Ingat, hanya do’a yang mampu menembus dinding takdir, yang biasa malas solat ayo dibiasakan solat 5 waktu. Samsul, Aldi, Ariel yang shalatnya masih bolong-bolong, insyaf, Nak.” lanjut Pak Serka memberikan nasihat kepada para siswa. Karena menurut beliau, seorang paskib wajib memiliki kebiasaan disiplin yang sangat baik dari segala sisi dalam kehidupan sehari-hari. Itulah makanya, Latihan Keterampilan Baris Berbaris digerakkan untuk membentuk kedisiplinan siswa agar mereka memiliki kebiasaan-kebiasaan baik yang tentu saja akan mengimbas kepada minat belajar dan semangat juang mereka.

Saat lomba pun tiba. Saya hadir untuk memberikan semangat kepada para siswa yang telah tertib berbaris di lapangan. Tim A, B, dan C.

“Yang lain salamannya nanti saja ya, sekarang perwakilan yang posisi paling depan saja yang saya salami supaya tidak merusak barisan yang telah rapi,” ucap saya ketika menjabat tangan danton dan masing-masing di posisi barisan terdepan.

“Siap, Bunda!” jawab mereka serempak mengagetkan saya sebab suara anak-anak makin tegas dan nyaring banget. Sumpah! Saya kaget, untung saya masih bisa tetap stabil dan tidak oleng.

Akhirnya, tiba saatnya menyaksikan penampilan para peserta lomba dari seluruh kecamatan Bangsalsari dalam perhelatan latihan bersama namun tetap disiapkan tropi bagi para pemenang.

“Mas Gilang jangan lupa dokumentasinya, ya,” kata saya kepada mas Gilang guru olah raga baru yang saya tugasi untuk membersamai siswa dalam acara tersebut.

“Iya, Bun,” jawab Mas Gilang seraya berdiri dari tempat duduknya bersiap mengabadikan momen penampilan siswa Bangga. Saya pun tak ketinggalan mengabadikan penampilan 3 Tim kebanggaan sekolah kami. Namun saya tidak bisa menunggu sampai pengumuman pemenang sebab saya masih ada undangan lain yang harus saya hadiri. Saya hanya mengikuti lewat grup whatsap saja bagaimana peroleh kejuaraan siswa. Kenapa sampai siang masih belum ada pengumuman ya? Saya yang tak sabar menunggu akhirmya menghubungi pelatih yang suaranya terdengar tidak sedang bahagia.

“Alhamdulillah ya, Pak, anak-anak kita memperoleh juara 2 dan juara the best camp,” ucap saya kepada Serka Suwadi dengan suara yang saya buat seceria mungkin agar tidak tertulari gelombang sedihnya.

“Anak-anak sedih karena kalah ke SMPN 1 Bangsalsari, Bu,” jawab Pak Serka terdengar masih sedih.

“Baguslah Pak, sudah sesuai harapan,” jawaban saya ini menambah kebingungan pelatih.

“Lah, pripun Bun?” tanya beliau sangat santun yang menurut saya terlalu santun gak bisa dijak guyon. Ah, kenapa saya tidak bisa serius? Nggak juga sih. Saya hanya ingin selalu memandang sisi positif dari setiap peristiwa.

Perolehan juara 2 sangat saya syukuri meski anak-anak banyak yang menangis menyesali kenapa kalah. Lah, ngapain nangis? Ngapain sedih? Bukankah biasa dalam sebuah perlombaan pasti ada yang menang da nada yang kalah. Masak menang semua? Atau kalah semua?

Gini loh, kalau di latihan bersama kemudian menang menjadi juara satu bahkan jadi juara umum saya malah khawatir akan menjadikan anak-anak Paskib jadi sombong dan semangat berlatihnya berkurang. Kan untung bila kalah sehingga memacu semangat juang yang lebih tinggi, mempelajari kesalahan sebelumnya sehingga pada perlombaan yang sesungguhnya di tingkat Kabupaten bisa tampil prima. Ya anggaplah sendang mengalah untuk menang. Jangan khawatir, kita pasti juara dengan kesungguhan disiplin latihan dan do’a.

Bagi saya, juara adalah apresiasi pada sebuah pencapaian. Namun yang lebih penting adalah proses pencapaian itu sendiri yang pasti akan memberikan banyak pengalaman sehingga bisa membentuk karakter siswa yang semula sulit berdisiplin menjadi siswa-siswa yang tangguh pantang menyerah dan berdisiplin dalam keidupan sehari-harinya. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi para siswa untuk meraih prestasi lebih baik.

Contoh, si Aldi, dan Samsul yang sering hadir terlambat sudah berubah menjadi siswa yang hadir tepat waktu dan sopan. Penampilan siswa putra dan putri peserta paskib sudah lebih rapi daripada yang lain. Lebih sopan dan lebih tertib. Perubahan siswa menjadi lebih baik adalah tropi termahal bagi saya.

BalungKulon, 20 Januari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semakin mantap dan luar biasa dalam mengimplementasikan nilai karakater ke siswa. Tetap semangat, Beb.

22 Jan
Balas

salam sukses

22 Jan
Balas

Bu Kasek emang luar biasa. Semangat selalu ya, Adik syantikku.

22 Jan
Balas

Nggeh bu...leres....smua butuh proses.. smangat paslingga....

22 Jan
Balas



search

New Post