Nekatnya Membuatku Luluh
By. Hermiza Akmal
MAN 3 Kota Padang Panjang
Sorak-sorai supporter dari para peserta didikku mulai dari kelas X sampai kelas XII memecah keheningan madrasahku yang jauh dari keramaian, class meeting menjelang penerimaan rapor sedang berlangsung, namun ada sebagian dari peserta didikku kelas X yang sedang serius memikirkan jurusan apa yang akan diambil untuk di kelas XI nanti.
Di sela kesibukanku mengisi rapor, datang seorang peserta didikku yang santun dalam berbicara dan berperilaku, dia aktif di pramuka, bahkan dia adalah paskibra yang sempat mengharumkan nama madrasahku. Kedatangannya menghadapku adalah dia meminta penjelasanku tentang dirinya yang memilih jurusan agama untuk kelas XI nanti.
Aku sangat mengenalnya dalam segala hal karena satu tahun lamanya Aku mengajarnya di kelas X dan informasi-informasi yang Aku terima dari guru-guru mata pelajaran lain tentang kemampuan intelektualnya yang kurang. Aku sampaikan kepadanya bahwa niatnya sangat bagus, tetapi Aku juga menyampaikan kekhawatiranku bahwa dia nanti kesulitan dalam menguasai materi pelajaran yang ada di jurusan agama, khusus mata pelajaran yang Aku ampu, yaitu tafsir dan hadits, apalagi mapel bahasa arab.
Memang kadar intelegensi peserta didikku ini di bawah rata-rata sehingga untuk menguasai, menghafal ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi SAW yang menjadi makanan harian bagi peserta didikku di jurusan agama, akan menimbulkan masalah nantinya bagi peserta didikku ini.
Aku sarankan kepadanya agar mengambil jurusan IPS saja, Aku tidak tawarkan jurusan IPA kepadanya karena memang tidak akan sanggup dia di jurusan IPA. Mendengar penjelasanku yang demikian, dia menyampaikan bahwa keinginannya masuk ke madrasah ini hanya untuk bisa melanjutkan ke jurusan agama di samping orangtuanya juga menyuruh untuk mengambil jurusan agama.
Mendengar nekatnya itu, Aku menjadi luluh. Aku ingat peribahasa berbunyi ”Masih ada harapan sembuh, bila pedang melukai tubuh. Ke mana obat hendak dicari, bila lidah melukai hati.”
Aku tidak mau lagi membendung keinginan pribadinya dan orangtuanya, Aku apresiasi peserta didikku itu untuk melanjutkan belajar di jurusan agama dan Aku berikan motivasi kepadanya bahwa Allah akan menolongnya karena punya niat dan keinginan yang mendalam untuk menolong Agama Allah dengan betul-betul mempersiapkan diri untuk lebih banyak mempelajari ilmu-ilmu yang mengantarkannya lebih mengenal Allah penciptanya. Mendengar responku, peserta didikku itu mengucapkan terima kasih dan mohon pamit.
Sepeninggal peserta didikku itu, Aku evaluasi diri, Aku istighfar dan istighfar, ketakutanku muncul, teringat seandainya nanti di akhirat, Aku ditanya Allah tentang kepemimpinanku ketika Aku menjabat sebagai tenaga pendidik dan pengajar, Allah berkata “Dulu ada peserta didikmu yang ingin lebih mengenal-Ku, tapi kamu cegat, kamu larang, kamu merasa dirimu hebat, akhirnya dia frustasi dan tidak mengenal-Ku. Sekarang kamu harus pertanggungjawabkan kesalahanmu.”
Mengingat hal itu, Aku bersyukur kepada Allah, bahwa Allah Alhamdulillah masih menuntun hati, fikiran, dan perilakuku untuk berbuat sesuai dengan yang Dia ridhoi. Masalah kadar intelegensi peserta didikku yang menurutku di bawah rata-rata, ternyata dia memiliki kecerdasan emosional dan spiritual.
Aku betul-betul memetik ‘ibrah (pelajaran) dari peristiwa ini, bahwa Aku jangan mengharap segala sesuatu itu sempurna, tetapi syukuri, hormati, dan hargai peserta didik dengan segala kondisinya yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang harus diisi dan dilengkapi kebutuhan fikirnya, ruhaninya, dan ketrampilannya.
Aku jangan merasa diriku sudah sempurna, tetapi tetaplah terus belajar karena Aku memang sangat bodoh dan Aku harus tetap berupaya untuk selalu hidup saling berbagi dengan sesama, karena ketika berbagi dengan sesama, hakikatnya mendapatkan sesuatu yang berharga dan abadi, yaitu pahala dari Allah yang tidak pernah ngantuk apalagi tidur dalam menyaksikan perjalanan hidupku.
Padang Panjang, 08 April 2020 #Tantangan Gurusiana (hari ke-9)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Good article, mom. Salam
Thank you mom Karyani...
Mendapat pembelajaran yg beeharga dan pengingat diri dari tulisan ibuk,yeeima kasih ya buk
Alhamdulillah...Terima kasih Yola
Jangan mengharap segala sesuatu itu sempurna, tetapi syukuri, hormati, dan hargai peserta didik dengan segala kondisinya. Syukaaa kalimat ini, Bu!
Alhamdulillah...Terima kasih Bu Teti...
Alhamdulillah, artikel yg syarat tausyiah dengan tidak bermaksud mengguri, suka sekali..lanjut bu utk mebentuk moral pd anak didik kita..salam hormat
Alhamdulillah...Ya Pak...Terima kasih Pak...
Luarbiasa buk..Makasih atas pencerahan ilmunyaSlm
Alhamdulillah...Terima kasih Buk Eli...
Barokallahu Fik Ibuk ats tulisannya yg sangat menginspirasi.
Aamiin...Alhamdulillah...Syukran supportnya Buk Susi...
Pengen juga jd murid ibuk, biar bsa curhat jgaa..
Apa yg mau dicurhatin ya oleh guru hebat seperti Buk Yen...Hmmm...
Hebat Bund.. Terimakasih inspirasinya
Alhamdulillah...Terima Bu Nur
Alhamdulillah...Terima kasih Bu Nur
Kerennn buu..tulusan yg sangat menginspirasi.Betul tu buu..jgn kt ukur ke dalaman laut, apa bila kt blm pernah mencobanya. Begitu jg dgn siswa ibu ini, dgn kegigihannya semoga dia bisa.Slm sht smoga sellu dlm lindinganNya.
Alhamdulillah...Aamiin...Terima kasih Bu Farida...
Senangnya..Guru laksana ortu..menyejukkan..nio jadi murid ibukkk..
Alhamdulillah...Yemiii sastrawati puisi...Hmmm...
Senangnya..Guru laksana ortu..menyejukkan..nio jadi murid ibukkk..
Alhamdulillah...Yemiii sastrawati puisi...Hmmm...