Dendam Kesumat Membawa Senyuman
Banyak orang menasehati agar tidak menjadi manusia pendendam. Tapi tunggu dulu. Ada jenis dendam tertentu yang menjadi perkecualian. Dendam terhadap kebaikan yang dipunyai orang lain. Barangkali seperti itu.
Fauridah mempunyai dendam jenis ini. Guru Bahasa Indonesia SMP Al Hikmah Surabaya ini mempunyai teman-teman yang luar biasa. Sebagai guru bahasa Indonesia, teman-teman Fauridah ini jago menulis. Mereka sering mendapat penghargaan. Ada dua orang teman guru yang selalu disebut-sebut oleh pimpinan karena kepiawaiannya dalam menulis. Tulisannya sering dimuat di media mainstream seperti Jawa Pos, bahkan Kompas. Media yang terkenal sulit ditembus guru. Selain itu, mereka senang berpartisipasi dalam lomba-lomba penulisan. Mereka pernah menembus tingkat nasional.
Suatu hari Fauridah ingin menemui kepala sekolah. Untuk menuju ke sana harus melewati meja para wakil kepala sekolah. Nah, salah satu pimpinan secara tidak sengaja menyindirnya dengan mengatakan, “ iki sing oleh hadiah kok guru bahasa Indonesia terus yo? (ini yang dapat hadiah kok guru bahasa Indonesia terus, ya?)” Fauridah yang saat itu berada tidak jauh dari pimpinan tersebut merasa tersindir. Mungkin yang mengucapkan itu tidak mempunyai maksud apa-apa, atau hendak menggoda dan sekedar bercanda tetapi bagi ibu berputra 3 perkataan tersebut mencolek perasaannya. Menyinggung harga dirinya. Hehehe…
Penikmat rujak dan es dawet ini menyimpan dendam kesumat. Dalam hatinya ia bersumpah, “ Awas yo, suatu hari akan kubuktikan aku juga bisa seperti mereka!”
***
Secara tidak sengaja guru yang berhobi memasak ini menemukan sebuah rubrik di surat kabar nasional, Jawa Pos yang kelak akan mengubah nasibnya. Rubrik itu berupa gambar seri kartun berjudul Senyum Itu Sehat. Rubrik yang digawangi oleh kartunis Wahyu Kokkang tersebut sangat menarik. Gambar-gambarnya menggelitik. Sarat makna. Menghadirkan senyum. Sebuah aktivitas yang tampaknya ringan tetapi sangat menyehatkan.
Banyak ahli mengatakan kalau ingin hidup lebih lama lagi, tersenyumlah. Senyum akan menggerakkan saraf-saraf otak sehingga menyehatkan. Kalau otak sehat akan mengalirkan energi kebahagiaan. Ketika orang bahagia, paling tidak akan memperpanjang usia. Tersenyum hanya memerlukan lebih sedikit otot dibanding ketika cemberut. Namun, justru saraf-saraf otak akan berkembang jauh lebih banyak ketika tersenyum. Di dalam Islam, senyum adalah shodaqoh. Artinya, jika Anda tidak mempunyai harta untuk bershodaqoh, maka tersenyumlah. Senyum akan memancarkan aura jiwa. Senyum itu menyehatkan.
Dinikmatinya kartun itu setiap ia ke perpustakaan hingga suatu hari ia temukan ide, AHA!!!
“Aku akan coba kartun ini untuk pembelajaran menulis, “batinnya.
Saat itu guru penggemar bulu tangkis itu menemukan kesulitan yang dialami siswa dalam menulis karangan. Banyak di antara mereka yang harus garuk-garuk kepala dulu sebelum menemukan ide. Sebagian lainnya harus berhenti di tengah jalan karena tidak menemukan kalimat yang paling pas untuk meneruskan karangannya. Sebagian lagi bahkan menyerah sebelum berperang. “Ustadzah, saya ngerjakan 50 soal saja daripada disuruh mengarang, “ ujarnya.
Dengan memanfaatkan media senyum itu sehat, ia memandu siswanya menulis. Kartun tersebut terdiri dari 4 gambar berseri yang sarat makna. Ia sangat telaten mengajak mereka menikmati gambar kartun yang lucu-lucu itu. Suara tawa memecah ketika mereka selesai menikmati gambar tersebut. Nah, inilah yang dimanfaatkan oleh guru pecinta warna biru dan hijau ini. Suasana yang menyenangkan akan menggiring mereka menulis kata demi kata, merajut kalimat demi kalimat. Tanpa paksaan.
Setelah sekian kali perlakuan akhirnya Fauridah menemukan wajah-wajah sumringah ketika meminta mereka menulis. Tulisan mereka pun mengalami perkembangan. Dari yang tidak punya ide akhirnya mengalir lancar karena ada panduannya tadi, gambar kartun senyum itu sehat.
Ketika LIPI dan AJB Bumi Putera mengadakan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) pada 2011, Fauridah mencoba peruntungan. Tidak disangka, ia menjadi Juara 3 pada lomba bergengsi tersebut. Fauridah membuktikan dendam kesumat tidak selalu buruk. Ia mampu membuktikan bahwa ia sekelas dengan teman-temannya. “Sayangnya, pimpinan yang saya dendami sudah pindah tugas. Jadi, tidak bisa menikmati keberhasilan saya, hahaha…, “ ujarnya dengan tawa renyah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sudah ku baca mulai awal..lanjutkan goresan selanjutnu..ku blm punya kesempatan bsa ikut pelatihan..karena terbrntur keadaan.. Andai ku mampu ku kan mampu apa yg menjadi dendam ku .akan ku realisasikan
Sudah ku baca mulai awal..lanjutkan goresan selanjutnu..ku blm punya kesempatan bsa ikut pelatihan..karena terbrntur keadaan.. Andai ku mampu ku kan mampu apa yg menjadi dendam ku .akan ku realisasikan