Ileh : Herni kholilah

Seperti kita ketahui, akibat pandemi covid 19 yang belum juga usai, saat ini pembelajaran di lakukan dengan cara online atau dalam jaringan (daring) yang dia ingkat dengan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Untuk menunjang pembelajaran jarak berbagai usaha di lakukan agar siswa tetap bisa belajar meskipun masih tetap harus membatasi diri untuk berkumpul ataupun keluar rumah. Akan tetapi tentu saja meskipun berbagai cara sudah di usahakan, PJJ masih saja memiliki kendala di yang harus segera di atasi. Salah satunya adalah kuota internet yang di perlukan untuk PJJ memang tidak lah sedikit. Karenanya, pemerintah berusaha memberikan bantuan kuota internet baik untuk peserta didik di tingkat PAUD sampai PT. Tentunya dengan jumlah yang berbeda di setiap jenjangnya, yaitu peserta didik PAUD dan SD, sekolah menengah atas dan dosen.

Untuk menyalurkan bantuan tersebut tentunya ada beberapa hal yang harus di lakukan oleh sekolah terlebih dahulu. Mulai dari mendata nomer hp siswa dan guru, mengunggah nomer tersebut juga memastikan nomer yang dikirim adalah nomer yang masih aktif.

Selanjutnya, kementerian pendidikan akan mengverifikasi nomer yang di kirim dengan cara memastikan keaktifan nomer tersebut. Di sinilah timbul kendala baru. Karena nomer yg di kirim jika saat di hubungi tidak aktif maka di anggap nomer tersebut tidak aktif. Setidaknya itulah penjelasan yang di berikan petugas dari Kemendikbud sebagai jawaban dari operator yang bertanya tentang kenapa nomer yang sudah di unggah sekali waktu sudah valid,di lain waktu saat di cek lagi ternyata belum valid .

Dan untuk memastikan bahwa pulsa yang di maksud sudah terkirim, pada hari Rabu,20-10-2020 kemarin petugas langsung datang ke sekolah untuk mengecek bahwa pulsa tersebut sudah di terima atau belum dengan cara memberikan quisener kepada peserta didik dan juga pendidik.

Akan tetapi di sinilah ditemukan ketidak sinkronan jawaban siswa dengan kenyataan bahwa mereka sebenarnya belum terima pulsa. Karena jawaban yang tidak sama itu, akhirnya wali kelas di minta mendata kembali siswa yang di harapkan dengan jawaban yang sebenarnya. Tentunya itu bukan hal yang mudah karena siswa yang di maksud belum tentu muda di hubungi. Hal tersebut terkendala waktu pengambilan data yang begitu cepat, tidak adanya perintah yang jelas cara pengisian quisener, kekhawatiran siswa akan jawaban yang berdampak pada nilai, ketidak tahuan dan tidak adanya penjelasan dari guru.

Selain itu, tidak semua siswa online setiap saat dan tidak semua wali kelas mengetahui betul siapa siswanya. Karena memang sampai hari ini belum bertemu mereka karena terkendala pandemi. Selain itu, siswa juga pernah mendapatkan bantuan nomer perdana dari provinsi yang membuat mereka berpikir bantuan ini sama sehingga mereka salah menjawab pertanyaan. Hal ini yang menyebabkan sampai hari ini data yang di mau oleh petugas dari Kemendikbud belum juga kelar dan cukup membuat pusing wali kelas di saat wali kelas harus menyiapkan pembelajaran daring dan juga menyiapkan pelaporan nilai selama setengah semester.

Semoga saja, kuota yang di maksud nantinya akan benar-benar bisa bermanfaat bagi semuanya, baik pendidikan maupun siswa.dan segera terealisasi. Aamiin

#Tagur hari ke 46

Somewhere, 23-10-2020