Herni Yuni

SD INPRES 1 SERUI KAB.YAPEN WAROPEN - PAPUA, SMP N 1 BIAK KOTA KAB.BIAK NUMFOR - PAPUA, SMA N 1 BIAK KAB.BIAK NUMFOR - PAPUA, S1 Ilmu Komputer Prodi. SI UDIN...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ujian Online, Aku (tak) Panik-2
Sumber Gambar : https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fwww.polibatam.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2FUjian-Online-Di-rumah-IG-1024x1024.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.polibatam.ac.id%2Fpolibatam-dukung-social-distance-ujian-online-di-rumah%2F&tbnid=2OIdIDrPshdMGM&vet=12ahUKEwiN47DflavqAhWhh-YKHY6BDKMQMygAegUIARCkAQ..i&docid=I-8olZjq4blzKM&w=1024&h=1024&q=kartun%20ujian%20online%20di%20rumah%20aja&hl=en&safe=strict&ved=2ahUKEwiN47DflavqAhWhh-YKHY6BDKMQMygAegUIARCkAQ

Ujian Online, Aku (tak) Panik-2

#TantanganGurusiana hari ke-2

School sweet School

Ujian Online, aku (tak) panik – 2

Kamis, 04 Juni 2020, masih dengan situasi kami beradaptasi dengan masa pandemi COVID-19.

Malam ini aku bersyukur bisa tidur lebih awal, jam 22.00 aku sudah mencoba memejamkan mata, karena mulai berkurang suasana ramai baik di grup maupun siswa yang japri aku membahas ujian online. Anak-anak pun mungkin sudah lelah secara fisik maupun pikiran setelah mengerjakan ujian tadi dan sedang mempersiapkan diri untuk ujian lagi keesokan harinya.

Tiba – tiba Handphoneku bergetar, langsung ku raih HP ku, ada pesan masuk via WA.

“Buk, ini kan saya baru beli HP baru, apa saya perlu mendaftar lagi user name dan password untuk ujian besok?” dengan polos yang full power siswaku bertanya.

“Nggak usah, langsung login saja di alamat yang sudah dishare gunakan user name dan password yang sudah diberikan sekolah.” Aku tanpa sadar tersenyum sendiri membaca dan membalas pesannya.

“Oh nggih, makasih ya bu.“

“Sama-sama, selamat ya HP baru.” Aku masih tersenyum geli membayangkan kepolosan salah satu siswaku itu.

“Hehe..., makasih bu Nita.” Kata-kata singkat penutup darinya, dan aku balas dengan emot jempol 1 kali.

Aku langsung memejamkan mata dan tertidur.

***

Jumat, 05 Juni 2020

Hari ke 3 ujian tingkat kekisruhan di grup-grup WA kelas mulai berkurang. Aku cek komputer server, yang login dan status aktif mengerjakan ujian di kelas perwalianku, baru 29 dari total 33 siswa.

Jam 07.45 aku mulai memencet HP sibuk menghubungi siswa yang belum login, karena ujian dimulai pukul 07.15, aku perkirakan 30 menit untuk login dan mengatasi kendala jaringan internet.

4 siswa aku telfon, ada yang baru beli kuota, ada yang lowbat, ada pula yang baru mandi, tapi akhirnya bisa login 32 anak.

Kurang 1. Ku telfon 3 menit sekali kadang 5 menit sekali, dan entah sudah berapa puluh kali ku telfon saat itu, keterangannya memanggil dan berdering, tapi tak diangkat, sampai jam 09.30 aku mulai hilang kesabaran.

Aku segera mengambil kunci motor dan langsung tancap gas menuju rumah salah satu siswaku itu.

“Assalamualaikum.” Aku mengucapkan salam karena aku melihat ibunya sedang menyapu di halaman.

Melihat aku datang, ibunya langsung cepat-cepat membangunkan siswaku itu.

“Tadi subuh sudah bangun bu, tapi tidur lagi, sudah saya bangunkan tapi susah banget.” Keluh ibunya.

Benar saja dugaanku, dia masih tidur.

Mendengar suaraku saat itu, siswaku itu langsung ke kamar mandi dan cuci muka, lalu “salim” padaku.

Aku menerima uluran tangannya untuk salim, tapi tak keluar sepatah katapun kepadanya, tak tersenyum tapi juga tak merengut, wajahku datar saja, tetap licin tak kutekuk-tekuk.

Dia langsung mengambil posisi duduk hadapan kursi yang ku gunakan untuk duduk.

Hp nya langsung dioperasikan, tanpa banyak bicara dia minta maaf dan login untuk ujian.

Aku memandanginya tanpa tatapan tajam, santai, biasa saja kaya di pantai, tapi juga tak bersuara.

Pesan hidup yang aku dapat hari ini adalah:

Semanis apapun gurumu, tetap lebih menakutkan daripada orang tuamu.”

Nyatanya anakku pun tak begitu takut kepadaku, tapi terhadap gurunya, patuhnya minta ampun.

Ini adalah kali ke 2 aku ke rumah siswaku itu untuk meng-cut acara tidurnya di pagi hari agar segera login untuk ujian online, karena hari pertama ujian aku sudah ke rumahnya, juga untuk menghentikan sejenak kesenangan duniawinya yang juga katanya adalah ibadah di bulan Ramadhan, yaitu bobok cantik sambil mimpi sedang mengaji.

"Bu Nita mau balik lagi ke sekolah, kerjakan sampai semua sesi." datar saja aku bicaranya.

"Iya bu." langsung diraih tanganku untuk "salim". Dia tak takut untuk salim kepadaku, jadi sedikit mengabaikan himbauan New Normal. Sepertinya dia percaya betul kalau aku tak bakal kena hantu yang namanya "Corona".

Setelah kupastikan dia mulai mengerjakan soal, aku langsung pamit ke ibunya dan kembali ke sekolah.

Ku lihat sekilas ibunya geleng-geleng melihat anaknya yang sedang sibuk menatap dan memencet Hpnya dengan sisa iler di kaos dan sarung yang diselempangkan di bahuya.

***

Aku pantau komputer server kembali, lalu aku memilih menu untuk memantau salah satu kelas yaitu kelas perwalianku, genap 33 siswa berstatus aktif, sedang mengerjakan ujian untuk sesi ke 3.

Sesekali aku memantau grup WA kelas- kelas yang ada notifikasi pesan masuk.

Kali ini aku ikuti percakapan yang terjadi pada salah satu grup kelas.

“Buk, ini soal bahasa Inggris audionya nggak bisa di-play.” WA salah satu siswaku yang terkenal pandai.

“Apik, dilewati Angga, audionya bisa diputar pun paling kamu nggak bisa jawab, sama saja.., dilewati. ” Balas salah satu guru yang juga adalah temanku dan kebetulan beliau panitia ujian, aku tersenyum geli membacanya.

Tak ada respon selanjutnya dari Siswaku Angga, tapi aku yakin dia sudah paham bahwa gurunya sedang bercanda mencairkan suasana, mana mungkin seenaknya meremehkan dia yang terkenal sangat serius dalam pelajaran dan pandai di kelas.

Hanya berselang 1 menit, aku buka lagi grup kelas itu karena ada notifikasi WA masuk.

“Buk, ini pilihan gandanya jawabannya gak muncul, no.1 – 6.” WA dari siswaku Hendy

“Kalaupun muncul, kamu gak bisa jawab, terus masalahnya di mana ? dilewati saja.” Timpal salah satu temanku sesama guru.

“Hm, ok pak, pilih O aja ya.” Kembali Hendy mengirim pesan.

"Coba beli sinyal di counter HP kali aja masih ready." aku tak kuat untuk tak ikut meramaikan diskusi itu. Aku mencoba untuk kasihan dengan kepanikan mereka tapi aku juga tidak bisa untuk tidak merasa geli dengan metode dadakan kami untuk menghilangkan stres karena sudah 3 hari menghadapai kendala jaringan dan sinyal yang kadang tidak stabil, apa lagi domisili para siswa beraneka ragam, ada yang di pesisir, perkotaan, bahkan pegunungan.

Heni, salah satu siswaku, jam 7 kurang dia sudah starter motornya mencari tanah lapang, atau area yang sekiranya bisa untuk mendapatkan sinyal, karena kebetulan rumahnya terletak di daerah pegunungan, dan balik lagi ke rumah jam 2 setelah selesai ujian online, 5 hari berturut-turut dia begitu gembira menikmati prosesnya.

1 jam berselang, para siswa mulai berkabar di grup WA mengucap syukur Alhamdulillah, sudah melewati ujian hari itu, ujian mengerjakan soal dan ujian kesabaran.

Kalau sudah begini, hasilnya bagaimana belakangan, yang penting sudah melalui proses.

Sungguh ujian online benar-benar menguji segalanya, kesabaran, psikologis, daya ingat, jaringan dan sinyal, anggaran biaya beli kuota kadang sampai pinjam HP pakdhenya atau tetangganya bahkan anggaran tak terduga untuk segera membeli HP, dan sebagainya.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post