Heru Widhi Handayani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Sosok Pendamping Sekaligus Pemimpin   

Sosok Pendamping Sekaligus Pemimpin  

Bukan tanpa sebab sosok perempuan bernama Nyai Ahmad Dahlan dijadikan judul film layar lebar yang. Mungkin banyak yang belum mengetahui bahwa dia seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Kiprahnya dalam dunia pendidikan, menyejajarkan namanya dengan pejuang emansipasi perempuan R.A. Kartini. Semangatnya dalam mendukung perjuangan gerilyawan, mengingatkan saya pada sosok pejuang Aceh Cut Nyak Dhien atau Cut Meutia.

Tidak berlebihan agaknya bila saya menyebut Nyai Ahmad Dahlan sebagai sosok istri yang komplit. Dia bisa sebagai pendamping sekaligus pendukung utama perjuangan suami, tanpa pernah melupakan jati diri mendidik anak sendiri, bahkan anak-anak dan wanita di sekitarnya. Dia tampil sebagai sosok perempuan dan istri yang utuh, yang siap sedia mencurahkan tenaga, pikiran, harta, bahkan nyawa untuk kemajuan umat.

Film Nyai Ahmad Dahlan, dimulai dengan latar tahun 1890-an. Saat itu Siti Walidah, kelak menjadi istri Ahmad Dahlan, berusia 12-an tahun. Bocah perempuan ini termasuk beruntung dalam mengenyam pendidikan. Ayahnya Kyai Haji Muhammad Fadli (Cok Simbara), seorang ulama yang tidak membedakan-bedakan murid laki-laki dengan perempuan untuk belajar mengaji dan ilmu lainnya. Menuntut ilmu itu jelas perintah agama, tanpa memandang jenis kelamin, laki-laki atau perempuan.

Pemahaman ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kenyataan sosial budaya masyarakat Jawa pada saat itu. Perempuan diibaratkan konco wingking ‘teman di belakang (dapur)’. Kesehari-hariannya tidak terlepas dari mengurusi perkerjaan domestik: dapur, sumur, dan kasur.

Sungguh beruntung bagi Walidah memiliki sosok ayah yang karismatik dan berpemikiran terbuka. Walidah dididik dalam lingkungan pemahaman bahwa menuntut ilmu itu kewajiban, baik laki-laki maupun perempuan. Tidak mengherankan, Walidah tumbuh menjadi gadis berkarakter kuat, cerdas, juga penghapal Alquran.

Begitu cukup umur, Siti Walidah yang diperankan oleh Tika Bravani dijodohkan dengan Muhammad Darwis yang sedang belajar keagamaan di Mekkah. Sepulangnya dari Mekkah, Muhammad Darwis berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Perjodohan pun dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Mereka membangun rumah tangga sekaligus membangun pondasi perjuangan. Walidah pun menyandang nama Nyai Ahmad Dahlan.

Ahmad Dahlan yang mengusung pembaharuan itu melihat umat Islam terbelakang. Kebodohan dan keterbelakangan ini sengaja diciptakan dan dipupuk oleh kolonial Hindia Belanda demi melanggengkan kekuasaannya. Perkembangan pemikiran dimatikan. Musuh penjajah adalah kepintaran. Bangsa yang pintar pasti sulit diatur dan memberontak dari belenggu penjajahan.

Oleh karena itu Ahmad Dahlan melawan penjajahan melalui jalan pemikiran, pembaharuan, dan pemurnian kembali ajaran agama Islam. Selain itu, dibentuklah organisasi sebagai wadah perjuangan dan persatuan.

Namun, ide mendirikan perkumpulan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jer basuki mawa bea ‘keberhasilan membutuhkan pengorbanan atau biaya’. Bermodalkan tekad kuat saja tidaklah cukup. Begitulah Ahmad Dahlan, bertekad bulat mewujudkan keinginannya tetapi tertahan karena ketiadaan uang.

Di tengah-tengah keadaan buntu itulah tampil sosok istri yang menopang kegusaran suami. Nyai Dahlan sebagai perempuan yang sudah selesai dengan kediriannya itu memahami betul cita-cita suaminnya. Ia pun sepemikiran dengannya. Tanpa berpikir dua kali, dia serahkan perhiasan warisan orangtuanya dan diberikan kepada suamiya.

Serta-merta Ahmad Dahlan menolaknya. Bukan lantaran tersinggung melainkan dalam warisan itu ada masa depan anak-anaknya. Lagi pula istrinya lebih berhak menggunakannya, bukan dia. Nyai Dahlan bersikukuh dan mengatakan dia nanti yang akan menjelaskan segala sesuatunya di depan anak-anak. Lagi pula perjuangan Ahmad Dahlan tidaklah mudah, membutuhkan sokongan. “Kain kafan tidaklah bersaku sedangkan harta titipan belaka,” begitu Nyai Dahlan meneguhkan sikapnya.

Pada 18 November 1912, Muhammadiyah berdiri. Awal-awal perjuangan sangatlah berat. Sebagai gerakan dakwah yang mengusung pembaharuan, selain mendapatkan tantangan dari penjajah juga dari bangsa sendiri. Terutama saat dia harus berjuang di bumi Banyuwangi. Ahmad Dahlan mendapat penolakan keras hingga ancaman pembunuhan. Di tengah-tengah pergolakan itu, Nyai Dahlan selalu setia berada di sisi suami.

Di rumah, selain membuat usaha kain batik, Nyai Ahmad Dahlan juga mendidik umat, terutama kalangan perempuan. Mulanya dia mendidik pekerja-pekerjanya mulai dari baca tulis dan mengaji. Kepandaian mereka membuat “majikan” lain tertarik dan meminta waktu khusus untuk belajar. Hingga berkembanglah perkumpulan perempuan itu. Nyai Ahmad Dahlan menamainya dengan Sopo Tresno.

Lambat laun perkumpulan semakin besar. Gaungnya merebak sekitar. Dalam sebuah pertemuan, bersama Ahmad Dahlan, tercetuslah gagasan meningkatkannya menjadi organsasi di bawah naungan Muhammadiyah. Seorang sahabat Kyai Ahmad Dahlan menguraikan filosofi pemberian nama yang akhirnya disepakatilah usulan nama Aisyiyah. Pada 19 Mei 1917 organisasi perempuan ini berdiri.

Saat dalam sakitnya sebelum meninggal, Kyai Ahmad Dahlan berpesan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah.” Amanat suaminya ini Nyai Dahlan laksanakan. Dia meneruskan perjuangan suaminya, terutama melalui Aisyiyah. Dia mendirikan beberapa sekolah putri berasrama. Penyadaran kaum perempuan sebagai sekolah pertama bagi putranya menjadi tujuan Nyai Dahlan. Perempuan yang cerdas akan menghasilkan generasi yang hebat. Setidaknya itu yang ingin digaungkan Nyai Ahmad Dahlan.

Tidak tanggung-tanggung, dia tampil sebagai perempuan pertama yang memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 tahun 1926 di Surabaya. Pada zaman pergerakan melawan Hindia Belanda peranan Nyai Dahlan tidak bisa diremehkan. Terlebih pada masa penjajahan Jepang. Dia bahkan menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi Soedirman, yang sengaja mencuri ilmu dan strategi berperang dengan menjadi anggota tentara PETA (Pembela Tanah Air). Dia pun melakukan banyak koordinasi dengan Nyai Dahlan. Kelak Soedirman inilah yang kita kenal sebagai Panglima Besar Jenderal Soedirman, pemimpin gerilyawan Indonesia melawan agresi Belanda.

Nyai Dahlan menggerakan perempuan terlibat aktif dalam perjuangan. Laki-laki berjuang di garis depan, sementara perempuan di garis belakang: membuat dapur umum, penyedia obat-obatan, merawat pejuang yang sakit, bahkan harus mampu menciptakan rasa aman di lingkungan sekitar.

Nyai Ahmad Dahlan dengan semangatnya masih berkesempatan menjadi saksi Ibu Pertiwi memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Melalui radio, dia menyimak haru suara lantang Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan.

Perjuangannya bersama Aisyah dan Muhammadiyah telah mewarnai khasanah pendidikan kaum bumi putera yang pada masa kolonial terabaikan. Organisasi ini sejajar dengan Taman Siswa atau organisasi pergerakan pendidikan lainnya. Dia seolah ingin menegaskan perjuangan itu bukan melulu dengan kekuatan senjata, tetapi yang lebih menentukan adalah melalui pemikiran. Fisik itu terbatas tetapi gagasan pemikiran itu menjangkau luas, tidak terbatas.

Film Nyai Ahmad Dahlan menempatkan sisi keperempuan yang cerdas dan tegas. Dia berkesempatan menularkan idenya di masyarakat luas tanpa meninggalkan kewajiban utama sebagai istri juga ibu bagi anak-anaknya. Saya bahkan mengatakan Nyai Dahlan berhasil menempatkan sosok dirinya sebagai ibu bagi orang-orang yang haus akan keilmuan. Dia tidak saja pendamping setia Kyai Ahmad Dahlan, melainkan juga pemimpin pada masanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hiks..blm sempat nonton

06 Sep
Balas

Itu juga karena ada tugas kuliah

06 Sep



search

New Post