Heru Widhi Handayani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Stop Generasi Zombie

Sedih. Mual. Marah. Anak-anak yang seharusnya mengisi masa mudanya dengan keceriaan dan mengejar prestasi kini berujung di bangsal dan di balik terali rumah sakit jiwa. Enam puluh empat anak sempat menjadi zombie ‘mayat hidup’. Tiga orang di antaranya mati sia-sia. Salah satu yang meninggal baru duduk di kelas enam sekolah dasar .

Kendari. Ibukota di Sulawesi Tenggara ini mendadak terkenal di seluruh antero negeri. Peristiwa tersebut, sebelumnya viral di dunia media sosial.

Obat diperoleh dari satu tempat. Menurut pengakuan salah satu korban berinisial YD, dia baru dua kali meminum obat. Tetapi yang terakhir ini reaksi obatnya sangat cepat, bahkan tidak bisa mengontrol refleks dan pikiran.

Penyalahgunaan obat adalah kejahatan kemanusiaan. Untuk kasus ini penjahatnya adalah oknum pengedar, sedangkan anak-anak itu adalah korban. Usia mereka berada pada masa keingintahuan yang yang besar akan segala sesuatu tanpa peduli dampaknya.

Hal inilah yang dimanfaatkan si oknum yang tidak bertanggung jawab bahkan mempunyai kepentingan. Oknum menghalalkan segala cara. Alih-alih memikirkan nasib generasi penerus bangsa, yang di pemikirannya hanyalah bagaimana menjadikan anak-anak itu ketergantungan obat. Ketika pikiran sudah di bawah pengaruh obat, oknum itu berharap menangguk untung. Mereka tidak perlu lelah bekerja karena pelanggan datang dengan sendirinya.

Targetnya anak-anak yang belum mempunyai prinsip sehingga mudah dipengaruhi. Anak-anak seumur itu mudah mengikuti ajakan teman, bahkan ikut-ikutan tanpa peduli efeknya.

Biasanya para pelaku tidak akan menawarkan pada anak yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Spontan anak-anak ini akan berani menolak sesuatu dan tidak mudah dipengaruhi. Kepercayaan diri itu bisa menjadi benteng penyelamat mereka dari pengaruh buruk pergaulan atau kejahatan.

Kepercayaan diri anak terbentuk dalam keluarga yang harmonis. Anak dipandang sebagai individu yang berhak menyuarakan pikirannya. Orang tua memberikan ruang yang hangat dan komunikatif, sering mengajak diskusi ringan seputar permasalah sosial yang sedang marak.

Anak dibiasakan mendapatkan informasi yang benar yang bisa diterima oleh pikirannya, bukan sekadar larangan. Kata larangan ‘jangan’ atau ‘tidak boleh’ akan direspon dengan penuh perasaan.

Selain itu, di rumah mulai diajarkan mengenali tertib obat: menggunakan obat, menyimpan dengan benar, dan membuang obat yang kadaluwarsa dengan benar. Obat juga harus didapatkan dari tempat yang tepat, misalnya apotek, klinik, toko obat, dan sebagainya. Pantang mendapatkan obat dari tempat di luar contoh tersebut. Apalagi mendapatkannya dari orang yang tidak mempunyai kewenangan atau lewat pemesanan daring dari dunia maya.

Tanamkan prinsip bahwa obat dengan racun itu bedanya tipis. Kalau dipakai sesuai dosis akan berguna tetapi bila berlebihan akan menjadi racun. Obat ada dua aspek menyembuhkan, memberikan manfaat positif dan tidak memberikan manfaat atau berdampak buruk. Dianjurkan meminum obat dengan benar, di samping mendapatkannya dengan benar. Minum sesuai dosis yang dianjurkan dokter atau yang ada pada kemasan obat. Dianjurkan meminum dengan air putih yang tidak terlalu panas atau dingin. Pada penyalahgunaan obat, air putih ini yang sering diganti dengan minuman ringan.

Kejadian ini merupakan gunung es dari kasus senada. Bedanya ini terjadi massal sehingga kejadiannya cepat mencuat. Tidak minum obat kecuali sakit. Prinsip ini bisa menjadi benteng yang kita tanamkan dalam pikiran anak-anak agar tidak mudah dipengaruhi oknum maupun sindikat jaringan pengedar obat-obatan terlarang. Selain itu diperlukan kerja sama. Sudah saatnya, orang tua, guru, dan masyarakat bahu- membahu menyelamatkan generasi penerus bangsa agar tidak menjadi generasi zombie.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post