Herwati Ahmad

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KOMUNIKASI MATEMATIK DALAM PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK  DI  SMAN

KOMUNIKASI MATEMATIK DALAM PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK DI SMAN

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik. Subjek ini melibatkan sebanyak 69 siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tembilahan, Inhil, Riau. Sebanyak 35 siswa (19 laki-laki & 16 perempuan) untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan realistik dan 34 siswa (19 laki-laki & 15 perempuan) untuk pembelajaran tanpa realistik. Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada ujian pretes dan postes yang menggunakan waktu selama delapan minggu. Ujian komunikasi Matematik meliputi aspek drawing, mathematical expression, dan written texts. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi Matematik aspek drawing, mathematical expression, dan written texts. Kemampuan Komunikasi Matematik lebih tinggi apabila menggunakan pendekatan realistik dibandingkan dengan tanpa realistik. Pendekatan realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dalam pengajaran dan pembelajaran Matematika. Pembelajaran Matematika dengan pendekatan realistik memberikan peluang kepada siswa untuk mengungkapkan ide Matematika dalam bentuk tulisan maupun lisan. Siswa leluasa menuliskan konsep-konsep Matematika yang diperolehnya dan berpendapat secara Matematika.

Kata Kunci: Komunikasi matematik, Pendekatan realistik, Kemampuan matematika

PENDAHULUAN

Kehidupan manusia senantiasa dikelilingi oleh informasi dan data, dan informasi itu perlu diinterpretasi agar ianya bermakna dan berguna (Brumbaugh & Rock, 2006). Matematika dapat membantu siswa berfikir secara abstrak, analitik dan kritis dalam menginterpretasi informasi dalam kehidupan sehari-hari (Edy, 2008, Julai 25). Pembelajaran Matematika penting untuk mendukung kehidupan masa depan siswa. Namun sistem dan kaedah pengajaran yang dilakukan oleh guru, sebagian besar masih menggunakan pendekatan berpusatkan guru (Isjoni, 2007). Guru yang aktif menstransfer ilmu kepada siswa, guru menggunakan paradigma lama yaitu menggunakan pendekatan tradisional (Zulkardi, 2002).

Padahal siswa tidak seharusnya pasif dan hanya memberikan jawaban kepada pertanyaan guru. Sebaliknya, siswa itu sendiri yang harus melakukan pembelajaran secara optimal dan tidak selalu menerima informasi dari guru.Siswa seharusnya didukung untuk melibatkan diri secara aktif dalam mengamati pola, melihat persamaan dan perbedaan dalam pengajaran dan pembelajaran Matematika (Noraini Idris, 2006). Siswa yang aktif memungkinkan pengembangan komunikasi Matematik.Komunikasi sangat penting dimiliki oleh siswa, baik untuk pembelajaran Matematika itu sendiri maupun untuk kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan komunikasi siswa mampu mengungkapkan ide, gagasan, rancangan, fikiran bahkan perasaannya terhadap orang lain (Kania, 2009). Kemampuan mentafsir, menyusun fakta dalam berbagai bentuk gambar, tabel, persamaan atau ketidaksamaan, dapat membuat siswa menyampaikan informasi dengan lebih jelas dan mudah difahami (Gonzales, 1996). Dengan komunikasi membuat siswa lebih mudah memahami konsep dalam pembelajaran Matematika (Dini, 2011). Guru dapat memperoleh wawasan mengenai kesalah fahaman Matematika dan pemahaman konsep Matematika melalui tafsiran siswa dalam ungkapan tertulis terhadap berbagai masalahMatematika (Bennett, 2007).

Komunikasi Matematik sangat penting dan sudah sewajarnya mendapatkan perhatian yang khusus dari seorang guru guna untuk mendukung pemahaman, pengkonstruksian konsep Matematika atau untuk meningkatkan kemampuan Matematika siswa (Moekijat,1993). Dalam proses pengajaran dan pembelajaran hal penting adalah berkomunikasi. Mengkomunikasikan gagasan dan ide kepada orang lain. Pertukaran ide dan pengalaman merupakan proses pengajaran dan pembelajaran. Berkomunikasi dengan teman sebaya adalah penting untuk mengembangkan komunikasi Matematik dan untuk penyelesaian masalah dengan sukses. Dengan demikian, komunikasi dalam Matematika menjadi sesuatu yang diperlukan dan bahagian penting dalam Matematika (Wahyudin, 2008).

Begitu pentingnya komunikasi dalam pembelajaran Matematika, maka pendekatan dalam pembelajaran dan pengajaran Matematika perlu perubahan (Zulkardi, Nieveen, van den Akker,& de Lange, 2002). Djaali (2008, Juli 25) menyatakan bahwa cara pengajaran Matematika di sekolah yang ada di Indonesia harus dirubah karena menjadi penyebab utama ketidaklulusan siswa dalam ujian nasional. Matematika harus diberikan dengan cara yang menyenangkan sehingga lebih mudah difahami siswa. Edy (2008, Juli 25) menambahkan, guru dalam mengajar harus berusaha menerapkan metode pengajaran Matematika yang baru. Pengajaran Matematik harus diperbaiki agar menyenangkan bagi siswa, pengajaran harus dimulai dengan apa yang difahami oleh siswa. Perubahan proses pembelajaran Matematika yang menyenangkan bagi siswa harus menjadi keutamaan (Ondi Saodi, 2008).

Menyadari betapa pentingnya faktor pendekatan dalam pembelajaran, maka penelitian ini mencoba memberikan sesuatu alterhatif pendekatan dalam pembelajaran.Menurut Zulkardi dan Nieveen (2001, Ogos) pendekatan yang memberikan harapan terhadap pembelajaran Matematika di Indonesia adalah Realistic Mathematics Education (RME).Demikian juga menurut Zulkardi, Nieveen, van den Akker, dande Lange (2002) salah satu pendekatan yang menjanjikan terhadap pengajaran dan pembelajaran Matematika adalah RME.RME merupakan pendekatan dalam pendidikan Matematikayang berdasarkan realistik dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran Matematika (Ifada Novikasari, 2007).

Sembiring, Sutarto Hadi,dan Dolk (2008) menyatakan bahwa RME yang kemudian diadaptasi menjadi PMRI, dimana didalamnya dilakukan pengembangan isi kandungan pembelajaran memberikan hasil bahwa sebagian besar siswa dan guru menyambut dengan postesitif pembelajaran tersebut. Salah satu pendekatan yang berpeluang besar bagi peningkatan hasil belajar Matematika dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelesaian masalah Matematika adalah pendekatan realistik (Darhim, 2004).Konsep Hans Freudenthal tentang Matematika dan pendidikan Matematik masih sah, walaupun telah 20 tahun dikembangkan (Erich, 2005).

Pernyataan Masalah

Pendidikan di Indonesia hanya menekankan penguasaan pengetahuan secara teoritis dan kurang menekankan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.Sehingga kualitas pendidikan masih rendah, khususnya dalam kualitas pembelajaran Matematika (Soedjadi, 2001, Februari). Menurut Zulkardi (2002) pengajaran Matematika yang dilaksanakan oleh guru kurang berkesan dan pendekatan dalam pembelajaran tidak mampu mengoptimalkan kemampuansiswa sehingga kemampuan Matematika siswa semakin rendah, khususnya komunikasi Matematik.

Komunikasi merupakan masalah dalam pembelajaran Matematika karena komunikasi Matematik siswa rendah, sehingga keikutsertaan siswa dalam pembelajaranpun sangat kurang (Dini, 2011). Siswa perlu belajarbagaimana menyatakan fikiran Matematikadalam kata-kata karenapembelajaranMatematikasaat ini tidak hanyamenuntutsiswa untukmemberikansolusi, tetapisiswa harus dapat menjelaskan cara memperolehsolusi (Bunnett& Lincoln, 2007).

Menurut Alif Hidayatul Laili (2009), komunikasi Matematik kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran Matematika. Sehingga sampai saat ini peranan guru dalam membangun komunikasi Matematik siswa khususnya dalam pembelajaran Matematika masih sangat terbatas (Wahid Umar, 2012). Mengakibatkan komunikasi siswa dirasakan sangat kurang (Herman, 2007; Antik, 2010) Begitu juga dalam mengkomunikasikan ide Matematika kurang sekali (Rohaeti, 2003; Wihatma, 2004). Hal ini dapat dilihat darisiswa tidak mempunyai kemampuan memberikan jawaban terhadap suatu persoalan, siswa tidak memahami makna dari soal-soal. Siswa jarang dirata-ratata untuk memberikan pendapat dalam pembelajaran Matematika, sehingga sangat siswa mengalami kesulitan untuk berdiskusi mengenai Matematika. Dengan demikian, sangat susah baginya untuk memberikan alasan atas jawabanyang diberikan (Cai, Lane,& Jakabcsin, 1996). Ketika seorang siswa tidak dapat menggambarkan penalaran mereka secara logik, sebab siswa tidak dapat mengkomunikasikan fikirannya dalam kata-kata maka akan timbul masalah karenasiswa tidak dapat menggambarkan penalaran Matematiksecara koheren (Baxter, Woodward,& Olson, 2005). Siswa yang tidak mampu berkomunikasi secara Matematika akan memiliki sedikit keterangan, fakta, dan data. Siswa akan mengalami kesulitan dalam pemahaman Matematika dan penerapan Matematika (Pressini & Bassett, 1996).

Masalah lain yang sering timbul ialah informasi balasan yang diberikan siswa atas informasi yang diperolehya tidak sesuai dengan harapan. Hal ini terjadi karena Matematika merupakan simbol dan istilah, sehingga sering dijumpai siswa yang mempunyai kemampuan menyelesaikan soal-sola Matematika, tetapi tidak memahami penyelesaian yang dikerjakannya (Sudrajat, 2001). Menurut Tim PPPG Matematika (2002) menyatakan bahwa ada siswa dapat menyelesaikan soal tetapi tidak mampu menerangkan jawaban yang diberikan. Siswa tidak dapat menjelaskan alasan dari setiap prosedur yang dikerjakan. Kemudian daripada itu, sebagian besar masalahyang dihadapi siswa dalamMatematikaadalah kurangnyakomunikasiantar guru dansiswa, siswadan siswa (Yushau, 2004).

Komunikasi Matematik perlu diperhatikan, karena melalui komunikasi siswa mengorganisasikan, menyatukan fikiran Matematik dan mengeksplor ide Matematika baik secara lisan maupun tulisan (NCTM, 2000). Di samping itu, siswa juga dapat memberikan respon yang tepat dalam proses pembelajaran. Bahkan dalam pergaulan bermasyarakat, seseorang yang mempunyai komunikasi yang baik akan cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dengan siapapun dan di manapun berada dalam suatu komunitas, yang pada gilirannya akan menjadikannya sukses dalam kehidupan (Wahid Umar, 2012).

Menurut Fajar Shadiq (2007, Mac) pembelajaran Matematika lebih banyak menekankan pada penguasaan kemampuandasar (basic skills), tetapi sangat sedikit menekankan penerapan Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan berkomunikasi secara Matematika. Pembelajaran Matematika lebih banyak mengedepankan hapalan konsep yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan komunikasi Matematik (Indah Nursuprianah & Darsono, 2009).

Tinjauan Teoritis

Komunikasi Matematik

Komunikasi adalah saling menukar ide dengan cara apa saja yangefektif (Moekijat, 1993). Komunikasi Matematik tidak hanya sekadar menyatakan ide Matematika melalui tulisan dan lisan tetapi lebih luas lagi, yaitu kemampuansiswa dalam perihal menyatakan, menggambarkan, menerangkankan, menanyakan, mendengar, dan bekerjasama dalam kelompok. Komunikasi sebuah cara saling menukar ide dan menerangkan pemahaman dan melalui komunikasi ide diperbaiki, didiskusikan, direfleksikan, dan dirubah (Sulivan & Mousley dalam Bansu Irianto Ansari, 2003).

Komunikasi penting dalamMatematika karena pada dasarnya Matematika adalah suatu bahasa.Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan (Jujun S. Suriasumantri, 2007). Matematika merupakan bahasa tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola, tetapi Matematika juga sebagai alat komunikasi antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa (Evawati Alisah & Eko, 2007). KomunikasiMatematik sangat penting dalam pembelajaran Matematika, tujuannyauntuk berkomunikasi Matematika, menggunakanMatematikasebagai alat untuk berkomunikasi, untuk membuat hubungan antara ide-ide Matematika, untuk mengungkapkan ide Matematika, dan untuk menerangkan keadaan atau masalah dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, atau media lain (Abdul Qohar & Utari Sumarmo, 2013).

Bansu Irianto Ansari (2003) membagi komunikasi Matematik menjadi dua aspek iaitu komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat diperhatikan melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsung proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi Matematik tulisan adalah kemampuan dan kemahiran siswa menggunakan perbendaharaan kata, struktur dan notasi Matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta dapat memahi rata-rataya dalam pemecahan masalah. Komunikasi lisan dapat diungkap melalui representasi Matematika yang diklasifikasikan dalam tiga kategori: (a) aspek drawing yaitu pemunculan model konseptual: diagram, gambar, grafik dan tabel; (b) aspek mathematical expression yaitu pembentukan model Matematika; dan (c) aspek written texts yaitu memberikan pendapat terhadap gambar, diagram, grafik, tabel dan konsep-konsep formal yang didasarkan pada analisis.

Komunikasi Matematik menurut Utari Sumarmo (2005) ialah: (1) menyatakan suatu keadaan, diagram, gambar, atau benda nyata ke dalam simbol, bahasa, model, dan ide Matematika, (2) menerangkan ide, keadaan, dan relasi Matematika secara lisan dan tulisan, (3) mendengarkan, menulis, dan berdiskusi tentang Matematika, (4) membaca dengan pemahaman suatu ungkapan Matematika tertulis, (5) membuat konjektur, menyusun pendapat, membuat definisi, dan generalisasi, dan (6) mengungkapkan kembali suatu uraian ataupun paragraf Matematika dengan menggunakan bahasa sendiri.

Collinset al. (dalam Mohammad Asikin, 2002) menyatakan bahwa para siswa dapat mengembangkan komunikasi melalui model, berbicara, menulis, menggambarkan dan mengungkapkan hasil pemikirannya. Komunikasi dapat dikonstruksi melalui interaksi diantara sesama siswa. Menurut Turmudi (2010, Januari) agar terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, maka siswa hendaknya bekerjasama dalam kelompok. Sebab dengan bekerjasama dalam kelompok akan terjadi interaksi antara siswa dengan siswa. Perihal ini pulalah yang memfasilitasi standar proses komunikasi Matematik. Bekerjasama dalam kelompok dapat menditeksi komunikasi Matematik siswa baik tertulis maupun lisan.

Mengkonstruksi Matematika melalui model Matematika merupakan cara untuk mengembangkan komunikasi. Dalam proses pembuatan model, aspek komunikasi menjadi sangat penting karena siswa dituntut untuk mampu mengkomunikasikan gagasan Matematika dalam bentuk model ataupun rumusan Matematika. Pembuatan model menuntut aktivitas menulis.Aktivitas menulis membantu siswa memperkuat komunikasi (Allen & Kelley, 2007).

Pendekatan Realistik

Pendekatan realistik merupakan teori dalam pembelajaran Matematika yang pertama kalinya diperkenalkan di Freudenthal Institute (Netherlands) pada tahun 1970. pendekatan realistik memberikan kemudahan kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam belajar Matematika. Hasil kaji yang dilakukan sejumlah negara (termasuk negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia) telah memperlihatkan bahwa pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika memberikan harapan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemamahan siswa dalam Matematika (Barnes, 2004). Pendekatan realistik memberikan kemudahan kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam belajar Matematika.Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan realistik, siswa berkelompok melaksanakan aktivitas seperti: menerangkan, menyetujui ataupun tidak menyetujui, bertanya, dan sebagainya (Erman Suhermanet al., 2003).

Adanya masalah kontekstual yang dapat menghubungkan konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Menciptakan model yang dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan persoalan Matematika. Proses penemuan dan mengkonstruksi pengetahuan Matematika formal dalam RME, penuh dengan aktivitas penyelesaian masalah, penalaran dan komunikasi Matematik. Selain itu RME lebih mengutamakan proses, menghargai perbedaan pendapat, dan mendukung siswa untuk berani menyampaikan pendapat (komunikasi) sehingga RME merupakan alternatif pembelajaran Matematika yang mampu mengembangkan penalaran dan komunikasi Matematik (Suharta, 2003).

Melalui pendekatan realistik siswa mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan masalah kontekstual kedalam simbol Matematika (aspek drawing) tanpa bantuan guru.Kemudian daripada itu siswa dapat menghubungkan masalah kontekstual dengan model Matematika (aspek mathematical expression) melalui tulisan,dengan pendekatan realistik, beberapa siswa mampu berargumentasi secara Matematika, siswa mampu menjelaskan secara tulisan ataupun lisan terhadap penyelesaian masalah kontekstual. Siswa mampu menjelaskan ide Matematika (aspek written texts) secara tertulis dengan benar dan mampu menuliskan penyelesaian masalah kontekstual secara akurat (Husen Windayana, 2007).

Dengan demikian, pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika dapat mengembangkan komunikasi Matematik (Suarjana, 2007). Begitu juga menurut Alih Hanafi (2008) bahwa pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuankomunikasi Matematik siswa. Indah Nursuprianah dan Darsono (2009) yang menyatakan dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan komunikasi Matematik siswa. Mahayukti (2004) menyatakan ada pengaruh penerapan pendekatan realistik terhadap komunikasi Matematik siswa. Pendapat lain menyatakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistik Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan komunikasi Matematik siswa lebih baik, dibandingakan kelompoksiswa yang mengikuti pembelajaran tradisional (Kania, 2009). Komunikasi Matematik siswa yang diajar dengan pendekatan Matematik realistik ternyata lebih baik dibandingkansiswa yang diajar dengan pendekatan tradisional (Saragih, 2007).

Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik. Untuk mengetahui efektifitas pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik digunakan metode eksperimental. Untuk metode eksperimental dipilih 2 kelompok siswa kelas X secara acak. Dari 2 kelompok satu kelompok dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan yang satu lagi sebagai kontrol. Kelompok eksperimen diajar Matematik dengan menggunakan pendekatan realistik. Sedangkan kelompok kontrol tanpa realistik.Kelompok eksperimen dan kontrol diberikan ujian pretes dan ujian postes. Kajian ini menggunakan Randomized Pretest-Postesttest Control Group Design yang diperkenalkan oleh Jack dan Norman (1993). Reka bentuk kajian ini adalah seperti.

Kelompok Eksperimen R O X1 O

Kelompok Kontrol R O X2 O

Keterangan:

O : Ujian pretes dan postes

X1 : Pembelajaran dengan pendekatan realistik

X2 : Pembelajaran tanpa pendekatan realistik

HASIL PENELITIAN

Ha(1): Terdapat perbedaan yang signifikan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik dengan menggunakan pendekatan realistik

Uji Levene’s dalam uji-t sampel bebas didapatkan tidak signifikan (p > .05). Keputusan ini telah memenuhi andaian kehomogenan varians yang sama antara siswakelompok eksperimen dan kontrol. Uji-t berpasangan adalah signifikan [t(34) = -22.94, p < .05] secara statistik.Ini menunjukkan terdapat perbedaan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik dengan menggunakan pendekatan realistik (Tabel 1). Rata-rata (10.20) ujian postes komunikasi Matematik lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata (2.51) ujian pretes bagi kelompok eksperiman. Demikian pula, median (11) ujian postes komunikasi Matematik lebih tinggi dibandingkan dengan median (2) ujian pretes bagi kelompok eksperimen. Ini menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi Matematik adalah disebabkan penggunaan pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika di SMAN 1 Tembilahan, Inhil, Riau.

Tabel1. Uji-t terhadap ujian pretes dan postes komunikasi Matematik dengan

menggunakan pendekatan realistik

N

Rata-rata

sp

dk

t

p

Ujian Pretes

35

2.51

1.67

34

-22.94

.00*

Ujian Postes

35

10.20

3.12

*p < .05

Ha(2): Terdapat perbedaan yang signifikan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek drawing dengan menggunakan pendekatan realistik

Uji-t berpasangan adalah signifikan [t(34) = -19.59, p < .05] secara statistik.Ini menunjukkan terdapat perbedaan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek drawing dengan menggunakan pendekatan realistik (Tabel 2). Rata-rata (4.66) ujian postes komunikasi Matematik aspek drawing lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata (1.77) ujian pretes bagi kelompok eksperiman.Demikian pula, median (5) ujian postes komunikasi Matematik aspek drawing lebih tinggi dibandingkan dengan median (1) ujian pretes bagi kelompok eksperimen.Ini menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi Matematik aspek drawing adalah disebabkan penggunaan pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika di SMAN 1 Tembilahan, Inhil, Riau.

Tabel2. Uji-t terhadap ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek

drawing dengan menggunakan pendekatan realistic

N

Rata-rata

sp

dk

t

p

Ujian Pretes

35

1.77

1.33

34

-19.59

.00*

Ujian Postes

35

4.66

1.00

*p < .05

Ha(3): Terdapat perbedaan yang signifikan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek mathematical expression dengan menggunakan pendekatan realistik

Uji-t berpasangan adalah signifikan [t(34) = -16.23, p < .05] secara statistik. Ini menunjukkan terdapat perbedaan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek mathematical expression Matematik dengan menggunakan pendekatan realistik (Tabel 3). Rata-rata (3.31) ujianposteskomunikasi Matematik aspek mathematical expression lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata (0.66) ujian pretes bagi kelompok eksperiman. Demikian pula, median (4) ujian postes komunikasi Matematik aspek mathematical expression lebih tinggi dibandingkan dengan median (1) ujian pretes bagi kelompok eksperimen.Ini menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi Matematik aspek mathematical expression adalah disebabkan penggunaan pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika di SMAN 1 Tembilahan, Inhil, Riau.

Tabel3. Uji-t terhadap ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek

mathematical expressiondengan menggunakan pendekatan realistik

N

Rata-rata

sp

dk

t

p

Ujian Pretes

35

0.66

0.64

34

-16.23

.00*

Ujian Postes

35

3.31

1.05

*p < .05

Ha(4): Terdapat perbedaan yang signifikan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek written texts dengan menggunakan pendekatan realistik

Uji-t berpasangan adalah signifikan [t(34) = -9.02, p < .05] secara statistik.Ini menunjukkan terdapat perbedaan ujian pretes dan postes komunikasi Matematik aspek written texts dengan menggunakan pendekatan realistik (Tabel 4).Rata-rata (2.23) ujianposteskomunikasi Matematik aspek written texts lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata (0.56) ujian pretes bagi kelompok eksperiman. Demikian pula, median (2) ujian postes komunikasi Matematik aspek written texts lebih tinggi dibanding dengan median (0) ujian pretes bagi kelompok eksperimen. Ini menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi Matematik aspek written texts adalah disebabkan penggunaan pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika di SMAN 1 Tembilahan, Inhil, Riau.

Tabel 4. Uji-t terhadap ujian pretes dan postes komunikasi Matematikaspek

written texts dengan menggunakan pendekatan realistik

N

Rata-rata

sp

dk

t

p

Ujian Pretes

35

0.56

0.24

34

-9.02

.00*

Ujian Postes

35

2.23

1.40

*p < .05

Ha(5): Terdapat perbedaan yang signifikan bagi kelompok eksperimen dan kontrol ujian postes komunikasi Matematik

Uji-t sampel bebas adalah signifikan [t(67) = 3.63, p < .05] secara statistik bagi ujian postes komunikasi Matematik antara kelompok eksperimen dan kontrol.Ini menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi Matematik antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan realistik dibandingkansiswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan tanpa realistik (Tabel 5). Dengan demikian, pendekatan realistik efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik. Rata-rata (10.20) ujian postes komunikasi Matematik kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata (7.71) ujian postes kelompok kontrol. Penggunaan pembelajaran tanpa realistik hanya meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik dari rata-rata (2.53) kepada rata-rata (7.71) yaitu perbedaannya sebanyak 5.18. Sedangkan penggunaan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik lebih tinggi yaitu dari rata-rata (2.51) kepada rata-rata (10.20). Ini menunjukkan pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan komunikasi Matematik lebih tinggi dibandingkan pendekatan tanpa realistik yaitu perbedaannya sebanyak 7.69 (10.20 – 2.51) dibandingkan dengan perbedaan tanpa realistik sebanyak 5.18 (7.71 – 2.53).Demikian pula, median (11) ujian postes komunikasi Matematik kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan median (8) ujian postes kelompok kontrol.

Tabel 5. Keputusan ujian-t terhadap ujian postes komunikasi Matematik bagi

kelompok eksperimen dan kontrol

Kelompok

N

Rata-rata

sp

dk

t

p

Eksperimen

35

10.20

3.12

67

3.63

.00*

Kontrol

34

7.71

2.54

*p < .05

Pembahasan danKesimpulan

Pendekatan realistik efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik siswa. Perihal ini senada dengan Indah Nursuprianah dan Darsono (2009) yang menyatakan dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan komunikasi Matematik siswa. Mahayukti (2004) menyatakan ada pengaruh penerapan pendekatan realistik terhadap komunikasi Matematik siswa. Ini disebabkan karena proses pembelajaran dengan pendekatan realistik menuntut siswa untuk senantiasa berfikir tentang ide Matematika, kemudian mengomunikasikannya, baik secara lisan maupun tulisan. Setiap siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan idenya, sedangkan siswa lainnya diberi kesempatan untuk memberikan informasi balasan. Gagasan yang berbeda antara siswa diakomodasi dan dihargai, sehingga siswa tidak merasa takut bilamana jawaban mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Komunikasi adalah saling tukar menukar ide dengan cara apa saja yangefektif (Moekijat, 1993). Komunikasi Matematik tidak hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi, yaitu kemampuan siswa menyatakan, menerangkan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerja dalam kelompok. Komunikasi ialah sebuah cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman, maka melalui komunikasi ide direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan dirubah (Sulivan & Mousley dalam Bansu Irianto Ansari, 2003).

Komunikasi Matematik menurut Utari Sumarmo (2005) ialah: (1) menyatakan suatu keadaan, diagram, gambar, atau benda nyata ke dalam simbol, bahasa, model, dan ide Matematika, (2) menerangkan ide, keadaan, dan relasi Matematika secara lisan dan tulisan, (3) mendengarkan, menulis, dan berbincang tentang Matematik, (4) membaca dengan pemahaman suatu ungkapan Matematika tertulis, (5) membuat konjektur, menyusun pendapat, membuat definisi, dan generalisasi, dan (6) mengungkapkan kembali suatu uraian ataupun paragraf Matematika dengan menggunakan bahasa sendiri. Sedangkan menurut Mohammad Asikin (2002, Juli) komunikasi Matematik dapat diartikan sebagai suatu peristiwa peralihan pesan yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana pesannya berisi tentang isi kandungan Matematika dalam kelas.

Pembelajaran Matematika dengan pendekatan realistik diawali dari masalah kontekstual. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan model Matematika yang berkenaan dengan masalah kontekstual. Siswa akan memulai dengan model informal kemudian mengungkapnya dalam tulisan ataupun lisan, setahap demi setahap model Matematika akan berubah menjadi model formal. Siswa yang mengalami kesulitan dapat mendiskusikannya dengan rekan sebaya ataupun guru.Dalam pembelajaran yang menggunakanpendekatan realistik, siswa berkelompok melaksanakan aktivitas seperti: menerangkan, menyetujuiataupun tidak menyetujui, bertanya, dan sebagainya (Erman Suhermanet al., 2003).Sehingga terjadi interaksi antara sesama siswa maupun siswa dengan guru dalam pembelajaran,ini penting dalam Matematika realistik. Interaksi dapat berupa penerangan, perundingan, pembenaran,setuju, tidak setuju, refleksi ataupun pertanyaan. Interaksi ini digunakan oleh siswa untuk memperbaharui dan memperbaiki model yang dibina. Sedangkan oleh guru digunakan untuk menuntun siswa sampai kepada konsep Matematika formal yang diperkenalkan (Husen Windayana, 2007).Menurut Turmudi (2009) memanfaatkan interactivity dalam proses pembelajaran Matematika dalamkelas, artinya komunikasi multi arah terjadi dalam pembelajaran Matematika. Berkomunikasi dengan rekan sebaya ataupun dengan guru adalah penting untuk mengembangkan komunikasi.

Melalui pendekatan realistik siswa mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan masalah kontekstual kedalam simbol Matematika (aspek drawing) tanpa bantuan guru. Kemudian daripada itu siswa dapat menghubungkan masalah kontekstual dengan model Matematika (aspek mathematical expression) melalui tulisan, dengan pendekatan realistik, beberapa siswa mampu berpendapat secara Matematika, siswa mampu menjelaskan secara tulisan ataupun lisan terhadap penyelesaian masalah kontekstual. Siswa mampu menjelaskan ide Matematika (aspek written texts) secara tertulis dengan benar dan mampu menuliskan penyelesaian masalah kontekstual secara akurat (Husen Windayana, 2007). Dengan demikian, pendekatan realistik dalam pembelajaran Matematika dapat mengembangkan komunikasi Matematik (Suarjana, 2007).

Begitu juga menurut Alih Hanafi (2008) bahwa pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik siswa. Pendapat lain menyatakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistik Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan komunikasi Matematik siswa lebih baik, dibandingkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran tradisional (Kania, 2009). Komunikasi Matematik siswa yang diajar dengan pendekatan Matematik realistik ternyata lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan pendekatan tradisional (Saragih, 2007).

Pendekatan realistik berpengaruh terhadap komunikasi Matematik siswa. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik menuntut siswa untuk senantiasa berfikir tentang ide Matematika, kemudian mengomunikasikannya, baik secara lisan maupun tulisan. Setiap siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan idenya, sedangkan siswa lainnya diberi kesempatan untuk memberikan informasi balasan. Gagasan yang berbeda antara siswa diakomodasi dan dihargai, sehingga siswa tidak merasa takut bilamana jawaban mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran Matematika dengan pendekatan realistik memberikan peluang kepada siswa untuk mengungkapkan ide Matematik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Siswa leluasa menuliskan konsep-konsep Matematika yang diperolehnya.

Daftar Pustaka

Abdul Qohar,& Utari Sumarmo. (2013). Improving mathematical communication ability and self regulation learning of yunior high students by using reciprocal teaching.Indonesia Mathematics Society Journal on Mathematics Education (IndoMS. J.M.E),4(1), 59-74.

Ali Hanafi. (2008). Meningkatkan kemampuan komunikasi dan penalaran dalam pemecahan soal Matematik melalui pendekatan realistik (Skripsi Sarjana tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Alif Hidayatul Laili. (2009). Peningkatan kemampuan komunikasi melalui model pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada materi persegi panjang di Kelas VII SMP Negeri I Manyar Gresik. (Tesis Master tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah, Gresik.

Allen, M. J., & Kelley, A. (2007). Emphasizing teamwork and comunication skills in introductory calculus courses. American: Society for Engineering Education.

Antik. (2010). Impelemtasi open-ended problem solving untuk meningkatkan kompetensi penalaran dan komunikasi Matematika. (Skripsi Sarjana tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Bansu Irianto Ansari. (2003). Menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi Matematik siswa SMU melalui strategi Think-Talk-Write.(Disertasi Doktoral tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Barnes, H. (2004). Realistic mathematics education: eliciting alternative Mathematical conceptions of learners. African Journal of Research in SMT Education,8(1), 53-64

Baxler, J. A., Woodward, J., & Olson, D. (2005). Writing in Mathematics: alternative form of communication for academically low-achieving students.Learning Disabilities Research &Pretesctise, 20(2), 119-135.

Brumbaugh, D. K.,& Rock, D. (2006). Teaching secondary mathematics. (3th Edition). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Bunnett, R., & Lincoln, N. E.(2007). Writing in the mathematics classroom: does it have an effect on students’ mathematical reasoning?. summative projects for ma degree.Diambil dari http://scimath.unl.edu/MIM/files/research/FellowsR.pdf

Cai, J., Lane, S.,& Jakabcsin, M. S. (1996). The role of open-ended tasks and holistic scoring rubrics: Assessing students' mathematical reasoning and communication. In P. C. Elliot& M. J. Kenney (Eds.), Yearbook of the National Council of Teachers of Mathematics:Communication in mathematics: K-12 and beyond (pp. 137-145). Reston, VA: NCTM.

Darhim. (2004). Pengaruh pembelajaran matematika kontekstual terhadap hasilbelajar dan sikap siswa sekolah dasar kelas awal dalam matematika. (Disertasi Doktoral tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Dini.(2011). Modifikasi quantum learning dan metode ekspostesitori untuk mengembangkan kemampuan komunikasi Matematis siswa SMP.Diambil dari File:///F:/Pembelajaran@dini’sdiary.htm.

Djaali. (2008, Julai 25). Ubah cara pengajaran matematika. Harian Umum Kompas. Diambil dari http://aingkumaha.blogspot.com/2008/07/ubah-cara-pengajaran-matematika.html.

Dolk, M., Sutarto Hadi., &Sembiring, R. K. (2008). Reforrata-ratag Mathematics learning in Indonesia classrooms through RME.ZDM Mathematics Education, 40, 927-939. doi:10.1007/s11858-008-0125-9.

Edy. (2008, Julai 25). Ubah cara pengajaran matematika. Harian Umum Kompas. Diambil dari http://aingkumaha.blogspot.com/2008/07/ubah-cara-pengajaran-matematika.html.

Erich, C. W. (2005). Realistic mathematics education, past and present. Dortmund: Universitat Dortmund.

Erman Suherman, Turmudi, Didi Suryadi, Tatang Herman, Suhendra, Susyani Pretesbawanto, Nurjanah, & Ade Rohayati. (2003). Strategi pembelajaran Matematika kontemporer. Bandung: UPI.

Evawati Alisah, & Eko P. Dharmawan. (2007). Filsasafat dunia matematika pengantar untuk memahami konsep-konsep Matematika. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Fajar Shadiq. (2007, Mac). Inovasi pembelajaran matematika dalam rangka menyongsong sertifikasi guru dan persaingan global.Paper dipresentasikan pada serata-rataar Matematika P4TK (PPPG), Yogyakarta.

Gonzales, N. A. (1996). Problem formulation: insight from students generated questions.School Science and Mathematics, 96(3), 113-169. doi: 10.1111/j.1949-8594.1996.tb.15830.x.

Herman. (2007). Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan penalaran Matematis siswa SMP. Cakrawala Pendidikan, 26(1), 41- 62.

Husen Windayana. (2007). Pembelajaran matematik realistik dalam meningkatkan kemampuan berfikir logis, kreatif dan kritis, serta komunikasi Matematik siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 1(8), 1- 4.

Ifada Novikasari. (2007). Realistic Mathematics Education (RME): pendekatan pendidikan Matematika dalam konsep dan realitas. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan Insania,12(1), 93-106.

Indah Nursuprianah, & Darsono (2009).Perbedaan kemampuan komunikasi Matematika siswa yangmenggunakan pendekatan pembelajaran Realistic MathematicEducation (RME) dan pendekatan konvensional.EduMa,1(2), 137 – 142.

Isjoni. (2007). Saatnya pendidikan kita bangkit. Yogyakarta: Pustaka Siswa.

Jack, R. F., & Norman E. W. (1993). How to design and evaluate research in education. New York: Mc Graw-Hill.

JujunS. Suriasumantri. (2007). Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta: Pusataka Sinar Harapan.

Kania. (2009). Kegiatan pembelajaran realistic mathematics education (RME) sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi Matematika siswa Sekolah Dasar. (Tesis Magister tidak diterbitkan) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mahayukti. (2004). Pengaruh penerapan pendekatan realistik terhadap penalaran dan komunikasi Matematik siswa SLTP 1 Singaraja.Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja,37(3), 29-39.

Moekijat.(1993). Teori Komunikasi. Bandung: Mandur Maju.

Mohammad Asikin. (2002, Julai). Menumbuhkan kemampuan komunikasi Matematika melalui pembelajaran Matematika realistik. Makalah Serata-rataardisampaikan dalam Konferensi Nasional Matematika XI di UM, Malang.

National Councilof Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and standards for school Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Noraini Idris. (2006). Exploring the effects of ti-84 plus on achievement and anxiety in mathematics. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education,2(3), 66-78.

OndiSaondi. (2008). Menumbuhkembangkan berfikir logis dan sikap postesitif terhadap Matematika melalui pendekatan Matematika realistik.Equilibrium, 4(8), 86 – 95.

Peressini, D., & Bassett, J. (1996). Mathematical communication in Students’ responses to a performance assessment task.In P. C. Elliot& M. J. Kenney(Eds.), Yearbook: Communication in mathematics, K-12 and beyond (pp. 146–158).Reston, VA: NCTM.

Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika. (2002). Model-model pembelajaran matematika SMP. Diambil dari http://www.docstoc.com/docs/59002039/.

Rohaeti. (2003). Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode IMPROVE untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan komunikasi matematik siswa SLTP. (Tesis Master tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan kemampuan berfikir logis dan komunikasi matematiksiswa sekolah menengah pertama melalui pendekatan Matematika realistik. (Tesis Master tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Soedjadi, R. (2001, Februari). Pembelajaran Matematika realistik: pengenalan awal dan pretesktis. Paper dipresentasikan pada serata-rataar Nasional di FMIPA UNESA, Surabaya.

Suarjana. (2007). Menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah, penalaran, dan komunikasi Matematik melalui pembelajaran Matematik realistik.Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 40(4), 937-959.

Sudrajat. (2001). Penerapan SQ3R pada pembelajaran tindak lanjut untuk peningkatan kemampuan komunikasi dalam Matematika siswa SMU. (Tesis Master tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suharta. (2003). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (alternatif pembelajaran Matematika yang berorientasi Kurikulum Berbasis Kompetensi).Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 36, 137-155.

Turmudi. (2010, Januari). Mengurangi rasa cemas belajar Matematika dengan menampilkan Matematika eksploratif untuk merangsang siswa belajar. Paper dipresentasikan pada serata-rataar nasional UNISBA, Bandung.

Utari Sumarmo. (2005). Pengembangan berfikir Matematik tingkat tinggi siswa SLTP dan SMU serta mahasiswa strata satu melalui berbagai pendekatan pembelajaran. (Laporan penelitian tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wahid Umar. (2012). Membangun kemampuan komunikasi Matematis dalam pembelajaran matematika. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 1(1), 1-9.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan model-model pembelajaran: pelengkap untuk meningkatkan kompetensi pedagogis para guru dan calon guru profesional. (Diktat Perkuliahan tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wihatma. (2004). Meningkatkan kemampuan komunikasi Matematik siswa SLTP melalui "Cooperative Learning" tipe "Student Team-Achievement Divisions" (STAD).(Disertasi Doktoral tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Yushau, B. (2004). The role of language in the teaching and learning of Mathematics. Diambil dari www.kfupm.edu.sa/math/. E-mail: [email protected].

Zulkardi & Nieveen, N. (2001, Ogos). CASCADE-IMEI: Web site support for student teacherslearning Realistic Mathematics Education (RME) in Indonesia. Paper presented in theICTMT5 conference, Klagenfurt, Austria.

Zulkardi.(2002). Development a Learning environment on Realistic MathematicsEducation (RME) for Indonesian student teachers. (Unpublish Doctoral Disertation). University of Twente, Enschede. The Netherlands.

Zulkardi., Nieveen, N., van den Akker, J., &de Lange, J. (2002). Designing, evaluating and implementing an innovative learning environment for supporting Mathematics Education reform in Indonesia: The CASCADE-IMEI study. In P. Valero & O. Skovsmose (Eds.),Proceedings of the 3rd International Mathematics Educationand Society Conference (pp. 1-5). Copenhagen: Centre for Research in Learning Mathematics.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post