Hesti Dwi Agusdiyanti

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. "(Al-hadits) Guru adalah profesi untuk menjadi manusia bermanfaat. Terus berbenah untu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sudah Profesionalkah Saya (bag.1)?
Siswa xi IPA 1 SMA Negeri 8 Batanghari

Sudah Profesionalkah Saya (bag.1)?

#Tantangangurusiana

#Tantanganharike-2

Pada tantangan hari ke 2 ini, saya ingin menulis segala sesuatu tentang profesi kita semua yaitu menjadi seorang guru. Ya, profesi yang pada awalnya bukan keinginan saya, namun karena paksaan dari seseorang yang sudah melahirkan dan sangat menyayangi saya, maka takdir ini menjadi sebuah harapan indah untuk saya. Terima kasih ibundaku sayang, semoga Allah memberikan tempat terbaik untukmu di sisiNya. Allaahummaghfirlaha warhamha wa’afiiha wa’fu anha. Aamiin yraBuat saya, berprofesi menjadi seorang guru sangatlah membanggakan. Bagaimana tidak membanggakan, seorang guru akan di gugu dan ditiru oleh siswa didiknya, bak seorang artis dengan fans siswa didiknya. Guru juga pembangun peradaban. Oleh karenanya, untuk mengetahui maju tidaknya peradaban suatu bangsa satu atau dua dasawarsa ke depan, maka lihatlah pendidikannya, lihatlah bagaimana guru- guru mendidik siswa nya hari ini. Peran guru menjadi teramat penting dalam membangun tingkat peradaban suatu bangsa. Namun label profesi untuk guru buat saya sebenarnya terlalu berat untuk diemban. Saat jabatan guru bersanding dengan kata "profesi" berarti negara ini sudah memberikan penghormatan dan penghargaan lebih untuk para guru dan tentu yang lebih mengharukan profesi guru akan berimbas pada insentif ataupun tunjangan yang mengiringinya. Ya, negara ini telah memberi sertifikat pendidik bagi guru-guru yang dianggap professional. Banyak guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik, termasuk saya. Lalu, sudah profesionalkah saya sebagai seorang guru?Dalam menjawab pertanyaan ini, tentu saya harus mencari dan membaca referensi yang valid tentang kriteria seorang guru professional. Pada peringatan HGN (hari guru nasional) 2018, dalam sambutannya, bapak Professor Muhajir Efendi selaku menteri pendidikan dan kebudayaan  saat itu, mengatakan bahwa paling tidak ada tiga criteria yang harus dimiliki oleh seorang guru professional, diantaranya yaitu : 1.      Memenuhi kompetensi dan keahlian inti seorang pendidik. 2.      Mampu membangun kesejawatan dengan sesama guru3.      Mampu merawat jiwa socialKriteria pertama, guru harus memenuhi kompetensi dan keahlian seorang pendidik. Yah guru adalah pendidik, bukan pengajar. Sepintas terdengar sama, namun keduanya memiliki makna yang berbeda. Guru sebagai pendidik lebih bermakna bahwa guru mampu mengubah perilaku siswa dari tidak tau menjadi tau (sisi kognitif/pengetahuan), dari tidak baik menjadi baik (sisi afektif/sikap), serta dari tidak bisa menjadi bisa (sisi psikomotorik/ketrampilan). Untuk menjadikan siswa memiliki ketiga hal tersebut maka menurut undang-undang guru dan dosen, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian dan kompetensi social.Diantara pesan orang bijak yang masih saya kenang hingga hari ini adalah, “Didiklah siswa siswimu sesuai zamannya, karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan kalian sekarang”.  Benarlah, hari ini pesan itu seolah terngiang kembali di telinga saya. Entah sudah seberapa sering saya mengeluhkan perilaku siswa-siswi saya, padahal saya sudah banyak cara untuk mendidik mereka agar menjadi siswa yang baik, berkarakter dan mumpuni. Bahkan tak jarang saya selalu membandingkan perilaku mereka dengan posisi ketika dahulu saya pernah menjadi seorang siswa. Mungkin inilah yang menjadi tantangan profesi saya hari ini. Apakah saya telah mendidik mereka sesuai zamannya? Atau yang terjadi justru cara mendidik saya adalah hasil adopsi dan adaptasi guru guru yang dahulu mengajar saya. Ya, selama ini saya menganggap kenakalan siswa-siswi saya adalah murni watak mereka. Padahal kalo pesan bijak itu saya renungkan, justru saya lah yang seharusnya merasa bersalah dalam hal ini. Saya seolah tak peduli dengan perkembangan zaman dimana mereka rasakan hari ini, karena saya merasa sudah berada di zona nyaman dalam mendidik mereka. Ketika perubahan itu niscaya, yang terjadi pada saya adalah keterkejutan. Dan mengadaptasi diri untuk mengikuti perkembangan zaman sungguh membutuhkan keseriusan dan ketelatenan. Inilah PR saya menjadi guru hari ini dan bisa jadi PR kita semua. Kita harus memulai untuk memaknai makna mendidik dalam profesi kita.-Bersambung-  

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post