
RENUNGAN TENTANG SISWA VOKASIONAL
Pagi ini, saya mengamati aktivitas siswa magang di tempat usaha pertanian milik keluarga. Siswa berasal dari salah satu SMK di daerah tempat saya tinggal. Ada hal menarik dari pengamatan saya. Siswa bekerja masih canggung walaupun sudah hampir 3 bulan magang. Padahal perusahaan sudah maksimal dalam melatih. Ada apa ini? Apa yang salah? Saya dekati mereka karena ingin tahu lebih jauh.
Tampak jelas bahwa kerja mereka kurang cekatan. Banyak jeda, banyak bertanya dan berbicara tidak perlu. Saya bertanya, “kenapa sering sekali jeda dan menunggu”. Jawabannya membuat saya agak terperangah. “Peralatannya gantian, bu”, kata mereka.”Apakah tidak ada alternatif lain?” tanya saya. Kembali mereka menjawab, “ Gak tahu, bu. Sebenarnya ada 2, tapi entah ditaruh di mana.” Padahal peralatan yang dimaksud sangat sederhana hanya sepotong kayu. Kayu bisa didapatkan di sekitar tanpa mengalami kesulitan.
Dari hasil pengamatan dan dialog itu saya bisa menyimpulkan betapa kurang kreatif, kurang cekatan, kurang percaya diri, dan kurang inisiatifnya siswa. Sifat-sifat tersebut dalam dunia vokasional dikenal dengan istilah karakter kerja. Fenomena ini pasti tidak terjadi hanya pada sekolah mereka saja. Bisa saja terjadi pada sekolah-sekolah lain. Padahal SMK bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dibidangnya. Apalagi saat ini dunia kerja menghendaki tenaga kerja yang memiliki kreatifitas, inisiatif, dapat memecahkan masalah, dan memiliki pengetahuan. Disamping tuntutan memiliki kompetensi sesuai bidangnya.
Alhasil, pengamatan singkat dan dialog itu menyebabkan saya berpikir dan merenung lebih dalam. Salah siapa kah ini? Orang tua yang tidak membiasakan di rumah atau sekolah yang kurang membekali siswa? Kesimpulan saya, dua-duanya berperan dalam membentuk anak. Walaupun dengan persentase yang berbeda. Orangtua semestinya memberikan life skills dengan pembiasaan sehari-hari sesuai kemampuan dan usia anak. Sementara itu, guru mengajarkan kompetensi dan karakter kerja yang dibutuhkan siswa untuk bekal masuk dunia kerja. Kerjasama orang tua dan guru sangat diperlukan demi terwujudnya lulusan SMK yang kompeten sesuai bidangnya.
Namun banyak para orang tua dan guru tidak menyadari posisinya masing-masing. Pihak orang tua hanya menyerahkan pendidikan anak seutuhnya pada sekolah (baca guru). Guru kejuruanpun kurang maksimal mendidik karakter kerja. Mereka berpikir bahwa pendidikan karakter itu bukan wewenangnya. Tugasnya hanya mengajarkan ketrampilan sesuai bidang.
Wahai guru, ingatlah andapun punya kontribusi minimal 40% dalam membentuk anak (baca siswa), maka bersungguh-sungguhlah dalam menjalankan tugas mulia ini. Kelak di hari akhir kita akan dimintai pertanggungjawaban.
Pangkalan Bun, 28 Juli 2017
@ Peserta workshop Sagusabu Pangkalan Bun
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
"Kelak di hari akhir kita akan dimintai pertanggungjawaban." Ini yang membuat saya merinding.
Itulah yg selalu mengingatkan sy. Terimakasih pak Yudha telah berbagi :)
kreatif dalam keterbatasan ya bu. Keren tulisan ibu. lanjutkan.
Kreatif harus dibiasakan ke siswa. Terimakasih sudah mampir :)
maka bersungguh-sungguhlah dalam menjalankan tugas mulia ini. Kelak di hari akhir kita akan dimintai pertanggungjawaban....beber banget bu Hestina
terimakasih bu sdh mampir :)
Mntap
Terima kasih pak Adi. Tulisan pak Adi juga mantap.
Renungan siswa vokasinya keren banget Penting sekali bu... pembekalan pendidikan dan pelatihan serta pembentukan karakter . siip !
pembiasaan karakter mmg penting. trims sdh mampir :)