HESTY GORANG

Seorang ibu rumah tangga memiliki keinginan yang kuat untuk berbagi melalui tulisan. Sejauh ini telah menghasilkan sebuah karya solo, dan beberapa buku antologi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mari Belajar Dari Ketabahan Bunda Aminah (Perempuan wajib Baca)

Mari Belajar Dari Ketabahan Bunda Aminah (Perempuan wajib Baca)

Asalamu’alaikum, pagi ini ada sedikit cerita tentang bunda Aminah. Tentu para guru hebat ini sudah tau, siaps itu bunda Aminah. Yah, ia adalah ibunda Rasulullah yang dikenal dengan ”Permata Padang Pasir.” Bunda aminah terkenal dengan kecantikan, ketabahan dan kecerdasannya. Bunda dari sosok mulia nabi saw ini pernah mengalami kesedihan yang sangat mendaalam. Bagaimana tidak? Ketika usia pernikahan masih belia, ia ditinggal-Abdullah- sang suami untuk pergi ke negri Syam, atas permintaan sang ayah. Apakah pernikahan yang masih belia membuat ia menghalangi sang suami untuk pergi? Tidak! Justru ia memberikan kekuatan pada hatinya, dan juga membekali sang suami dengan ketegaran dan keberanian. Semua itu bisa dilihat dalam percakapan Aminah dan sang suami.

“Berlaku baiklah wahai Abdullah, ada apa denganmu? Engkau keluar dengan diiringi kebahagiaan, namun pulang membawa keresahan.”

Dengan tenang dan berusaha tersenyum Abdullah menjawab pertanyaan istrinya.

“Kebaikan, wahai Aminah. Sebuah undangan meraih kekayaan dari Abdul Muthalib, perjalanan ke Syam.”’

“Lantas, adakah orang yang menolak kekayaan dan menghalau kebahagiaan?” jawab Aminah dengan senyuman yang lembut. “Lakukanlah dengan berkah Tuhan. Yakinlah engkau akan kembali dengan selamat dan membawa banyak keuntungan.” Lanjut Aminah meyakinkan.

Abdullah menyimak perkataan Aminah dengan menatap wajah istrinya yang akan dirindukan itu. Kemudian berkata, “ Ketika Abdul Muthalib menitahkan perintahnya kepadaku, aku langsung teringat padamu, wahai Aminah. Aku bertekad untuk mengundur diri karenamu.”

“Kenapa ya Abdullah? Tidakkah engkau ingin menjadi orang kaya dan harta yang melimpah?” Aminah terus meyakinkan bahwa kelak suaminya akan menjadi pemimpin yang disegani dengan kekayaan yang banyak, dan menggantikan ayahnya. Menjadi pemimpin yang baik dan menjadi kebanggan masyarakat. Aminah terus berusaha membuat hati suaminya tegar untuk pergi mengikuti para kafilah berangkat ke Syam.

“Lantas apa dosamu wahai Aminah? Engkau hidup sendirian sebagai pengantin baru, dan siapa yang tahu Aminah? Sekali di bawah ketajaman pisau, sekali di padang pasir, dan gunung-gunung.”

“Aminah akan terus bersamamu di dalam kalbu dan rohnya.”

MasyaAllah, begitulah bunda Aminah menyikapi dirinya dan memberikan ketegaran dan memberanikan suaminya untuk pergi memenuhi perintah Sang ayah. Pernikahan yang masih sangat balia tidak menjadikan harus ditemani sang suami, ada keawajiban lain selaku seorang suami. Dalam percakapan lain. Bunda aminah dengan tegas memberikan motivasi hebat kepada suaminya, agar tidak mengundurkan pinta ayahnya-Abdul Mutholib.

“Relakah engkau? Jika seorang berkata padamu, ‘Abdullah anak Abdul Mutholib pemuda Bani Hasyim undur diri dari perjalanan berniaga karena takut bahaya,

“Relakah engkau? Jika dikatakan ‘Abdullah anak Abdul Mutholib lembek karena perempuan, tidak mampu melaksanankan pekerjaan lelaki tradisi para kesatria dan usaha-usaha mencari kehormatan, atau dia terhalangi oleh hasrat hidup nyaman, tenang, dan diam, menjauh dari pekerjaan para pembesar.” Kemudian Aminah menggenggam erat tangan suaminya dan berkata lagi, “Jangan kau khawatirkan Aminah ini, pergilah, pikirkan masa depanmu.”

Subhanallah, kekuatan, kesetiaan dalam memotivasi sang saumi sangat kuat. Sehingga dapat menghapus semua keraguan sang suami. Akhirnya Abdullah pun mengambil keputusan untuk tetap berangkat bersama pasukan yang lain.

Begitulah yang seharunya kita lakukan dalam keluarga. Saling mendukung dan menguatkan antar pasangan bukan malah meremehkan apa lagi menjatuhkan. Ketahuilah suami dan istri dipersatukan untuk saling melengkapi. Kekurangan suami harus ditutupi oleh sang istri, begitu pula sebaliknya. Jangan malah, terus mengeluh dengan kekurangan yang ada pada pasangan kita. Karena kita semua berangkat dari watak yang berbeda. Dau otak dan kepala yang berbeda, maka pemikiran, cara pandang pun pasti berbeda.

Dari cerita bunda Aminah tersebut, harus diambil pelajaran sebagi bekal kita menjalani kehidupan rumah tangga.

(Artikel ini telah terbit di uc news )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga kita menjadi perempuan yang tabah da bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan ma'ruf

15 Nov
Balas

amiin bu guru

15 Nov

amiin bu guru

15 Nov

Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh, bunda. Saya perempuan dan sudah membaca. Berharap bisa meneladani bunda Aminah dalam hidup sebagai seorang istri. Jazakillah khoir, bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, bunda.

15 Nov
Balas

Subhanallah..sebuah kisah yang luar biasa...Barakallah..

15 Nov
Balas

trimakasih bunda atas kesediaan membaca artikel ini. salam sehat dan sukses juga dari saya bunda.

15 Nov
Balas



search

New Post