Hesty Noviastuty

Hesty Noviastuty Guru di Jakarta ...

Selengkapnya
Navigasi Web

PENDIDIKAN BERBASIS IMAN SOLUSI MENCETAK GENERASI CERDAS DAN BERIMAN

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan yang bisa memberikan warna dan identitas bagi seseorang. Pemahaman tentang kehidupan, bagaimana menjalani kehidupan dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan. Sejatinya pendidikan dimulai dari manusia baru lahir hingga sampai liang kubur. Bahkan Islam melihat pendidikan dimulai dari ketika seseorang mencari pasangan yang untuk menjadi istri atau suaminya, sebagai langkah awal melahirkan generasi yang terbaik.

Secara bahasa arti pendidikan adalah merubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok. Secara makna, pendidikan adalah mengarahkan, melatih bagaimana memahami segala hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sebagaimana Ki Hajar Dewantoro mengatakan; Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing madyo Mangun Karso, Tut wuri Handayani. Hal ini memberikan makna bagi pendidik bahwa ketika di depan memberikan teladan, di tengah membangun karakter dan ketika dibelakang mengikuti dengan terus membimbing dan tidak meninggalkan.

Pendidikan saat ini mulai kehilangan maknanya yang hakiki. Ketika seorang guru sudah pasrah dengan keadaan dan tidak peduli lagi terhadap apa yang dilakukan oleh murid-muridnya, ketika siswa-siswa tidak lagi menghormati dan memperlakukan guru yang telah memberikan ilmunya dengan tidak semestinya, ketika pemegang kebijakan pendidikan hanya mementingkan biaya, sehingga pendidikan selalu dinilai dengan uang, telah membuat setiap orang apatis dengan hasil pendidikan.

Pendidikan berbasis karakter yang mewarnai kurikulum 2013, nyatanya belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Peristiwa yang terjadi dibulan Februari 2018, telah menambah potret kelam dunia pendidikan. Pemukulan murid kepada gurunya di Sampang hingga tewas menjadi bukti pendidikan karakter belumlah bisa membentuk karakter peserta didik seperti yang diharapkan. Belum lagi permasalahan tentang pergaulan bebas. Di masa sekarang pergaulan bebas tidak lagi hanya sebatas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi pergaulan yang menyimpang antara laki-laki dengan sesamanya ataupun perempuan dengan sejenisnya juga. LGBT telah mulai masuk dalam lingkungan pelajar yang berusia belia. Begitu juga dengan narkoba yang masuk dalam lingkungan pelajar.

Kurikulum yang senantiasa berubah faktanya belum bisa menghindarkan pelajar atau generasi lepas dari permasalahan yang ada. Sehingga timbul pertanyaan apakah sistem pendidikan yang telah gagal? Bagaimanakah arah pendidikan yang seharusnya yang dapat mencetak generasi berkarakter cerdas dan beriman?

Pendidikan Karakter di Indonesia

Penguatan pendidikan karakter bertujuan untuk mencetak manusia Indonesia yang sesungguhnya. Pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong. Selain itu Pendidikan karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik atau suka menolong sesama, berkembang dengan dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan serta teknologi, beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.

Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Efendi juga menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah pondasi dan ruh dari pendidikan. Sesuai juga dengan arahan dari Presiden Joko Widodo, pendidikan karakter pada tingkat pendidikan dasar harus lebih besar porsinya dari pendidikan yang mengajarkan pengetahuan. Untuk tingkat dasar 70 persen, sedangkan tingkat menengah 60 persen. (ristekdikti.go.id/siaran-pers-kemendikbud-penguatan-pendidikan-karakter-pintu-masuk-pembenahan-pendidikan-nasional)

Penguatan pendidikan karakter mendorong sinergi 3 pusat pendidikan yaitu sekolah, keluarga dan lingkungan. Sekolah sebagai pusat pendidikan harus bisa menanamkan pendidikan karakter bagi anak didiknya. Sekolah dengan guru-guru yang harusnya menjadi teladan, bisa memberikan contoh, perhatian dengan tulus dan ikhlas. Keluarga sebagai basis pendidikan juga harus bisa mendidik dan mengarahkan anak agar dia bisa siap menghadapi tantangan yang ada. Begitu juga lingkungan, yang harus mampu menanamkan moral-moral hidup bermasyarakat. Sehingga lingkungan dapat dioptimalkan sebagai sumber-sumber belajar.

Hanya saja konsep yang dicanangkan pemerintah belumlah bisa dilakukan secara optimal. Kendala-kendala yang banyak muncul di lapangan seringkali menjadi hambatan. Kendala tersebut antara lain kurikulum yang masih sarat dengan penguasaan kognitif atau pemahaman. Tugas administratif guru yang juga telah menyita waktu. Sinergi antara 3 pusat pendidikan pun belum berjalan sebagai mestinya. Bagaimana orangtua juga menyadari tugasnya sebagai pendidik yang utama di rumah. Sehingga penguatan pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang baik. Apalagi lingkungan yang tidak mendukung pendidikan karakter. Pornografi dan pornoaksi masih banyak bersebaran. Kekerasan, kriminalitas, narkotika masih merajalela. Kondisi ini masih bisa terus berlanjut jika tidak ada ketegasan dari yang berwenang untuk menghentikannya.

Pendidikan karakter juga tidak akan terlihat hasilnya jika dikotomi antara aspek pengetahuan dan sikap masih terasa. Sistem pendidikan sekularisme, yang memisahkan antara agama dan kehidupan juga masih digunakan. Meskipun penguatan pendidikan karakter telah memberikan harapan untuk arah pendidikan yang baik, tetapi tak bisa dipungkiri hal tersebut masih belum terlihat titik cerahnya. Fakta-fakta peristiwa yang berkaitan dengan dunia pendidikan menjadi bukti bahwa belum ada pengaruh pendidikan karakter terhadap perilaku para siswa. Belum lagi dalam penilaian rapot masih seringkali penilaian pengetahuan masih menjadi acuan untuk kenaikan kelas atau kelulusan. Sehingga seringkali para siswa masih mementingkan pemahaman pengetahuan daripada nilai sikap.

Pendidikan Berbasis Iman

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan pendidikan. Sebagaimana wahyu yang pertama diturunkan adalah perintah untuk membaca (Surat Al Alaq). Pendidikan dalam Islam tidak hanya dimulai dari usia sekolah. Tapi Islam memulainya sejak mencari pasangan. Memilih pasangan harus dilihat dari agamanya, sehingga dapat melahirkan generasi yang terbaik. Sebagaimana kisah gadis penjual susu yang tidak mau berbuat curang. Pada masa Khalifah Umar Bin khattab, hingga pada akhirnya Sang Khalifah menjadikan gadis tersebut sebagai menantunya. Dari pernikahan tersebut kita mengenal keturunan Khalifah Umar Bin Khattab yang menjadi Khalifah yang terkenal yaitu Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.

Sinergi 3 pusat pendidikan juga menjadi hal yang sangat penting dalam Islam. Keluarga sebagai tempat pendidikan yang pertama dengan orang tua yang berperan sebagai pilar utama untuk menanamkan nilai-nilai penting sejak dini. Masyarakat sebagai tempat interaksi berbagai macam manusia dengan budaya dan nilai-nilai yang berkembang. Sekolah sebagai tempat pendidikan dengan kurikulum yang sejalan dengan tujuannya. Dilaksanakan oleh tenaga pendidik berkualifikasi dalam suasana mengajar dan budaya yang kondusif.

Peran Keluarga bertumpu pada orang tua yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam, tentunya akan memberikan karekter kepribadian Islam sejak dini. Penanaman aqidah yang merupakan keyakinan terhadap Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Tuhan yang berhak menetapkan aturan, sehingga setiap anak akan selalu menjadikan Allah sebagai sandaran dari setiap perbuatannya. Memberikan contoh keteladaan di rumah, kepedulian dan pengamalan syariah dalam kehidupan sehari-hari. Mengajarkan dan pembiasaan rasa tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitarnya. Tsaqofah Islam juga merupakan hal penting pertama yang harus diajarkan orang tua di rumah.

Sekolah adalah tempat menanamkan dan meningkatkan aqidah. Mengajarkan IPTEK dan membentuk keahlian bidang tertentu. Dan yang menjadi hal yang penting adalah mengokohkan jiwa dan membentuk kapabilitas pemimpin. Kurikulum pendidikan seharusnya menjadikan aqidah dan adab sebagai titik sentralnya. Bukan hanya banyaknya pengetahuan yg dijejali ke benak para siswa. Mulai dari tingkat dasar sampai menengah. Adab sebagai seorang anak, seorang siswa yang baik di rumah ataupun di sekolah. Mendidik tanpa harus khawatir karena ada pelanggaran HAM.

Ketika orang tua membekali aqidah dan adab dari rumah, sekolah akan menyempurnakan. Pendidikan yang telah terbukti melahirkan peradaban yang luar biasa, telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pertama adalah penanaman aqidah yang menjadi landasan utama dalam pendidikan. Bagaimana anak dikenalkan kepada Allah sampai meyakini dan mengimani adanya Allah. Menjadikan iman kepada Allah sebagai sandaran dan tujuan hidupnya. Tidak mempersekutukan Nya. Kedua pendidikan akhlak dan budi pekerti. Al Qur’an dijadikan sebagai dasar pemahaman dan acuan dalam pendidikan. Selain itu contoh akhlak dan budi pekerti selalu diberikan oleh para pendidik agar peserta didik berakhlak baik sesuai dengan Al Qur’an. Ketiga pendidikan aqliyah dan ilmiyah yang merupakan bekal pengetahuan para siswa sehingga bisa memahami kebesaran Allah dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Keempat pendidikan jasmani atau kesehatan agar dapat menjaga kebersihan mulai dari diri sendiri dan lingkungan. Karena generasi yang kuat dan sehat adalah potensi bangsa.

Konsep pendidikan dasar seperti inilah yang mampu membangun sebuah peradaban hampir 13 abad lamanya. Melahirkan generasi yang sangat cinta dengan ilmu dan guru. Guru menjadi sosok yang sangat berperan dalam membentuk generasi yang luar biasa. Hingga sekarang kita mengenal sosok Imam Syafi’i, dan Imam-imam mahzab yang lain. Imam Bukhari yang terkenal meriwayatkan hadist, Ibnu Sina, Al Zahrawi, Al Khawarizmi, Jabbir Al Hayan, Ibnu Firnnas, adalah ilmuwan-ilmuwan yang dasar keilmuannya dipakai hingga sekarang.

Sebagaimana nasehat Imam Syafi’i kepada para penuntut ilmu; “Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru. Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya. Barang siapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Dan barang siapa ketinggalan belajar di masa mudanya, maka bertakbirlah empat kali karena kematiannya. Demi Allah hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.

Sedangkan peran lingkungan atau masyarakat adalah peduli dan aktif mengkritisi pelaksanaan pendidikan di sekolah dan lingkungan. Melaksanakan pendidikan informal yang sejalan dengan pendidikan di rumah dan di sekolah. Mendorong pemerintah untuk melarang hal-hal yang kontra produktif dengan proses pelaksanaan pendidikan. Ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan baik formal dan informal.

Negara juga berperan sentral dalam pendidikan. Negaralah yang menjamin terselenggaranya pendidikan di sekolah. Memberikan kesejahteraan kepada para guru dengan kesejahteraan yang memadai. Mewujudkan dan mensosialisasikan tujuan pendidikan kepada seluruh komponen pendidikan. Menjamin setiap anak mendapatkan pendidikan yang baik di dalam keluarga. Mengeluarkan undang-undang yang melarang munculnya hal-hal yang kontra produktif dengan proses pendidikan. Seperti masalah pornoaksi dan pornografi, kekerasan, miras dan lain-lain. Hal ini harus secara tegas ditangani. Karena permasalahan tersebut bisa menjadi pengaruh buruk. Bagaimana bisa membentuk karakter yang baik jika setiap hari anak-anak dijejali dengan tontonan yang merusak akhlak yang telah diajarkan dan ditanamkan oleh guru dan orangtua?

Oleh karena itu pendidikan yang bisa mencetak generasi yang cerdas dan beriman, adalah pendidikan yang berbasis iman. Keluarga sebagai peletak dasar pendidikan bagi anak. Menanamkan kepribadian Islam sebagai dasar, agar terbentuk anak-anak yang memiliki pemikiran dan akhlak Islam. Sekolah sebagai tempat pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, haruslah selaras dengan tsaqofah Islam. Menguatkan kepribadian Islam bagi peserta didik, sehingga sejalan dengan pendidikan yang diberikan orangtuanya di rumah. Tidak ada dikotomi pendidikan yang membuat siswa jadi tidak memahami apa yang menjadi tujuannya. Negara juga menjadi pelaku utama pendidikan. Pendidikan tidak diserahkan kepada masyarakat saja baik dari segi pelaksanaan apalagi pembiayaan. Tanggung jawab pembiayaan dan fasilitas pendidikan sepenuhnya ada pada negara. Jika semua dapat berjalan dengan sistem yang baik, maka generasi cerdas dan beriman tentunya menjadi output pendidikan bisa dicapai. Tidak sekedar karakter semata.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang luar biasa...Mari kita optimalkan sinergi dari tri pusat pendidikan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Salam literasi dan salam kenal Bund...

19 Oct
Balas

Alhamdulillah.. Trimakasih bu.. Salam kenal juga..

19 Oct

Aamiin.. Trimakasih, bu Siti Ropiah

19 Oct
Balas

Semoga orang tua, guru (sekolah), dan masyarakat serta pemerintah dapat bersinergi dengan baik dalam rangka mewujudkan pendidikan berbasis iman. Jazakumullah khoiron katsiro untuk tulisan penuh ibrah ini, bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

19 Oct
Balas

Aamiin semoga Allah mempermudah untuk mencapai tujuan yang kita harapkan. Trimakasih bu..

19 Oct

Setuju bu, sejatinya iman modal utama dlm kehidupan. Barakallah

19 Oct
Balas



search

New Post