Idris Pangulu Sati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tersesat di Jalan yang Benar

Tersesat di Jalan yang Benar

Kini kusadari sudah 53 tahun umurku dan 28 tahun aku mengabdi sebagai guru SMA di Kabupten Bungo, serta 9 tahun sebagai kepala Sekolah. Tahun 1991 diangkat sebagai guru SMA Alih Kini Fungsi SPG Mura Bungo yang sekarang bernama SMA Negeri 3 Muara Bungo, pada Januari 2007 diangkat sebagai Kepala SMA Negeri 1 Pelepat dan Maret 2011 dikembalikan sebagai guru SMA Negeri 3 Muara Bungo. Pada Januari 2012 diangkat menjadi kepala SMA Negeri 4 Muara Bungo sampai sekarang.

Aku menempuh pendidikan serupa tapi tak sama dengan kawan kawan satu angkatan, tahun 1972 aku masuk SD N 1 Candung di sebuah desa kecil di kaki Gunung Marapi dengan ketinggia 1.000 meter dari permukaan laut 11 KM dari kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat. Seharusnya tahun 1978 aku menamatkan SD, namun ada kebijakkan Pemerintah Republik Indonesia merobah awal tahun ajaran dari bulan Januari Menjadi bulan Juli, maka kami ditunda tamatnya 6 bulan menjadi tahun 1979. Penambahan belajar 6 bulan tersebut ataw tertundanya tamat aku pindah dan tamat di MIN Candung, yang jaraknya sama sama tidak jauh dari rumah sekitar 200 meter. Setamat dari MIN aku melanjutkan pendidikan ke MTsN 1 Bukitittinggi dari tahun 1979 sampai dengan 1982, pada saat ini dipaksa mandiri karena jauh dari orang tua dan tinggal menyewa satu pavaliun. Walau Papa seorang guru SMP di Desa ku, namun tak seorangpun kami sekolah di sana. Aku diantar oleh papa pada hari senin pagi sewaktu beliau menuju kantor dan dijemput setiap sabtu sepulang beliau ngantor. Setamat MTsN aku pingin melanjutkan ke SMA namun papa menghendaki masuk SPG dan aku diterima di SPD tahun 1982. Selama tiga bulan aku tdk masuk sekolah dan mengambil sikap pergi ke kebun ataw ke sawah, akhirnya papa mengalah dan memasukkan aku ke SMA PSM Bukittinggi.

Masak, nyuci dan membersihkan kamar adalah pekerjaan baru dan aneh dalam kehidupanku. Perlahan dalam perjalanan waktu akhirnya jadi pekerjaan biasa dalam kehidupanku. Akupun mulai berintegrasi dengan orang kota yang semuanya baru ku kenal, untung aku hobi olah raga, maklum Papa adala guru olah raga SMP.

Setamat SMA Aku pingin menjadi tenaga kerja di negeri jiran Malaysia, karena kemungkinan kuliyah yang ku inginkan di Sospol yang hanya S 1tidak mungkin melihat kondisi ekonomi orang tua. Namun kembali tantangan selanjutnya muncul, kakak terbesar mau membiayai kuliyah dengan sarat di IKIP Padang D I. Tawaran kakak diterima walau keinginan jadi guru tidak ada, tidak maunya jadi guru meliht kondisi ekonomi papa yang guru. Aku memilih D III dengan alasan pendidikan sejarah tidak ada D I yang ada hanya D III dan S I.

Setamat kuliyah jiwa guru ku masih belum muncul, aku mengambil aktivitas jadi guide di kota wisata Bukittinggi. Orang tua dan kakak-kaka terutama mak tidak bangga dengan pekerjaan tersebut, beliau lebih bangga kalau aku jadi guru. Tiga tahun setelah itu aku tes jadi PNS dan dinyatakan lulus di Provinsi tetangga yaitu Provinsi Jambi, pada hah tahun 1988 jadi guru PNS tanpa tes. Setelah ku tekuni pekerjaan guru adalah profesi yang baik dan menyenangkan. Tahun 1998 aku kuliah sambil bekerja di jurusan Pendidikan Sejarah S1 UNP Padang dan tamat tahun 2000, dan S2pun Aku selesaikan tahun 2010 di UNP pada jurusan Administrasi Pendidkan padahal jarak dari tempat kerja 320 km. Jarak yang jauh biaya yang dikeluakan banyak bukan jadi masalah bagiku, tapi jadi sebuah tantangan yang harus dilewati.

SMA Negeri 3 Muara Bungo adalah tempat pertama menjadi guru PNS, karena aku diangkat dengan SK tertanggal 1 maret 1991sebagai CPNS. Setelah menerima SK dan surat tugas dari Kanwil Depdikbud Provinsi Jambi, aku meluncur ke Muara Bungo sebuah kota kecil yang tidak pernah ku kunjungi sebelumnya. Hari l ke sekolah naik kendaraan umum seperti pada umumnya guru dan siswa, dilanjutkan berjalan kaki 750 meter jalan setapak serta becek sewaktu hujan dan tiada rumah kiri dan kanannya. Biasanya 1 tahun kemudian guru-guru sudah PNS, namun aku PNSnya tahun 1993, terlambat satu tahun. Alhamdulillah terlambatnya satu tahun kalau terlambatnya lebih satu tahun dapat sanksi dari pemerintah.

Pada 21 Januari 1994 aku menikah dengan Fetri Syahnel, seorang gadis pilihan orang tua. Kami berpisah tempat tinggal, karena sang istri bertugas jadi guru TK di Bukittinggi, dan belum mutasi ke Muara Bungo. Satu tahun setelah itu 2 Maret 1995 kami dianugerahi seorang anak laki-laki pada malam takbiran lebaran Idul Fitri yang dikasih nama Avisenna IF Khalidi dilahirkan di Muara Bungo. Kegembiraan yang luar biasa disamping mendapat buah hati SK mutasi sang istri ke Muara Bungopun muncul.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Walau pun tersesat tapi berakhir sukses ya pak...

10 Mar
Balas

Alhamdulillah, saya mencintai dan menikmati profesi guru bu.

10 Mar

Kisah yang menarik

10 Mar
Balas

Itulah diriku

11 Mar

Hebat Pak Idris berbakat tuk jadi penulis besar

11 Mar
Balas

Makasih bu, semoga terwujud.

12 Mar

Mantap pak. Salam Literasi

10 Mar
Balas

Makasih Salam literasi ananda

10 Mar



search

New Post