Sebelum disebut cinta, ada beberapa tahapan fase yang harus dilalui, seperti “tertarik”, “kagum”, “suka” hingga kemudian disadari atau tidak ia mulai “terjatuh” dalam “cinta, maka disebutlah “Jatuh cinta” karena sejatinya ia terpesona tanpa maksud keinginan dan tanpa kendali sadarnya.

Dalam bahasa inggris kita secara simple mungkin hanya mengenal fase cinta beripa “like” dan “love” senada dengan makna jatuh cinta dalam bahasa inggris disebut dengan .

Dalam bahasa Arab, penjabaran fase cinta akan lebih detail, Al Hawa yang artinya jatuh dalam cinta, pada makna dasarnya Al Hawa adalah“Falling Love” jatuh, namun kemudian sering kita dengar hawa nafsu yang artinya adalah “kecendrungan nafsu”, maka makna cinta dalam bahasa arab pun sebanding lurus dengan bahasa indonesia “jatuh cinta” dan bahasa inggris “Falling Love”

Fase cinta dalam bahasa arab pada mulanya adalah al hawa, kemudian mawaddah yaitu ketenangan batin ketika merasakan cinta, fase setelahnya adalah Hubbun atau Mahabbah yang serupa penyebutannya dalam bahasa india “Mohabbah”, yak pecinta film mahobbaten pasti kemudian menyadarinya hehehei, kemudian Ghorom yang arti asalnya adalah gila namun sering diungkapkan dalam memaknai cinta yang gila, dan ungkapan tertinggi menggambarkan cinta dalam bahasa Arab adalah “Isyqun”, kalau dalam bahasa indonesia kemudian disebut dengan “asik” karena orang keasikan sudah tidak peduli yang lainnya, dalam bahasa india mungkin Aishiqui, yak pecinta bollywood selamat bernostalgia hehehei, kembali membahas “Isyqun” yang maknanya adalah terlena dalam pesona cinta hingga tidak peduli dengan sekitarnya, layaknya sepasang kekasih yang menganggap dunia milik mereka berdua dan penduduk bumi yang lainnya ngontrak.

Kesimpulan sederhana adalah makna “Jatuh cinta”, “Falling Love” dan “Al Hawa” yang senada dan sebanding lurus dengan proses awal mula cinta bersemi.

Ungkapan dramatis yang menyebar luas umumnya adalah “Cinta tidak membutuhkan alasan” sambil menyandingkannya dengan makna jatuh cinta, padahal sejatinya orang terjatuh pun memiliki alasan, entah ia tersandung, hanya fokus ke satu arah tanpa melihat sekitar, atau mungkin ia kehilangan keseimbangan karena sebab tertentu, pastinya ketika kita terjatuh pasti ada sebab dan alasan, mungkin engkau terlalu mensisipkan rasa emosional ketika menatapnya, atau engkau terlalu banyak menyimpan kenangan berharga ketika mengingatnya, itulah sebabnya air hujan terdiri dari 10% air dan 90% kenangan. Selalu ada alasan untuk cinta dan pilihan ada di tangan kita, kita bangkit dari rasa jatuh, atau membiarkan diri kita menikmati proses drama ketika jatuh, karena pada dasarnya kita menceritakan lika liku jatuh cinta penuh dengan antusias, entah ketika terlena asmara kita bercerita dengan penuh bahagia, dan ketika patah hati kita bercerita dengan penuh nuansa drama, walau sejatinya hati remuk tak tertahankan.

Ketika kengkau jatuh, sadarlah untuk bangkit, kemudian bangkitlah perlahan, waktumu terlalu berharga untuk terlena dalam fantasi cinta, atau engkau mengambil keputusan untuk menetap di tempat engkau jatuhkan hatimu untuk membangun istana cinta.

-

Kelas Menulis Pasuruan

Oleh : Nur Hanifansyah

Peserta SAGUSABU Pasuruan

Semoga Psikologi Cinta bisa terkumpul kemudian dibukukan

-makasih banyak sudah klik follow, klik follow dukungan dari anda adalah semangat baru untuk kami-