Catatan Harian ke 62
Catatan Harian ke 62
Kau dan Dia
Kata-katamu bukan hanya manis terdengar. Namun juga membuat hati menjadi tenang. Begitu pun ketika berpetuah, tak salah jika memang kau layak dianggap senior. Begitu pun ketika menjadi pendengar, totalitas telinga dan hatimu.
Sungguh mata yang menatap ada satu keseriusan. Ekspresi wajah itu menunjukkan empati yang tinggi. Cara duduk mu pun begitu lurus dan totalitas sebagai penghargaan. Bukan hanya tersanjung, namun siapapun yang berdialog denganmu serasa dekat seperti urat nadi kehidupan.
Biarpun kesibukan sedang berhadapan denganmu. Sejenak kau hentikan hanya untuk mendengarnya. Hingga terkadang menjadi lupa, apa yang harus kau selesaikan kala itu. Sebuah cerita, terurai manis, berharap bukan saja kau dengar namun ada solusi yang kau tawarkan. Itulah kenapa telinga ada di kanan kiri, sementara lisan hanya satu di ujung. Perbanyak mendengar, kurangi bicara. Itu kamu.
Berbeda dengan perilaku mu kala itu. Saat kau terluka dan kecewa. Jangankan duduk dan bicara, menyapa pun menjadi barang mahal. Ku kira sakit itu begitu parah dan membuatmu terpenjara oleh sikap yang tak seharusnya. Hingga membuatmu diam seribu bahasa dan lumpuh berjuta-juta langkah.
Waktu telah mengobati rasa kecewa dan sakit yang telah membekas. Masa telah mendewasakan sikap dan tutur katamu. Namun tidak untuk satu sifatmu. Pelupa dan tak pernah merasa berdosa. Hingga semua yang kau putuskan benar adanya.
Kau bukan saja telah membuat dia kecewa. Namun, membuat dia tidak ingin menjadi sepertimu. Meski kau telah menjadi besar dan terkenal, tapi masih ada sedikit noda di hatimu yang tak pernah kau rasakan. Hingga dia menjadi serba salah. Sampai dia menarik sebuah benang merah dengan sikapmu. Betapa sulit sekali menembus hatimu yang membuatnya kecewa. Bukan hanya kemarin, hari ini tapi juga mungkin nanti.
Dia yang tak bisa melawan hanya bisa diam seribu bantahan dan lumpuh sejuta kata tidak. Dia begitu menerima dan setuju dengan yang kau katakan bahkan putuskan. Dia yang selalu meng-iya-kan semua yang terlisankan olehmu. Pada akhirnya kau dan dia lupa, dan selalu terulang. Kau benar, namun dia kecewa.
Delapan tahun berlalu. Masih saja sama. Tak ada yang mau mengalah. Karena kau di atas dan aku dibawah. perbadaan waktu saat terlahir ke dunia ini membuatnya secara alami untuk tunduk. Bukan hanya itu, ini karena olmu yang kau serap di dukung okeh belahan jiwa dan materi yang ada. Sementara dia yang memang berangiat dari titik nol, terseok-seoklah mengikuti laju mimpimu.
Kini dia mulai menyamai langkahmu. Meski tak sejalan namun masih di jalur yang sama. Mengikuti jejakmu untuk meniti sebuah karier. Sesekali dia mengekormu. Namun kini dia bisa melaju sendiri. Menyusun strategi dengan caranya.
Sesekali, dia mencuri cara-caramu. Namun selaku gagal. Meski bagimu ini adalah karena hobi, namun akhirnya menjadi kebutuhan utama. Ambisi telah merasukinu untuk mengejar target yang tinggi. Dia hanya bisa diam pasrah, meski ini adalah bagian dari nafas kehidupannya.
Bisa saja dia memutus mata rantai denganmu. Tapi tidak dilakukannya. Hanya saja dia bertekad untuk tidak membuat orang lain kecewa, seperti yang sering kau lakukan. Ia mencatat dan merekam semuanya, supaya tidak lupa. Meski ia kadang kecewa, tapi rak boleh untuk partner kerjanya. Hingga ia berjuang, bukan ingin menjadi sebatang lilin yang menerangi namun terbakar dirinya.
Dia ingin menjadi pepohonan ysng rimbun. Meski tak berbuah, namun meneduhkan. Berhembus menyejukkan. Menjadi telaga, dan mengobati dahaga. Menjadi akar, tersimpan di dalam namun menguatkan yang di atas. Menjadi seperti seorang ibu bijaksana, yang ingin selalu membuat keluarga bahagia. Seorang ibu yang terus belajar untuk putra-putrinya. Menjadi teladan terbaik yang pertama dan utama dalam keluarga.
#tantanganmenulisdigurusiana #catatanhariankehidupanke-62 #menulisenampuluhhari #MediaGuruIndonesia #senin1632020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar