Menjemput Sepotong Harapan. Sebuah Puisi (Tantangan Menulis di Gurusiana (37))
Catatan Harian ke 37
Sepotong Harapan
(Sebuah Puisi Menggapai Mimpi)
Saat aku membaca
Menemukan wajahmu disana
Berurat mengeras
Menyesali yang sudah terjadi
Hingga sampai pada sebuah baris
Ada mendung di wajahmu
Menggenang dalam guratan wajah
Menyisakan gelombang cinta
Berbulir air mata menetes
Melintasi senyum getir
Menandakan cinta mu telah purna
Aku pun tersedak sejenak
Terjebak dalam baris kata
Betapa riuhnya hidupmu
Bersama gelombang
Yang datang silih berganti
Membacamu adalah luka
Yang juga pernah kurasa
Kematian datang
Sesaat sebelum ia dilahirkan
Kedua, ketiga, keempat dan kelima
Hingga ku tak berharap lagi
Ketika ruh keenam berhasil
Melintasi bulan keempat
Beragam rasa hadir di setiap masa
Menikmatinya adalah kepayahan
Semoga berbuah manis
Saat kuyakin membersamainya
Dengan kalam-kalam ilahi
Hingga bulan ketujuh
Ada kenikmatan tak terlukis
Hanya perempuan yang bisa merasa
Rasa optimis begitu menggurita
Menelusuri setiap urat nadi
Ia akan hadir ke dunia
Dengan canda dan tawanya
Adalah mimpi
Menjadi penerus perjuangan
Tetap kuat dan rendah hati
Dalam setiap langkah
Menjemput dunia fana
Penuh canda dan tawa
Dengan tidak melupakan
Akhir yang indah
Membacamu adalah duka
Nyata kurasakan betapa perih
Saat merasakan harapan hampa
Dunia terasa runtuh tak bersahabat
Saat ku tak mampu kembali
Menatap mentari berkawan embun pagi.
Harapanku tertumpu pada belahan jiwa dan hah hati pelanjut perjuangan mimpi-mimpi masa depanm
Namun di setiap gelombang
Aku yakin dalam doa, ada angin sepoi2
Menyapa mesra untuk tetap tegar
Berkawan karang dalam diamnya
Sungguh ku rindukan tawa sepanjang masa dalam doa
Bukan menyesalinya namun bahagia dengan garisNya
Tuhan aku membaca-Mu
Ada kekuatan maha dahsyat
Mengiringi hadirnya yang ke enam
Yakinku akan garis takdir
Melampaui baik buruknya
Melintasi masa dan asa
Menuju hulu surgaNya
Episode membacamu
Adalah duka dan lara yang hadir
Berpelangi di langitNya yang terbentang
Membingkai nyataNya
Tak ada yang tak mungkin
Saat titah-Mu berkelana
Menyusuri hidup dan kehidupan
Penuh warna dalam goresan tinta emas
Menyapu kanvas putihnya hati
Menjadi nahkoda dalam hidupnya nanti
Membaca-mu membuat aku yakin dengan garis hidup yang berwarna.
Dengan satu warna ku tunduk dan bersujud betapa anugerah-Mu adalah yang terindah guna menjadi langkah meraih surgaNya
Adalah harapan
Bukan kepalsuan
Menjemput impian
#tantanganmenulisdigurusiana
#catatanhariankehidupanke-37
#menulissembilanpuluhhari
#MediaGuruIndonesia
#kamis, 20-2-2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar