Catatan Harian ke 35

Rumah Hebatku adalah Madrasahku Oleh: Himmah Mufidah

Sebuah Rumah itu dibangun di atas tanah. Tanah yang subur akan menghasilkan tanaman tang baik. Tanaman baik tentunya mendapat perwatan maksimal. Dari perawatan yang baik akan berbuah dengan ranum. Saat berbuah pun ia adalah hasil yang bisa dinikmati oleh siapa pun.

Madrasah merupakan tempat lahirnya manusia-manusia hebat. Jika ia dilahirkan dari rumah hebat. Berproses dan tumbuh dengan baik. Dibesarkan dan dididik oleh guru-guru yang hebat. Di pupuk dan dirawat dengan kesabaran dan keikhlasan. Di jaga dan disirami dengan doa dan teladan yang baik. Maka akan dihasilkan siswa-siswa hebat pastinya juga memiliki martabat.

Begitulah semboyan kemenag untuk madrasah. "Madrasah hebat,. bermartabat", tentu saja semboyan ini bukan tanpa alasan. Ada tujuan dan motivasi di dalamnya. Sehingga lahir generasi-generasi milenial bukan hanya mumpuni dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, namun memiliki akhlakul-karimah, pribadi yang baik.

Jika Renaldhi kasali punya "Rumah Perubahan" dengan segala inovasi dan kreatifitas pembelajarannya. Sementara pak Firman, Kepala MAN Al-Yasini Pasuruan punya "Rumah inovasi" dengan program dan visi misinya menghantarkan beliau berlaga di GTK berprestasi di tingkat nasional. Maka saya punya "Rumah Hebat", Tempat menempa dan mendidik generasi-generasi mandiri Aswaja An-Nahdliyyah menuju perdamaian dunia. Sebagaimana semboyan harlah NU tahun ini.

Rumah Hebat, sebuah akrotik dari:

Rendah hati tertanam di hati Ulurkan tangan dengan ketulusan Maju terus untuk kebaikan Ajarkan ilmu dan teknologi Hadirkan Tuhan di setiap langkah

Hiasi hari-hari dengan keikhlasan Energik di setiap kesempatan Bangun rumah ini dengan cinta Akhlak menjadi pondasi utama Taat pada semua aturan yang ada

Untuk menjadi tumbuhan yang baik terkadang tidak butuh dedaunan yang lebat, bila hanya berfungsi sebagai tempat berlindung namun tidak berbuah. Ada kalanya sedikit dedaunan yang tampak, tapi ada buah yang siap di petik dari dalam tanah. Tidak semua orang bisa melihatnya, namun suatu hari ia bisa menikmati buahnya.

Butuh sikap rendah hati dalam melaksanakan pembelajaran. Tidak perlu banyak kata, yang terpenting adalah ketulusan tersimpan rapi di hati. Siap mengulurkan tangan tanpa diminta untuk sebuah kebaikan yang nyata. Terus maju, tak pernah surut meski cacian dan cibiran terus saja berdatangan. Dengan keilmuan dan teknologi yang membuatnya tidak lupa diri. Karena ia yakin akan ada Tuhan di setiap langkahnya.

Keikhlasan menjadi warna yang berpelangi dalam mengabdi. Motivasi yang tinggi adalah semangatnya yang terus berapi-api. Atas nama cinta ia berbagi dengan keteladanan yang hakiki. Tidak lupa diri saat prestasi melangit, namun kaki tetap berpijak di bumi.

Bukankah untuk menjadi hebat itu tanpa harus membabat habis orang lain. Menjadi mulia tanpa merendahkan lawan bicara. Hingga tercipta harmonisasi dalam sebuah keluarga. Tumbuh bersama di rumah hebat bernama madrasah.

Madrasah-ku bukan sebatas Menyelamatkan, mengembangkan dan memberdayakan fitrah manusia. Namun ia mampu melahirkan orang-orang hebat bermanfaat dan bermartabat. Lahir dari rumah hebat-ku adalah generasi-generasi Aswaja milenial bermartabat baik di lingkungan sendiri maupun untuk peradaban dunia. Ini adalah mimpiku mana mimpimu.

#tantanganmenulisdigurusiana #catatanhariankehidupanke-35 #menulissembilanpuluhhari #MediaGuruIndonesia #selasa, 18-2-2020