Catatan Harian ke 39

Tuhan... Maafkan khilaf berkepanjangan ini

Hening membuatku mampu betkata-kata dengan diri sendiri.

Senyap adalah ruang terbuka untuk bercermin betapa diri ini telah retak.

Sepi adalah keriuhan suasana yang bisa berdialog mesra.

Gelap adalah warna yang bisa membuat kita melihat ada cahsya yang masih menyapa.

Biarlah semua terjadi karena memang harus terjadi.

Melangkah saja menapaki hari penuh arti dan sendiri

Bersama bayang-bayang hari yang tak pernah mengerti

Betapa luruh dan runtuhnya berkeping-keping tanpa jejak berarti

Menyusuri waktu yang sesekali membuat malu dan sendu

Sementara di luar sana kesibukan bertumpuk-tumpuk tak pasti

Entah apa yang menjadi hulu dengan hilir yang beriak tak dalam tanpa aliran

Apa tang ingin dikejar dengan jubah keangkuhan

Apa yang ingin diraih bila yang ada hanya kepalsuan

Lamanya waktu tak menjamin kinerjamu sempurna.

Karena jejak akan berbicara dan mencatat betapa lupa dirimu begitu menjijikkan

Dengan mencoba mencari muka tanpa dasar dan kesan menyenangkan

Bahkan mendengar namamu rasanya ingin berpaling.

Tuhan....

Kenapa kebencian ini mendarah daging menyurat nadi mengalir di semua lintasan denyut kehidupan.

Betapa langkahku adalah luka ketika gedung megah dan mewah ini melukai dan membawa korban untuk masa depan.

Maafkan kekotoran hati ini bila hanya bisa merutuki dan tak bisa berbuat banyak. Karena luka ini tak pernah mengering. Entah sampai kapan.

Tuhan...,

Maafkan khilaf berkepanjangan ini

Hingga seribu musim berganti

Tak mampu menghapus

Tak bisa mengurai

Selain kata maaf

#tantanganmenulisdigurusiana

#catatanhariankehidupanke-39

#menulissembilanpuluhhari

#MediaGuruIndonesia

#S@btuy, 22-2-2020