Tantangan Menulis di Gurusiana (44)
Anomali Sastra Dalam Novel bertema Poligami (Tulisan 2)
Sebelumnya sudah dijelaskan tentang anomali sastra. Adanya penyimpangan secara tegas antara kehidupan fiksi dengan kehidupan nyata. Jangan memaksakan apa yang ada dalam cerita fiksi pasti sama dalam kehidupan nyata.
Novel merupakan suatu bentu karya sastra yang berbentuk prosa yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasa dari bahasa Italia yaitu “novella” yang berarti sebuah kisah atau cerita.
Penulis yang menulis sebuah novel disebut sebagai novelis. Isi novel lebih panjang dan lebih kompleks dari isi cerpen, serta tidak mempunyai batasan struktural adan sajak.
Sebuah novel biasanya menceritakan atau menggambarkan tentang kehidupan manusia yang berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya.
Di dalam sebuah novel, biasanya pengarang berusaha semaksimal munngkin untuk memberikan arahan kepada pembaca untuk mengetahui pesan tersembunyi seperti gambaran realita kehidupan melalui sebuah cerita yang terkandung di dalam novel tersebut.
Kisah yang tertuang dalam novel adalah sengaja dibuat bukan untuk mempengaruhi pembaca. Sebatas sebuah wacana atau ide yang tertuang dalam bentuk karya sastra. Dalam anomali sastra khususnya novel, terjadi banyak penyimpangan. Bukankah yang ada dalam cerita itu hanya rekaan dan rekayasa penulis. Ternyata kenyataan tentang pembunuhan, kekerasan, perceraian, dll itu jauh lebih kejam dari dunia fiksi.
Penyimpangan cerita dalam novel terjadi atas rasa kebebasan penulis dalam berimajinasi. Sehingga ada tokoh yang diciptakan menjadi sangat baik atau sangat jahat. Bergantung bagaimana penulis menciptakan tokoh rekaan di dalamnya.
Walaupun dalam Islam diperbolehkan berpoligami, bukan berarti tidak ada aturannya. Persyaratannya sudah jelas tersurat dalam Al-Qur'an. Tapi, mengapa masih banyak pria berkilah, bahkan menjadikan ajaran Islam dalam berpoligami sebagai tameng untuk mencapai niat pribadinya.
Tak sampai di situ, novelis mencoba memberikan gambaran yang lebih adil tentang konsep poligami. "Tidak semudah itu memutuskan menikah lebih dari satu. Islam membenarkan, tapi ada ketentuan-ketentuan yang harus dijalani. Seorang laki-laki diperbolahkan menikah sampai empat kali dengan maksud semata-mata untuk melindungi atau mengangkat harkat martabat perempuan tersebut.
Dan, ketika berbicara tentang, keadilan dalam berpoligami, novelis biasanya menggambarkannya dengan manis, "Kadang kala keadlian itu tercipta dengan adanya sebuah kesepakatan bersama." Terdapat juga novel yang layak dibaca oleh kaum perempuan agar mengerti makna ikhlas dan lebih banyak memandang arti sebuah pernikahan. Tetapi, tentu saja kaum lelaki pun dianjurkan untuk memahami dan membaca. Sehingga tidak ada kesenjangan pemahaman.
Masih tentang novel yang bertema poligami. Tentu saja masalah cinta menjadi alasan utama. Cinta alasan yang tidak pernah salah. Karena memang yang salah adalah manusianya. Tapi mereka masih juga berkilah. Cinta ini datang begitu saja dan anugerah dari Tuhan. Tapi bagaimana jika mencintai tidak pada tempatnya. Sebut saja cinta terlarang. Maka sebaiknya kembalikan kepada Sang pemilik Cinta.
Allah itu Maha pecinta. Maha pengasih tak pernah pilih kasih. Maha penyayang tak pandang siapa orangnya. Sehingga ketika cinta itu hadir pada orang yang sudah perpasangan, kembalikan kepadaNya. Jangan karena cinta lantas ada yang terluka.
Biarkan ia bersemi pada tempatnya. Selalu berprasangka baik terhadap takdir yang Tuhan gariskan. Tidak berdoa dan mendikte Tuhan sesuai keinginan dan nafsu manusia. Memohon untuk meloloskan cintanya, meski untuk menjadi yang kedua. Membentangkan jalan terbaik untuknya. Bukankah Allah Maha mengetahui dan bijaksana.
Cerita-cerita cinta yang pada akhirnya mencintai dua perempuan dalam rumah tangga memang di gemari oleh pembaca. Terbukti di salah satu komunitas menulis di media sosial selalu banjir "like" dan ribuan "komen". Meskipun lebih banyak berkomentar buruk dari netizen, khususnya ibu-ibu.
Tentu saja cerita poligami akan diamini oleh sebagian orang. Tentu saja dari berbagai sudut pandang. Pastikan tulisan tersebut sudah melalui riset dan pengalaman nyata. Tidak menulis secara emosional sehingga muncul tokoh yang baik bahkan sangat baik sehingga tidak realistis. Meskipun itu hak penulis. Pahami juga tentang "Dulce" dan "Utile" dalam karya sastra. Unsur keindahan dari segi bahasa dan cerita memang di utamakan, namun bukan berarti mengabaikan nilai kebermanfaatan. (Bersambung)
#tantanganmenulisdigurusiana #catatanhariankehidupanke-44 #menulissembilanpuluhhari #MediaGuruIndonesia #Kamis, 27-2-2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Bu, terima kasih ilmunya
Sami-sami