Tantangan Menulis di Gurusiana (63)
Catatan Harian ke 63
Menata Langit Menggelar Bumi
Saat segalanya telah tertuang. Semua telah usai. Kau pun berhenti melangkah. Hingga terdiam tanpa lagi bait-bait doa. Semua telah tertunai. Segalanya telah tergenggam. Kau pasrahkan akhir yang indah. Tersenyum kau menyapa mentari. Sujud mu yang tersisa adalah bagian dari rasa.
Tak lama kehangatanNya kau rasa. Gelap menggumpal di sisi langit jauh disana. Berjalan perlahan menaungi pandanganmu. Semakin mendekat saat terpapar. Betapa hamparan itu begitu dekat dan membuat langkahmu terhimpit. Langkah terhenti. Terdiam tanpa tanda maupun kata. Rasa pun menghilang begitu saja.
kau mencoba bertahan. Ranting terdekat pun rapuh. Tembok yan sejatinya menopang pun rapuh. Dedaunan yang menaungi pun perlahan berguguran. Belahan jiwa pun tiba-tiba hilang dari pandangan. Rak satu pun kata terdengar. Pandangan semakin meremang. Tak ada lagi jejak yang bisa kau tempuh. Tersisa senyum terakhir kau paksa untuk jantung hatimu.
Ribuan tetes hujam tiba-tiba datang. Kau pun menyesal kenapa angin tak membuatnya pergi. Bukankah tadi dia datangvdan nenjanjikan mendung akan pergi dengan sapaannya yang lembut. Kau pun menjadi kembali terluka dan kecewa. Semakin deras dan banyak tetesan itu. Kau tak lagi kuasa membendung. Semua meluncur begitu saja tanpa kau kira sebelumnya. Sapaan angin beberapa waktu lalu membuatmu bahagia. Namun dalam hitungan detik kau begitu membencinya.
Itulah dirimu. Sejenak tersenyum namun tidak lama kau mencaci. Kenapa tak kau buat semuanya bertahan indah. Tentu itu diluar kuasamu. Karena kau terlupa. Ada dzat yang begitu berkuasa membolak-balikkan hatimu. Menata nuranimu tetap bersih dan suci. Doa yang kau rapal sebelum mengucap salam sudah lama kau indahkan. Dan kini sesal tiada guna, genang ada sudah ada dimana-mana.
Langkahmu terhenti bukan karena tak bisa lagi kau jejakkan kenangan. Namun semua kisah telah berakhir. Bumi telah siap menerima masa istirahatmu yang panjang. Bumi tak kan ingkar janji. Penantiannya itu pasti. Hanya masalah waktu saja. Hamparannya telah siap menerimamu. Hanya kebaikan yang menjadi kawan terbaik. Semua kembali pulang. Dan datang beribu tanya
Tiba-tiba kau menjadi diam membisu. saat tanganmu lebih lincah bertutur berapa kali ia melukai. Kakimu pun turut bersaksi langkah nista yang diam-diam dulu kau sembunyikan. Kulit halusmu pun turut berbisik, kala itu betapa kasar kau mengutuk yang melata. Bahkan rambut yang kau anggap mahkota terindah, berkata tak lebih baik, saat ia pun turut berkisah dengannya kau menjadi angkuh saat tergerai wangi. Semua tiba-tiba mampu menyusun bait-bait kehidupan, memutar ulang semua yang tak pernah kau sadari.
Hamparan bumi benar-benar menjadi saksi. Semua episode hidupmu tak sejengkal pun tersisa. Semua telah mengurai dengan prolog yang tak pernah kau harapkan. Dialog yang tersusun bersama dua makhluk menyeramkan siap meluncurkan cambuknya, saat kau tak lagi mampu berkata bohong. Akhir cerita yang menyedihkan pun datang bersama segerombolan kaki seribu yang siap melumat tiap bagian dari tubuhmu.
Sampai pada hadirnya pandangan menyeramkan. Ular besar mencoba menerkam bagian terpenting dari tubuhmu. Dan ribuan cacing datang berbondong-bondong menguliti rasa yang pernah kau cecap. Membuatmu tak mampu bergeming, apalagi melawan sejengkalpun. Kau pun terlelap mencoba menenangkan hati. Mengingat sedikit saja kebaikan yang tersisa.
Senyum terakhirmu menjadi penyelamat. saat senyum itu berbalas dari belahan jiwa ragamu. Ridhonya telah membuatmu terbebaskan dari semua serbuan yang tiba-tiba datang. Himpitan tanah merah, melonggar seketika. Dan kau pun bernafas lega. Kenapa tidak dari dulu senyum itu kau rangkai. Bersyukur tak terkira senyum terakhir telah membebaskanmu. Karenanya ia telah menjadi jalan lapang meraih keabadian yang indah. Surga.
#tantanganmenulisdigurusiana #catatanhariankehidupanke-63 #menulisenampuluhhari #MediaGuruIndonesia #selasa1732020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar