Himmah Mufidah

Himmah Mufidah guru MA Almaarif Singosari. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Menulis di Gurusiana (85)
Lomba Menulis Tingkat Nasional lho.....

Tantangan Menulis di Gurusiana (85)

Catatan Harian ke 85

Beda tipis Antara Lomba Foto Bayi dan Lomba Menulis

Memiliki seorang bayi yang lucu adalah sebuah anugerah. Apalagi ibunya adalah aktifis media sosial yang diimbangi dengan hobi berfoto. Ada juga seorang ibu yang aktif memvideokan semua kegiatan bayi. Jika itu untuk koleksi pribadi tidak masalah. Masalahnya jika hasil jepretannya selalu diunggah di media sosial.

Beberapa komunitas ibu dan anak di medsos biasanya melarang mencantumkan foto anak saat berdiskusi. Namun di Instragam, justru bertebaran foto-foto anak atau bayi. Memang itu hak mereka untuk memposting foto. Bahkan foto-foto aktifitas bayi justru banya yang suka.

Kegiatan tersebut lantas di baca oleh beberapa orang sebagai peluang bisnis. Hampir sebagian besar kompetisi foto bayi berbayar. Dan lucunya lagi, biasanya semua dapat sertifikat sebagai pemenang. Kalaupun ada yang terbaik hadiahnya terkadang tidak terlalu fantastis, biasanya produk dari beberapa sponsor. Intinya mereka meraup keuntungan sebesar-besarnya dari biaya pendaftaran.

Lucu atau tidak, jika peserta sudah mengeluarkan biaya administrasi loloslah dia sebagai peserta lomba. Seluruh peserta lomba dapat kesempatan mejeng di sebuah laman atau beranda. Tentu saja dengan edit sana sini dari panitia lomba. Akhirnya semua ibu-ibu beramai-ramai menampilkan foto bayi beserta piagam kemenangannya dengan bangga.

Akhir-akhir ini, model serupa dengan konten berbeda juga di baca oleh pegiat literasi. Dengan alasan meningkatkan kemampuan tulis-menulis, baik fiksi maupun nonfiksi menjamurlah komunitas di bentuk. Guna mengumpulkan berbagai macam jenis tulisan, yang di lombakan. Kemudian dibukukan dan bisa di jual.

Rumitnya lagi ada beberapa tahapan administrasi dari panitia yang harus di penuhi peserta. Dengan dalih biaya administrasi, dengan rela mereka mengeluarkan beberapa rupiah. Dengan iming-iming hadiah dan mendapat buku, yang didalamnya ada karya mereka, peserta lomba.

Biasanya mereka yang memiliki kepentingan pribadi, untuk kenaikan pangkat begitu bersemangat. Meski karyanya jauh dari sempurna, ditambah jiplak kanan kiri yang penting ikut lomba menulis. Motivasi awal peserta seperti ini memang bukan menang, tetapi mendapat pengakuan publik untuk tujuan tertentu. Mereka butuh eksistensi.

Memang beda tipis antara lomba foto bayi dan lomba menulis. Persamaanya adalah tetang kebutuhan mendasar manusia, eksistensi. Keberadaan setiap manusia butuh pengakuan dan apresiasi. Baik itu untuk kepentingan pribadi atau pun untuk sebuah tujuan tertentu.

Disebuah grup WA, facebook, dan instragam ada bertebaran informasi lomba menulis. Jika kita jeli membaca persyaratan kita akan terjebak oleh persyaratan administrasi yang rumit. Ujung-ujungnya berbayar juga untuk memenuhi persyaratan tersebut. Siapapun bisa mengikuti, asalkan administrasi terpenuhi. Persoalan kwalitas karya tulis, itu bagian akhir. Sehingga ketika kita sudah menjadi bagian peserta lomba, idealisme penulis dan materi tulisan kurang berkualitas.

Kenyataan menjadi salah satu penyebab rendahnya literasi di negara kita. Sebagaimana pernah disampaikan oleh Anies Baswedan saat menjabat sebagai menteri pendidikan, "Minta baca tinggi tapi Daya baca rendah," untuk hal-hal formalitas kita biasanya suka membaca sambil lalu. Namun untuk bacaan yang agak panjang dan butuh konsentrasi penuh biasanya kita abaikan.

Oleh karena itu, dimulai dari pembiasaan membaca rutin bacaan berkualitas harusnya di mulai sejak dini. Bukan lagi banyaknya tulisan yang dibaca, namun dari kualitas isi bacaan. Mengembalikan arti sesungguhnya membaca, yaitu memahami apa yang di baca dan dapat menceritakan kembali hasil bacaannya dengan bahasa sendiri. Salah satu caranya adalah dengan menulis.

Menulis adalah berbagi informasi. Dengan menulis pengetahuan kita bertambah. Karena butuh bahan untuk menulis sehingga wawasan kita bertambah. Dengan begitu kita lebih mudah menuangkan ide. Meski sebuah pemikiran sederhana, kita sudah mampu menuangkan dalam bentuk tulisan. Ada kepuasan tersendiri yang itu hanya bisa dirasakan oleh penulis.

Kedua kompetisi di atas memiliki persamaan yang tipis. Keduanya mengabaikan kualitas, karena memang berujung pada bisnis. Bukan kwalitas bayi dengan kecerdasan, kesehatan dan penampilan yang menarik. Sebagaimana kualitas lomba menulis, bukan materi, isi dan tata bahasa tulisan yang diperhatikan namun lebih kepada banyaknya peserta yang mendaftar.

Oleh karena itu, sebelum mengikuti lomba sebaiknya kita selektif. Ada tiga hal yang perlu dicermati saat mengikuti lomba. Pertama penyelenggara harus kredibel atau lembaga resmi. Kedua pelajari persyaratan dengan baik. Ketiga, adanya sportifitas dalam pelaksanaan, misalnya penilaian atau penjurian dilakukan secara terbuka dan diikuti evaluasi dari panitia untuk semua peserta.

#tantanganmenulisdigurusiana

#catatanhariankehidupanke-85

#menulisembilanpuluhhari

#MediaGuruIndonesia

#Rabu,08042020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post