Hj. Marliah, S.Pd

Hj. Marliah, S.Pd, M.M. Pengawas Sekolah Menengah Pertama sejak Februari 2016 di Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat. Telah mengabdi sebagai guru Matematika sej...

Selengkapnya
Navigasi Web
TOMBOY

TOMBOY

TOMBOY

Sejak kecil aku biasa dipanggil tomboy, padahal saat itu aku tak pernah tau arti dari kata itu. Masih teringat bang Yono selalu membuatku marah dan diakhiri dengan tangisku. Bang Yono selalu menghalangi ketika aku ingin ikut bermain bersama temannya. Bagaimana tidak, aku sendiri yang memakai rok.

Ketika memasuki sekolah menengah pertama, perilakuku sedikit berubah. Gaya pakai celana pendek hampir tak pernah lagi kukenakan. Rasa malu sudah sangat membuatku berubah menjadi remaja yang kalem. Tetapi panggilan si tomboy masih melekat dengan diriku. Apalagi ayah dan ibuku cukup pusing tujuh keliling dengan penampilan dan gayaku saat itu. Kata tomboy sudah sedikit kumengerti maknanya, ini juga yang membuatku berubah. Kata teman-temanku.

Di Sekolah Menengah Atas (SMA) aku semakin cantik dan manis, kata sahabat dekatku lagi. Hahaha…girangku dalam hati. Aku semakin kalem dan gemulai kata si Toni, si tampan di kelasku yang selalu jadi perhatian teman-teman perempuanku. Ah, bergemuruh bagai bandang menyerbu dada, tatkala si tampan yang berambut keriting menyampaikan pujian. Entah itu dari hati yang sebenarnya atau hanya sekedar basa-basi seorang pecundang. Apapun yang dikatakan kakak kelasku ini, tak membuatku bergeming.

Semester awal kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Medan tepatnya Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) kala itu. Kalau boleh sombong banyak mahasiswa yang tertarik dan ingin kenalan. Tetapi sebagai mahasiswa baru yang pernah tomboy, tak mudah bagi mereka mendekatiku. Mungkin karena sikap dan gayaku ini, aku banyak teman laki-laki tapi tak punya pacar.

Sebagai guru Matematika yang “imut-imut” kata sahabatku. Apalagi di SMP Swasta dengan siswa yang terkenal bandel, tak membuatku berpantang surut. Setiap hari Parno, Ahok, Alex, Yusno, dan lainnya, tak hilang akal agar dapat membuatku kesal. Ketemu mereka tidak hanya membuatku kesal dan marah, tetapi juga membuatku bahagia. Ketemu dengan siswa yang banyak akal ini tentu menambah pengalamanku sebagai guru dalam menghadapi berbagai macam perilaku siswa di masa datang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post