Holikin

Guru dan penulis tinggal di sebuah pulau terpencil di Kabupaten Sampang, Madura....

Selengkapnya
Navigasi Web
Ghirah Pembelaan
sumber gambar: google

Ghirah Pembelaan

Kira-kira seperti apa ekspresi yang tepat untuk menunjukkan gairah keislaman? Ini pertanyaan santai, maka untuk menjawabanya perlu santai pula dan tak perlu keluar urat.

Ekspresi keberislaman, kiranya kita perlu menengok situasi. Kalau misal, kita mendengar suara azan, tentu ekspresinya lekas-lekas ambil wudlu' dan segera sholat. Kalau momentnya pas memasuki Bulan Ramadhan, tentu ekspresi yang bisa kita tampilkan adalah sahur dan berpuasa. Jelasnya, semua tergantung moment, tergantung situasi.

Nah, kalau misal agama ini dihina, al Qur'an dilecehkan, maka tentu ekspresi yang bisa kita tonjolkan adalah tidak terima dan si pelaku agar segera diadili. Caranya, bisa melalui demo, audiensi, diplomasi, dan sebagainya. Agak aneh tentunya bila al Qur'an dihina, lalu ekspresi kita santai saja, senyam-senyum, galau-galauan, merasa hal demikian biasa-biasa saja, apalagi membela si penghina dan menganggap demikian sebuah kebenaran dengan dalih freedom of speech, dan bla bla bla.

Atau, yang terjadi baru-baru ini, penghinaan atas Nabi kita, demikian patut kita ekspresikan dengan kemarahan demi merespons ketidaksetujuan itu. Demi menolak perlakuan kurang ajar mereka, sekaligus mengekspresikan pembelaan dan kecintaan kita kepada baginda Nabi.

Mengekspresikan 'kemarahan' atas penghinaan bukan sebuah kesalahan. Justeru salah besar jika kita tidak marah. Masa kita bisa diam saja. Kita saja bisa marah, jika orang tua kita, misalnya, dihina apalagi menyangkut perihal yang jauh lebih sakral, lebih keramat.

Marah dan benci yang disasarkan pada sesuatu yang tepat tidaklah mengandung cela. Membenci sebenarnya bukan musuh dari kasih sayang. Justeru benci memiliki nilai yang mulia jika dialamatkan pada sasaran yang tepat. Membenci kemungkaran itu mulia. Benci dan marah bila al Qur'an dihina itu mulia. Geram jika Nabi yang mulia dihina. Ekspresi kemarahan semacam itu adalah ghirah pembelaan, dan bernilai mulia. Jelas. Kebencian-kebencian tersebut sama nilainya dengan menebar kasih sayang antar saudara.

Ekspresi keberislaman perlu ditaruh pada porsi yang sebenarnya, pada situasi yang tepat. Hal demikian juga pernah diekspresikan para pendahulu kita. Khalifah al Mu'tashim Billah ketika mendengar salah seorang muslimah berteriak karena kerudungnya ditarik oleh salah seorang Yahudi di salah satu pasar, dan al Mu'tashim meminta agar si Yahudi diadili. Namun, karena proses hukum si Yahudi tak pernah dilakukan, al Mu'tashim marah dan mengirim pasukannya dengan jumlah besar.

Di zaman Nabi, ada seorang muslim buta yang istrinya selalu menghina Nabi. Namun, setelah dinasehati dia masih melakukan penghinaan yang sama. Akhirnya, demi membela kehormatan Nabi, si muslim buta tadi membunuh istrinya. Setelah berita tersebut sampai pada Nabi, dan Nabi membenarkan tindakan tersebut.

Ini catatan sejarah orang-orang yang telah mengekspresikan keislamannya dengan tepat dan benar. Melayangkan kemarahan demi, karena, untuk, dan dengan benar.

Semoga tulisan ini dapat dipahami dengan tepat pula. Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post