Holikin

Guru dan penulis tinggal di sebuah pulau terpencil di Kabupaten Sampang, Madura....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kontra Kaum Mulhid
Image: google

Kontra Kaum Mulhid

Secara akidah mulhid atau atheisme (paham anti Tuhan) sangat bertentangan dengan akidah Islam di pandang dari sudut manapun. Ulama sepakat, bahkan Al-Quran mengkafirkan akidah tersebut, baik dalam ayat yang sharih (eksplisit) maupun ghairu sharih (implisit).

Banyak sekali ulama menentang akidah mulhid tersebut. Imam al-Ghazali sendiri dalam al-Iqtishad fi al-I'tiqad dan Tahafutu al-Falasifah, serta di banyak karyanya yang lain menentang keras akidah tersebut. Tak hanya al-Ghazali, sekian ulama Aswaja lainnya, bahkan Hadratu al-Syaikh KH. Hasyim Asy'ari di Indonesia menentang paham tersebut dan segala derivasinya.

Sebagai paham dasar atau akidah, atheisme memiliki serangkaian konsep dan metode, baik dalam ekonomi, politik, hingga pada pandangan hidup. Serangkaian konsep tersebut tergabung dalam satu mabda' (ideologi), yaitu komunis. Komunis sendiri, menurut KBBI berasal dari bahasa Latin: communis, bahasa Inggris: common, atau universal. Maknanya adalah ideologi yang berkenaan dengan filosofi, politik, sosial, dan ekonomi yang tujuan utamanya terciptanya masyarakat komunis dengan aturan sosial, ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara. Definisi tersebut nyaris serupa dengan definisi yang disajikan Wikipedia.

Karena ideologi, maka komunis memiliki pandangan turunan terkait ekonomi, politik, jalan hidup, hingga pada cara yang paling detail merebut kekuasaan. Dalam hal politik, komunis cenderung melakukan sesuatu yang kontra dengan asas-asas ketenangan dan damai. Tak ayal di banyak negara, bahkan di negeri ini, keberadaan mereka cenderung melakukan sesuatu yang bertentangan dengan asas kerukunan. Cheos (unfiyah) menjadi langkah politik mereka. Menurutnya, untuk menuju tatanan hidup yang sesuai kaedah-kaedah komunis, seperti memecahkan gelas yang berisi air yang kotor. Yaitu, menciptakan keonaran semacam adu domba (farriq tasud), dan aneka kekerasan lainnya.

Dalam bidang ekonomi, dialektika materialisme dan agenda kapitalistik sosialis menjadi acuannya. Memang terkesan menarik. Perbedaan kelas sosial, konon, dibuang dalam hidup sosial mereka. Sama rata sama rasa, pun terkadang memukau. Namun nyatanya, ada kebobrokan sosial ekonomi yang menghampar di sana. Tak ayal, Uni Soviet sebagai jantung komunis, jatuh lalu hancur berkeping-keping jauh sebelum masa prediksinya.

Paham tersebut, secara akidah rusak. Sosial, politik, dan ekonomi pun gagal. Praktik dalam kehidupan sehari-hari pun tak sesuai dengan fitrah manusia. Jika kaum mulhid meniadakan Tuhan atau agama dalam kehidupannya, lalu bagaimana dan dari mana ia melakukan kebenaran dan menciptakan sosial yang berkeadilan!? Sekali lagi, bagaimana dan dari mana ia mendapatkan kebenaran?

Tak hanya dalam perihal di atas, paham-paham dan konsep-konsep ilmiah yang searus dengan mabda' tersebut, dari hari ke hari menemukan penentangan. Marxisme, leninisme, atau teori evolusinya Darwin, semua mendapatkan serangan balik yang juga ilmiah (al-raddu al-ilmiyah). Sebutlah darwinisme, secara kolosal Adnan Khan (Harun Yahya) menentangnya bertubi-tubi. Bahkan, Darwin sendiri, sempat ragu akan teori yang ditemukannya sendiri. Apa perlu kita bela dan kita pakai paham atau teori gagal tersebut?

Secara manusiawi, bolehlah manusia membela manusia dalam kapasitas kemanusiaannya. DN Aidit yang gemar mengaji dan bla bla bla, bolehlah kita sanjung, namun pemikirannya yang menyimpang? Tidak sepantasnya kita bela. Secara personal dan pribadi, memang tak apa kita sanjung, kita puji. Tak hanya Aidit, bahkan Tan Malaka penulis Madilog (meski tulisannnya tersebut mendapatkan banyak "cacian" dari banyak profesor sebagai karya yang tidak ilmiah). Tan Malaka hafal Al-Quran, yang dulunya adalah muslim yang taat. Secara personal, sekali lagi, bolehlah dibela dalam kapasitas ia sebagai manusia. Namun, paham dan pemikirannya yang jelas-jelas fatal dalam pandangan akidah kita?

Jika ada salah satu tokoh yang membela, kemudian karenanya kita ikutan membela. Maka, sejak kapan pemikiran kita sampai dan sepadan dengan pemikiran tokoh tersebut? Sejak kapan kita mampu menyelami pemikirannya? Terkadang apa yang ia katakan, tidak serupa dengan apa yang kita pikirkan. Kita kaum muktasib, hanya mampu mencerna dari luar, sedikitpun tidak hingga ke dalam. Jangan merasa, apalagi sok intelek dengan membela pemikiran-pemikiran mulhaddin dengan sekian literatur catut-mencatut.

Patut untuk kita renungkan, ada cerita dari jantung komunis lama, Uni Soviet (sekarang, Rusia). President Uni Soviet, Mikhael Gorbachev bersama istri sedang menonton parade dan atraksi pesawat tempur. Namun, salah satu pesawat tempur jatuh dan kepingannya hampir mengenai suami istri tokoh tersebut. Gorbachev dan istri yang mulhid tersebut dengan sepontan menyeru, "Oh, my God!". Naluri beragamanya (gharizah tadayyun) secara tiba-tiba muncul, dan mengagetkan banyak orang.

---Selamat hari lahir pancasila. Pancasila sakti mandraguna.

Sekian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap pak

02 Jun
Balas

Thanks bu

18 Jun



search

New Post