Tagur 1

Sayup kudengar kanda meminta dinda untuk membayar upah pada kurir yang akan datang mengantarkan sebuah motor baru ke rumahnya. Belum datang memang. Mungkin untuk persiapan. Agar ketika datang tidak perlu menanyakan lagi tentang keberadaan uang tersebut.

"Dinda masih ada uang tidak?" Tanya kanda.

"Uang dinda habis kanda. (Sedikit berbohong) Dinda bayarkan untuk jasa yang mengasuh sibungsu dan jasa asisten rumah tangga". Darimanalah dinda punya uang jika kanda tidak memberinya". Status dinda memang pekerja namun ketika gajian dinda tidak pernah memiliki simpanan yang utuh tersimpan untuk cadangan keperluan yang amat urgen. Uang dinda habis untuk membayar ini dan itu. Dari membayar spp anak sampai keperluan rumah tangga. Jawab dinda panjang lebar.

"Kanda cuma minta sedikit, kok jawabnya panjang banget sih. Sampai semua nya dinda uraikan. Seperti menjawab soal esay saja. Kalo tidak mau ngasih ya sudah katakan saja tidak". Kanda pun pergi meninggalkan dinda yang masih menggerutu.

Tak berapa lama. Motor matic baru berwarna hitam menghiasi garasi rumah dinda. Anehnya dinda tidak merasa senang dengan kehadirannya. Malah semakin pusing saja melihatnya. Andai sebelumnya bisa bernegosiasi sebaiknya dicancel saja. Dinda tidak membutuhkannya. Walaupun Kanda beralasan untuk membantu si sulung mendapatkan tambahan jajan dengan menjadi pengantar makanan online saat sedang tidak kuliah. Namun apapun itu alasannya tidak masuk ke dalam otak dinda disaat rumahnya mendapat tagihan listrik dari PLN dan tunggakan BPJS. Dinda pun menangis tak bersuara hanya linangan air mata sebagai jawabannya.

Serang, 5 Maret 2022. Pkl15;23