Agus Bandriyati

Guru SD yang tidak punya hobby. Mengawali pekerjaannya sebagai guru SMU, lanjut turun jenjang mengajar di SMP dan " naksir berat" di SD hingga belasan tah...

Selengkapnya
Navigasi Web

Senja yang Penuh Makna

(Tantangan hari ke-23)

#TantanganGurusiana

" Bu....., aku mau makan pakai telur bulat, ga mau dibagi-bagi." rengek suara bocah dari luar pagar rumahku.

"Iya, nak! tapi nanti, kalau ibu sudah punya uang banyak, kita bisa beli telur yang banyak juga, sekarang telurnya kita goreng dulu ya, biar bisa dibagi banyak dengan saudaramu yang lain." ucap ibunya mencoba memberi pengertian.

"Iya, bu, tapi aku maunya sekarang, temen-temenku kalau makan telur bulat di cabein kayaknya enak.....banget, bu, aku mau, bu..., sekali aja, bu!" rengeknya sambil menangis.

"Ibu tahu, nak! tapi nanti tidak sekarang, sekarang kita pulang dulu terus kita masak telur yang baru saja kita beli." jawab Si Ibu.

" Tapi Ibu beli telur cuma dua butir, dibagi delapan, cuma pakai nasi putih dan garam, ga enak, bu...!" ucapnya makin terisak-isak.

***

Aku yang kebetulan hari itu berada di rumah, tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka dari dalam. Segera aku keluar menemui mereka.

"Maaf, ade kecil, kok nangis?" tanyaku

"Eh, maaf, kami mengganggu di depan rumah ibu, kami tinggal di belakang rumah ibu." ucap Si Ibu sambil memperkenalkan diri.

"Di belakang rumah ini? masih ada rumah? jalannya lewat mana?" tanya saya beruntun.

" Iya, bu, banyak gedung jadi tidak ada yang tahu kalau masih ada rumah di dalam, kami masuk mesti memutar melalui gang kecil." maaf ya, bu, kami sudah mengganggu.

" Oh, tidak apa-apa, hanya tadi saya mendengar adik kecil menangis, kenapa, De?" tanyaku basa-basi.

"Biasa, bu, anak kecil, minta jajan." jawab ibunya mencoba menutupi kejadian yang sebenarnya.

" Bu, tunggu sebentar ya!" ucap saya.

***

Saya pun segera masuk ke dalam rumah dan menuju dapur, kemarin lusa saya membeli dua kilo telur tapi entah mau dimasak siapa dan dimakan siapa. Satu bungkus cabe beserta bumbu dapur berikut satu kaleng sarden. Dari pada hanya jadi pajangan di kulkas kenapa tidak di manfaatkan orang lain.

Segera kuambil dan aku pun kembali keluar sambil membawa semua barang-barang tadi, semoga bisa mereka manfaatkan. Tak lupa aku selipkan beberapa lembar lima puluh ribuan dalam sebuah amplop.

" Bu, maaf, lama menunggu ya?" tanyaku sambil meminta maaf.

"Bu, ini mungkin bisa ibu manfaatkan, kebetulan belum lama saya beli. Dan ini ada sedikit uang untuk tambahan keperluan membeli yang dibutuhkan." ucapku seraya menyerahkan barang-barang tersebut.

" Ya Allah, Gusti Allah! Alhamdulillah, terima kasih banyak, bu, semoga Allah membalas semua kebaikan, ibu." ucap Si Ibu dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

" Amin.......!" ucapku.

" Bu, kami permisi pulang dulu." pamit Si Ibu.

" Baik, bu, monggo." ucapku sambil mempersilahkan.

Ku lihat anaknya begitu sumringah, tidak tampak lagi kesedihan. Ah......! Terkadang Tuhan selalu punya cara untuk menyapa hambanya.

Senja yang penuh makna, terkadang kita lupa dengan orang-orang yang berada di sekeliling kita, karena kesibukan aktifitas di kota besar. Terima kasih Tuhan untuk pelajaran hari ini.

Jakarta, 6 Februari 2020

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post